Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2020
Baca: Yeremia 7:21-28
"...dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!" Yeremia 7:23
Semua orang pasti rindu memiliki kehidupan yang berbahagia. Ingatlah! Kebahagiaan itu sesungguhnya bukan suatu keadaan yang ditentukan oleh situasi di sekitar, tapi merupakan hasil dari sebuah keputusan yang kita ambil. Hal ini berkenaan dengan sikap hati dalam merespons setiap keadaan yang terjadi dan kita alami. Banyak orang berpikir: 'Kalau aku punya isteri yang cantik atau suami yang tampan, hidupku pasti berbahagia; kalau aku punya mobil yang bagus dan punya rumah mewah di kawasan elit, hidupku pasti berbahagia. Faktanya? Itu tidak menjamin orang akan berbahagia dalam menjalani hidup.
Seberat apa pun keadaan yang kita alami atau seburuk apa pun situasi yang sedang terjadi, kita akan tetap berbahagia asalkan kita hidup di jalan Tuhan atau mengikuti seluruh jalan yang Tuhan perintahkan (ayat nas). Hidup di jalan Tuhan atau mengikuti jalan Tuhan artinya hidup dalam kebenaran. Penulis Amsal menasihati, "...hai anak-anak, dengarkanlah aku, karena berbahagialah mereka yang memelihara jalan-jalanku." (Amsal 8:32). Pemazmur juga menyatakan, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." (Mazmur 1:1-2). Bukankah Tuhan berjanji bahwa Ia akan selalu menyertai kita, membela kita, menguatkan kita, menyatakan mujizat-Nya dn melakukan perkara-perkara yang besar dalam hidup orang benar? Karena itu kita harus berpegang teguh pada janji Tuhan ini dengan hidup dalam ketaatan.
Kita kehilangan kebahagiaan kalau kita terlalu banyak mendengar suara manusia, mendengar suara dunia, yang seringkali melemahkan. Sebaliknya kalau kita senantiasa menyendengkan telinga kita untuk mendengar suara Tuhan (firman-Nya), itu yang akan membuat kita kuat dan bersukacita di segala keadaan. Pun kita akan kehilangan kebahagiaan kalau kita hidup dalam dosa, sebab dosa menghasilkan ketakutan dan membuat kita kehilangan damai sejahtera dan sukacita.
Hidup kita akan berbahagia bila kita hidup di jalan Tuhan (mengikuti kehendak-Nya).
Sunday, May 24, 2020
Saturday, May 23, 2020
TEGURAN TUHAN SAAT KITA MELAWAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2020
Baca: Amsal 19:1-29
"Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan." Amsal 19:20
Tuhan kita adalah Tuhan yang sungguh teramat baik, Ia selalu memerhatikan dan mengasihi kita. Saat kita lemah dan tak berdaya Tuhan hadir melalui Roh Kudus untuk menguatkan kita; saat kita sedang susah Roh-Nya hadir untuk menghibur kita.
Namun ada saat-saat di mana Tuhan harus berlaku keras terhadap kita, yaitu menegur dan jika perlu 'menghajar' kita: "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:19). Tuhan berlaku keras kepada kita bukan tanpa sebab! Karena "...ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika Aku memanggil tidak ada yang menjawab?" (Yesaya 50:2a). Ketika Tuhan datang kepada kita, kita tidak peduli, dan ketika Ia memanggil, kita tak menjawab, saat itulah Tuhan akan berlaku keras terhadap kita supaya kita segera menyadari kesalahan yang telah kita perbuat. Jika Tuhan mendidik kita dengan keras melalui 'hajaran atau pukulan', bukan berarti Dia tidak mengasihi kita, justru Ia menunjukkan kepedulian-Nya, kasih-Nya dan tanggung jawab-Nya atas hidup kita, sebab Dia tak ingin kita semakin melenceng dari jalan-jalan-Nya. Sebagaimana seorang ayah menghukum ketika anaknya bandel dan tak mau taat, begitu juga Bapa di Sorga jika kita sudah diberitahu, diingatkan, dinasihati dan ditegur secara halus tetap saja mengeraskan hati dan tidak mau mendengar. "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24). Bukan kematian orang fasik yang Tuhan kehendaki, tetapi pertobatannya, karena itu Ia berlaku sabar (Yehezkiel 33:11).
Bila Tuhan menghajar dan memukul kita berarti Ia memiliki rencana yang indah di balik semuanya itu. "Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula." (Ayub 5:18). Ketika kita menempuh jalan yang salah, Roh Kudus berbicara dengan lembut kepada kita untuk mengingatkan! Janganlah mengeraskan hati bila ditegur dan diperingatkan, sebab hal itu untuk kebaikan hidup kita.
Tuhan harus berlaku keras kepada kita karena Ia tidak ingin kita bermain-main dengan dosa dan mengalami kebinasaan!
Baca: Amsal 19:1-29
"Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan." Amsal 19:20
Tuhan kita adalah Tuhan yang sungguh teramat baik, Ia selalu memerhatikan dan mengasihi kita. Saat kita lemah dan tak berdaya Tuhan hadir melalui Roh Kudus untuk menguatkan kita; saat kita sedang susah Roh-Nya hadir untuk menghibur kita.
Namun ada saat-saat di mana Tuhan harus berlaku keras terhadap kita, yaitu menegur dan jika perlu 'menghajar' kita: "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:19). Tuhan berlaku keras kepada kita bukan tanpa sebab! Karena "...ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika Aku memanggil tidak ada yang menjawab?" (Yesaya 50:2a). Ketika Tuhan datang kepada kita, kita tidak peduli, dan ketika Ia memanggil, kita tak menjawab, saat itulah Tuhan akan berlaku keras terhadap kita supaya kita segera menyadari kesalahan yang telah kita perbuat. Jika Tuhan mendidik kita dengan keras melalui 'hajaran atau pukulan', bukan berarti Dia tidak mengasihi kita, justru Ia menunjukkan kepedulian-Nya, kasih-Nya dan tanggung jawab-Nya atas hidup kita, sebab Dia tak ingin kita semakin melenceng dari jalan-jalan-Nya. Sebagaimana seorang ayah menghukum ketika anaknya bandel dan tak mau taat, begitu juga Bapa di Sorga jika kita sudah diberitahu, diingatkan, dinasihati dan ditegur secara halus tetap saja mengeraskan hati dan tidak mau mendengar. "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24). Bukan kematian orang fasik yang Tuhan kehendaki, tetapi pertobatannya, karena itu Ia berlaku sabar (Yehezkiel 33:11).
Bila Tuhan menghajar dan memukul kita berarti Ia memiliki rencana yang indah di balik semuanya itu. "Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula." (Ayub 5:18). Ketika kita menempuh jalan yang salah, Roh Kudus berbicara dengan lembut kepada kita untuk mengingatkan! Janganlah mengeraskan hati bila ditegur dan diperingatkan, sebab hal itu untuk kebaikan hidup kita.
Tuhan harus berlaku keras kepada kita karena Ia tidak ingin kita bermain-main dengan dosa dan mengalami kebinasaan!
Subscribe to:
Posts (Atom)