Friday, June 5, 2020

TAK BISA LARI DARI PANGGILAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2020

Baca:  Mazmur 139:1-24

"Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku."  Mazmur 139:9-10

Dengan cara apa pun, pergi ke mana pun dan sejauh mana pun kita berusaha lari dari hadirat Tuhan dan menghindari panggilan-Nya, jika Dia berkenan memakai kita untuk rencana-Nya, Ia akan selalu punya cara untuk memanggil dan menarik kita kembali, sebab  "...Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).  Sungguh... tidak ada tempat mana pun yang dapat menyembunyikan kita dari hadapan Tuhan, baik itu di atas langit atau di bawah bumi, atau bahkan di dunia orang mati sekalipun  (sheol), tidak luput dari pandangan dan perhatian Tuhan.

     Suatu hari Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan kebenaran dan menyerukan pertobatan kepada orang-orang yang tinggal di kota Niniwe.  Niniwe adalah ibukota kerajaan Asyur, tempat di mana penindasan dan kekejaman muncul dari kota itu.  Secara manusiawi mungkin saja timbul rasa takut dalam diri Yunus untuk ke sana karena Niniwe adalah kota yang besar dengan penduduknya yang terkenal kejam.  Mungkin juga ia berpikir,  "Percuma saja pergi, orang-orang di sana pasti tak mempedulikan peringatan Tuhan."  Karena itu Yunus memilih kabur dan mangkir dari tugas yang Tuhan percayakan, ia memutar haluan pergi menjauh ke Tarsis, suatu tempat yang  "...jauh dari hadapan TUHAN."  (Yunus 1:3).

     Jika Tuhan ada di mana-mana dan Mahatahu, hendak lari ke manakah Yunus?  Ke ujung dunia mana pun Tuhan tahu keberadaannya.  Itulah sebabnya dalam perjalanan laut menuju kota Tarsis Tuhan mengijinkan malapetaka berupa angin ribut dan badai besar.  Sekalipun Yunus berusaha untuk lari, rencana Tuhan atas hidupnya tidak pernah gagal.  Atas campur tangan Tuhan dan seijin-Nya, seekor ikan besar menelan Yunus dan ia pun harus tinggal di dalam perut ikan itu selama tiga hari tiga malam.  Dalam perut ikan inilah Yunus menyadari kesalahannya dan menyesal.  Ia minta ampun kepada Tuhan karena telah memberontak dan Tuhan berkenan akan pertobatannya.

Jangan pernah lari dari panggilan Tuhan!  Tuhan selalu punya cara untuk membawa kita kembali kepada-Nya.

Thursday, June 4, 2020

TUHAN TAHU YANG KITA PERBUAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2020

Baca:  Mazmur 139:1-24

"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;"  Mazmur 139:1

Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahahadir  (Omnipresent)  yang artinya Dia hadir di segala tempat dan di segala waktu, dan Dia juga Mahatahu, yang artinya Ia memiliki pengetahuan penuh, mengetahui segala hal, karena Dia berdaulat penuh atas segala yang diciptakan-Nya.  Jadi tidak ada tempat di belahan bumi manapun bagi orang dapat menyembunyikan diri dari hadapan Tuhan,  "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).

     Pemazmur menyatakan,  "Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN."  (Mazmur 139:2-4).  Daud sadar ia tidak mungkin dapat menyembunyikan diri dari pantauan dan perhatian Tuhan, sebab Dia ada di mana-mana dan mengetahui segala sesuatu, maka ia begitu terbuka di hadapan Tuhan.  Jadi, tidak ada selubung sedikit pun yang mampu menudungi dan menutupi seseorang dari pandangan Tuhan sehingga Ia tidak tahu, semuanya nyata jelas.  Banyak orang Kristen tidak menyadari tentang hal ini, atau mungkin pura-pura tidak tahu kalau Tuhan itu Mahahadir dan Mahatahu, sehingga mereka menjalani hidup dengan seenaknya sendiri alias sembrono.  Dengan tanpa rasa bersalah sedikit pun mereka tetap hidup dalam dosa, melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari firman Tuhan.

     Sekalipun tahu bahwa mereka telah ditebus dosa-dosanya melalui pengorbanan Kristus dan menjadi  'ciptaan baru'  di dalam Tuhan, mereka tetap saja menjalani hidup sebagai manusia lama, hidup menuruti keinginan daging dengan segala hawa nafsunya.  Dengan segala kepura-puraan atau topeng-topeng, mereka pikir bisa mengelabui Tuhan:  ibadah tetap saja dilakukan, pelayanan tetap dijalani, tapi perbuatan dosa juga enggan ditinggalkannya.  Manusia mungkin saja tidak tahu segala hal yang kita sembunyikan, tapi bagaimana dengan Tuhan?  Hal-hal kecil sekalipun tampak jelas di mata-Nya.

Tuhan tidak bisa kita permainkan, sebab  "...mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi."  (Zakharia 4:10)  dan melihat segala perbuatan manusia!