Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2020
Baca: Matius 15:21-28
"'Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.' Dan seketika itu juga anaknya sembuh." Matius 15:28
Tuhan memakai berbagai macam situasi yang sulit, yang biasanya disebut persoalan, masalah, kesulitan, penderitaan atau kesesakan, untuk mengembangkan karakter kita dan sebagai sarana untuk menguji kualitas iman kita! Karena itu milikilah respons hati yang benar dan positif dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa yang ada. Dr. Norman Vincent Peale, seorang pengkhotbah dan penulis buku rohani terkenal, dalam bukunya The Power of Positive mengajarkan kita untuk selalu berpikir positif dan membayangkan hal yang positif, supaya hasil yang kita dapatkan juga positif.
Seorang perempuan Kanaan, yang disebut pula perempuan Siro-Fenesia (Markus 7:24-30), sekalipun berada di situasi yang sangat sulit, tetap memiliki respons hati yang positif. Ketika datang kepada Tuhan memohon kesembuhan untuk anak perempuannya yang kerasukan setan ia merasa diabaikan oleh Tuhan, karena Tuhan "...sama sekali tidak menjawabnya." (Matius 15:23). Perempuan itu tidak menyerah begitu saja, ia terus mendekat dan meminta pertolongan kepada-Nya, tapi Tuhan malah menjawab, "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Matius 15:26). Jawaban Tuhan benar-benar sangat menohok dan menyakitkan hati, tapi perempuan tersebut tetap tegar, tidak kecewa, tidak marah, tidak tersinggung, tidak terluka hati, dan tidak merasa terhina. Kalau ia memiliki respons negatif terhadap perkataan Tuhan, seketika itu juga ia pasti pergi meninggalkan Tuhan, sambil mengomel dan bersungut-sungut...tentu mujizat tidak akan pernah dinyatakan!
Percaya bahwa Tuhan sanggup menolong dan menyembuhkan anaknya mendorong perempuan itu terus berseru-seru kepada Tuhan. Iman semacam ini yang menggerakkan hati Tuhan untuk mengulurkan tangan-Nya, menyatakan kuasa-Nya. Ada saat Tuhan seolah tidak peduli dan tak menghiraukan semua doa kita, tetapi orang yang melihat dengan mata iman tidak akan pernah kecewa kepada Tuhan dan menyerah pada keadaan.
"Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang
kamu katakan di hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu." Bilangan 14:28
Wednesday, June 3, 2020
Tuesday, June 2, 2020
KERENDAHAN HATI: Kunci Melayani
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juni 2020
Baca: Filipi 2:25-30
"Sementara itu kuanggap perlu mengirimkan Epafroditus kepadamu, yaitu saudaraku dan teman sekerja serta teman seperjuanganku, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keperluanku." Filipi 2:25
Di zaman sekarang ini kebanyakan orang cenderung menyombongkan diri atau membanggakan diri dengan apa yang dimiliki, inginnya dihargai, inginnya dipuji, dan ingin dihormati. Bahkan, demi mendapatkan pengakuan dari khalayak dan demi gengsi, ada orang-orang yang sampai menunjukkan saldo dari ATM-nya dan meng-upload-nya di media sosial supaya orang lain tahu berapa uang atau kekayaan yang dimiliki.
Kecenderungan untuk meninggikan diri ini ternyata juga terjadi di dunia pelayanan pekerjaan Tuhan. Para pelayan Tuhan berlomba-lomba mengejar titel demi pamor atau reputasi agar semakin diakui sebagai hamba Tuhan 'besar', ada yang berambisi ingin menduduki jabatan penting di keorganisasian gereja, ada saling sikut memperebutkan jiwa-jiwa dan ladang pelayanan, bahkan ada pula yang memperkaya diri sendiri supaya dapat tampil wah di hadapan jemaat. Ini menyedihkan sekali! Rasa-rasanya kerendahan hati menjadi sesuatu yang mulai langka ditemukan dalam diri setiap orang! Sikap yang berbeda justru ditunjukkan oleh Epafroditus, yang tak pernah menonjolkan dirinya sendiri, hanya belajar setia melakukan apa yang dipercayakan kepadanya. Sekalipun tugas pelayanan yang ia lakukan tampak remeh dan sepele, yaitu mengantarkan persembahan jemaat Filipi untuk diberikan kepada rasul Paulus yang waktu itu sedang berada di penjara di Roma, tapi Epafroditus melakukannya dengan penuh kerelaan.
