Tuesday, June 16, 2020

BERIBADAH KEPADA TUHAN YANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2020


"'Jadi, sekarang,' kata Yosua selanjutnya, 'hormatilah TUHAN. Mengabdilah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan setia. Singkirkanlah ilah-ilah lain yang disembah oleh nenek moyangmu dahulu di Mesopotamia dan Mesir. Mengabdilah hanya kepada TUHAN.'"  Yosua 24:14  (BIS)

Setelah menempuh perjalanan panjang dan berhasil membawa bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian, usia Yosua pun semakin bertambah tua.  Sadar bahwa masa hidupnya sudah tidak akan lama lagi, Yosua mengumpulkan seluruh orang Israel, termasuk para pemimpin tiap-tiap suku di Sikhem.  Untuk apa?  Dalam tradisi di Israel, bila seorang pemimpin sudah berusia lanjut dan mendekati masa tugasnya berakhir, ia akan mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk menyampaikan pidato perpisahan yang berisikan nasihat atau pesan-pesan terakhir.  Selain menyampaikan pidato perpisahan, Yosua juga mengingatkan kembali tentang komitmen bangsa Israel kepada Tuhan!

     Mengapa mereka perlu diingatkan?  Karena mereka seringkali jatuh bangun dalam dosa, hati mereka mudah sekali berubah dan tidak lagi setia kepada Tuhan, padahal mereka telah mengecap kasih dan kebaikan Tuhan begitu limpahnya.  Karena itu Yosua meminta mereka untuk membuat keputusan tegas:  "...pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini."  (Yosua 24:15a), sedangkan Yosua sekeluarga bertekad,  "...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"  (Yosua 24:15b).  Akhirnya umat Israel menyatakan komitmen yang sama, yaitu tetap beribadah kepada Tuhan yang hidup dan benar!  "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!"  (Yosua 24:16).

     Komitmen ini tidak bisa dianggap main-main atau asbun  (asal bunyi), sebab mereka tidak berikrar di hadapan Yosua, tapi di hadapan Tuhan yang besar dan berkuasa, Pencipta langit dan bumi... apabila mereka sampai ingkar dengan apa yang diucapkan, ada akibat yang harus mereka taggung, sebab Dia adalah Tuhan yang cemburu:  "Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu."  (Yosua 24:19).

Beribadah kepada Tuhan berarti kita menyerahkan hidup ini sepenuhnya kepada Tuhan dan taat kepada-Nya sampai akhir!

Monday, June 15, 2020

TAAT DAN SETIA: Beroleh Peninggian Dari Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2020


"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu,"  Mazmur 75:7

Tak ada orang yang mau menjadi nomor dua, semua ingin menjadi nomor satu, yang terutama, teratas, terbaik, tertinggi.  Untuk mencapai semuanya itu tidak sedikit orang menempuhnya dengan segala cara, tak peduli apakah menyalahi aturan, melanggar hukum, merugikan atau mengorbankan orang lain.  Inilah ambisi yang salah!  Kata  'ambisi'  (Latin, ambitio)  adalah suatu hasrat besar seseorang terhadap kekuasaan, kehormatan, kemashyuran atau apa saja yang memberikan keunggulan dan keistimewaan;  keinginan seseorang untuk membuat dirinya berbeda dari orang lain;  usaha seseorang untuk memajukan dirinya.

     Adalah sah-sah saja memiliki suatu ambisi, asalkan jalan atau cara yang kita tempuh untuk mewujudkan ambisi tersebut sesuai dengan aturan atau hukum yang berlaku, tidak menyimpang dari kebenaran firman Tuhan.  Ambisi yang bertujuan semata-mata untuk meninggikan diri sendiri, mencari hormat dan pujian dari manusia adalah perbuatan yang sangat dicela oleh Tuhan!  Ambisi-ambisi semacam ini ternyata bukan hanya terjadi di dunia luar, di lingkungan gereja atau pelayanan pun banyak sekali ditemukan:  ada pelayan-pelayan Tuhan yang bertengkar dan saling jegal karena memperebutkan posisi atau jabatan penting di gereja!  Korah adalah contoh orang yang sangat berambisi untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin, karena itu ia mengajak orang-orang untuk memberontak terhadap Musa, pemimpin yang dipilih Tuhan.  Apa yang diperbuat oleh Korah akhirnya menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dan juga semua orang yang mengikuti dia  (Bilangan 16:31-33).

     Pemazmur menegaskan bahwa peninggian seseorang itu datang bukan dari timur, barat, padang gurun, atau dari mana pun, peninggian itu datangnya dari Tuhan:  "...direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  (Mazmur 75:8).  Ingin beroleh peninggian dari Tuhan?  Taatilah firman-Nya, maka  "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,"  (Ulangan 28:13), dan setialah dari perkara-perkara kecil  (Lukas 16:10).

Asal kita taat dan setia mengerjakan apa yang Tuhan percayakan, peninggian pasti datang!