Wednesday, June 17, 2020

MOTIVASI HATI: Tetap Tulus Murni

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2020


"Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."  Yeremia 17:10

Setiap orang pasti memiliki motivasi ketika mengerjakan segala sesuatu!  Contoh:  banyak orang berlomba-lomba mengikuti ajang pencarian bakat yang diselenggarakan oleh beberapa televisi swasta, dengan satu motivasi ingin mengubah nasib atau menjadi orang yang terkenal.  Secara garis besar motivasi memiliki arti:  suatu dorongan atau alasan yang menjadi dasar semangat bagi seseorang untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan tertentu.  Motivasi adalah faktor penting yang dapat membangkitkan semangat kita untuk melakukan sesuatu, sebaliknya seorang yang tak punya motivasi akan mengerjakan segala sesuatunya tanpa greget dan ala kadarnya... begitu diperhadapkan dengan tantangan atau kendala, kemungkinan besar akan cepat menyerah di tengah jalan.a

     Milikilah motivasi yang benar dalam mengerjakan segala sesuatu, sebab Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin kita!  Artinya Tuhan selalu memperhatikan motivasi seseorang dalam mengerjakan segala sesuatu, sebab Ia tahu secara persis apa yang ada di dalam hati kita, apa yang menjadi niat dan juga cita-cita  (1 Tawarikh 28:9).  Jadi, Tuhan tidak hanya melihat dan menilai apa yang kita perbuat, tetapi lebih dari itu:  Ia menilai, memperhatikan, dan menyelidiki motivasi hati kita.  Perhatikan motivasi Saudara dalam melayani pekerjaan Tuhan:  apakah Saudara melayani karena tergiur iming-iming materi, atau ingin mendapatkan pujian dari manusia?  Perhatikan juga saat Saudara memberi persembahan atau menolong orang lain:  apakah hati kita benar-benar tulus ataukah ada tendensi di balik pemberian itu?  Sekalipun kita bisa menyembunyikan motivasi hati kita dari manusia, tapi semuanya tetap akan terbaca jelas di mata Tuhan.

     Dalam hal beribadah, melayani pekerjaan Tuhan, dan membangun hubungan dengan sesama, biarlah motivasi hati tetap terjaga ketulusannya:  "Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku..."  (Mazmur 101:2).  Begitu pula rasul Paulus, yang juga berusaha untuk menjaga kemurnian hatinya dalam melayani Tuhan  (Kisah 24:16).

Tuhan itu baik bagi orang yang tulus bersih hatinya!  (Mazmur 73:1).

Tuesday, June 16, 2020

BERIBADAH KEPADA TUHAN YANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2020


"'Jadi, sekarang,' kata Yosua selanjutnya, 'hormatilah TUHAN. Mengabdilah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan setia. Singkirkanlah ilah-ilah lain yang disembah oleh nenek moyangmu dahulu di Mesopotamia dan Mesir. Mengabdilah hanya kepada TUHAN.'"  Yosua 24:14  (BIS)

Setelah menempuh perjalanan panjang dan berhasil membawa bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian, usia Yosua pun semakin bertambah tua.  Sadar bahwa masa hidupnya sudah tidak akan lama lagi, Yosua mengumpulkan seluruh orang Israel, termasuk para pemimpin tiap-tiap suku di Sikhem.  Untuk apa?  Dalam tradisi di Israel, bila seorang pemimpin sudah berusia lanjut dan mendekati masa tugasnya berakhir, ia akan mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk menyampaikan pidato perpisahan yang berisikan nasihat atau pesan-pesan terakhir.  Selain menyampaikan pidato perpisahan, Yosua juga mengingatkan kembali tentang komitmen bangsa Israel kepada Tuhan!

     Mengapa mereka perlu diingatkan?  Karena mereka seringkali jatuh bangun dalam dosa, hati mereka mudah sekali berubah dan tidak lagi setia kepada Tuhan, padahal mereka telah mengecap kasih dan kebaikan Tuhan begitu limpahnya.  Karena itu Yosua meminta mereka untuk membuat keputusan tegas:  "...pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini."  (Yosua 24:15a), sedangkan Yosua sekeluarga bertekad,  "...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"  (Yosua 24:15b).  Akhirnya umat Israel menyatakan komitmen yang sama, yaitu tetap beribadah kepada Tuhan yang hidup dan benar!  "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!"  (Yosua 24:16).

     Komitmen ini tidak bisa dianggap main-main atau asbun  (asal bunyi), sebab mereka tidak berikrar di hadapan Yosua, tapi di hadapan Tuhan yang besar dan berkuasa, Pencipta langit dan bumi... apabila mereka sampai ingkar dengan apa yang diucapkan, ada akibat yang harus mereka taggung, sebab Dia adalah Tuhan yang cemburu:  "Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu."  (Yosua 24:19).

Beribadah kepada Tuhan berarti kita menyerahkan hidup ini sepenuhnya kepada Tuhan dan taat kepada-Nya sampai akhir!