Karena melihat ketulusan dan kesungguhan hati Epafroditus dalam pelayanan ini, rasul Paulus meminta semua jemaat Filipi untuk menghargai jerih lelahnya, "...sambutlah dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia." (Filipi 2:29), sebab tak mudah mendapati orang yang berhati 'hamba' seperti dia, yang mau diutus untuk melayani orang yang dalam masalah dan penderitaan. Kehadiran Epafroditus benar-benar menguatkan hati Paulus pada saat itu! Maka, sekecil apa pun tugas yang Tuhan percayakan, lakukan dengan kerendahan hati, jangan karena ambisi!
Tuhan memperhitungkan jerih lelah kita dalam pekerjaan-Nya, pasti ada upah yang disediakan-Nya! 1 Korintus 15:58
Baca: Filipi 2:25-30
"Sementara itu kuanggap perlu mengirimkan Epafroditus kepadamu, yaitu saudaraku dan teman sekerja serta teman seperjuanganku, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keperluanku." Filipi 2:25
Di zaman sekarang ini kebanyakan orang cenderung menyombongkan diri atau membanggakan diri dengan apa yang dimiliki, inginnya dihargai, inginnya dipuji, dan ingin dihormati. Bahkan, demi mendapatkan pengakuan dari khalayak dan demi gengsi, ada orang-orang yang sampai menunjukkan saldo dari ATM-nya dan meng-upload-nya di media sosial supaya orang lain tahu berapa uang atau kekayaan yang dimiliki.
Kecenderungan untuk meninggikan diri ini ternyata juga terjadi di dunia pelayanan pekerjaan Tuhan. Para pelayan Tuhan berlomba-lomba mengejar titel demi pamor atau reputasi agar semakin diakui sebagai hamba Tuhan 'besar', ada yang berambisi ingin menduduki jabatan penting di keorganisasian gereja, ada saling sikut memperebutkan jiwa-jiwa dan ladang pelayanan, bahkan ada pula yang memperkaya diri sendiri supaya dapat tampil wah di hadapan jemaat. Ini menyedihkan sekali! Rasa-rasanya kerendahan hati menjadi sesuatu yang mulai langka ditemukan dalam diri setiap orang! Sikap yang berbeda justru ditunjukkan oleh Epafroditus, yang tak pernah menonjolkan dirinya sendiri, hanya belajar setia melakukan apa yang dipercayakan kepadanya. Sekalipun tugas pelayanan yang ia lakukan tampak remeh dan sepele, yaitu mengantarkan persembahan jemaat Filipi untuk diberikan kepada rasul Paulus yang waktu itu sedang berada di penjara di Roma, tapi Epafroditus melakukannya dengan penuh kerelaan.
Karena melihat ketulusan dan kesungguhan hati Epafroditus dalam pelayanan ini, rasul Paulus meminta semua jemaat Filipi untuk menghargai jerih lelahnya, "...sambutlah dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia." (Filipi 2:29), sebab tak mudah mendapati orang yang berhati 'hamba' seperti dia, yang mau diutus untuk melayani orang yang dalam masalah dan penderitaan. Kehadiran Epafroditus benar-benar menguatkan hati Paulus pada saat itu! Maka, sekecil apa pun tugas yang Tuhan percayakan, lakukan dengan kerendahan hati, jangan karena ambisi!
Tuhan memperhitungkan jerih lelah kita dalam pekerjaan-Nya, pasti ada upah yang disediakan-Nya! 1 Korintus 15:58
Subscribe to:
Posts (Atom)