Friday, June 12, 2020

KEHADIRAN TUHAN ADALAH SEGALANYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juni 2020


"Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala."  2 Samuel 6:15

Alkitab menyatakan bagaimana Daud membawa Tabut Perjanjian dari rumah Obed-Edom menuju ke kota Yerusalem.  Pada waktu itu Daud baru saja dinobatkan jadi raja atas seluruh Israel dan baru saja memindahkan ibu kota ke Yerusalem, dan dia baru saja berhasil mempertahankan Yerusalem dari serangan Filistin.  Lalu Daud berusaha untuk mengembalikan Tabut Perjanjian, yang adalah lambang kehadiran Tuhan, Ke Yerusalem, di mana selama 20 tahun Tabut Perjanjian tidak berada di tempat semestinya karena dirampas oleh bangsa Filistin;  dan meski orang Filistin telah mengembalikannya, tapi tabut itu berada di Kiryat-Yearim yang merupakan pinggiran dari wilayah Israel.  Karena itu Daud ingin mengembalikan tabut ini ke Yerusalem, kota Daud, pusat pemerintahan.

     Di sepanjang perjalanan Daud mengekspresikan rasa syukurnya, karena ia tahu bahwa Tabut Perjanjian adalah lambang kehadiran Tuhan,  "Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan."  (2 Samuel 6:14).  Tidak hanya itu, di setiap enam langkah Daud mempersembahkan korban kepada Tuhan, berupa seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan.  Sebagaimana ketika Tabut Perjanjian berada di rumah Obed-Edom, ia dan seisi rumahnya diberkati oleh Tuhan, juga saat Tabut Perjanjian berada di kota Daud,  "Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam."  (2 Samuel 6:18).  Kala Tabut Perjanjian berada di tangan musuh, bangsa Israel selalu mengalami kekalahan demi kekalahan, namun setelah Tabut Perjanjian itu kembali berada di tangan orang Israel, terjadilah suatu pemulihan yang luar biasa.

     Kehadiran dan penyertaan Tuhan adalah segala-galanya bagi kita!  Coba renungkan:  kalau bukan Tuhan yang menyertai, mampukah kita menjalani hidup sampai detik hari ini?  Kalau bukan Tuhan yang menopang, sanggupkah kita bertahan di tengah goncangan, badai dan gelombang permasalahan hidup?  Tanpa kehadiran Tuhan, ibadah dan pelayanan yang kita lakukan takkan berdampak apa-apa;  begitu pula dalam pekerjaan, rumah tangga, usaha/bisnis, studi, kita sangat memerlukan Tuhan.

Tanpa kehadiran dan penyertaan Tuhan, hidup kita takkan berarti apa-apa.

Thursday, June 11, 2020

JANGAN LAGI BOCOR MULUT!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juni 2020


"Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut."  Amsal 20:19

Adalah fakta yang tak terelakkan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan suka membicarakan orang lain alias bergosip, entah itu membicarakan kelebihan atau kekurangannya  (negatif atau positif).  Tapi umumnya, yang namanya gosip selalu berkonotasi negatif yaitu membicarakan keburukan, kelemahan, kekurangan atau aib orang lain.  Biasanya kalau orang membicarakan kelemahan/kekurangan seseorang, ia tidak akan pernah kehabisan bahan, karena selalu ada saja bumbu-bumbu yang ditambahkan.  Orang yang suka sekali menggosip bisa dikategorikan sebagai orang yang bocor mulut, karena tak pernah bisa menahan diri untuk membicarakan orang lain.

     Dalam kehidupan sehari-hari aktivitas menggosip ini biasanya disukai oleh para wanita, emak-emak atau para ibu rumah tangga;  mereka menganggap bahwa menggosip adalah salah satu kegiatan yang mengasyikkan di kala senggang, tapi lama-kelamaan menjadi suatu kebiasaan.  Orang yang suka menggosip disebut penggosip, yaitu orang yang mempunyai kebiasaan menceritakan sensasi atau membicarakan orang lain disertai bumbu-tumbu tambahan supaya semakin sedap didengar, entah itu beritanya benar atau tidak, biasanya bersumber dan meyebar dari mulut ke mulut.  Berhati-hatilah!  Menggosip adalah masalah yang sangat serius di hadapan Tuhan dan merupakan perkataan sia-sia yang sangat berbahaya, karena bisa berdampak buruk bagi orang yang diperbincangkan atau pun si penyebar gosip itu sendiri.  Gosip yang negatif dapat menimbulkan fitnah, pertengkaran, merusak persahabatan/pertemanan/persaudaraan, karena  "...siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib."  (Amsal 17:9).

     Setiap perkataan sia-sia yang keluar dari mulut kita  (salah satunya gosip), akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan:  "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."  (Matius 12:37).  Berhentilah menggosip atau membicarakan kejelekan-kejelekan orang lain!  Jangan sampai menjadi senjata makan tuan:  kita menuai akibat perbuatan kita, karena kita bocor mulut.

"Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi."  Amsal 10:19