Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2020
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung." 1 Petrus 2:19
Ada penderitaan sebagai akibat dari kesalahan atau dosa, ada penderitaan karena serangan dari Iblis, dan ada pula penderitaan yang dialami justru karena hidup dalam kebenaran. Alkitab menyatakan jika kita berbuat baik dan karena itu kita harus menderita, maka itu adalah kasih karunia (ayat nas), "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita
untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti
jejak-Nya." (1 Petrus 2:21). Tidak selamanya kebenaran mendatangkan berkat. Terkadang kita sudah hidup dalam kebenaran, namun yang kita alami justru adalah tekanan dan penderitaan seperti yang dirasakan pemazmur: "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi." (Mazmur 73:13-14).
Yeremia, seorang hamba Tuhan yang diutus untuk menyampaikan nubuatan dari Tuhan, justru mendapatkan perlakuan yang tak manusiawi: "Pasyhur bin Imer, imam yang pada waktu itu menjabat kepala di rumah
TUHAN, mendengar Yeremia menubuatkan perkataan-perkataan itu. Lalu Pasyhur memukul nabi Yeremia dan memasungkan dia di pintu gerbang Benyamin yang ada di atas rumah TUHAN." (Yeremia 20:1-2). Mengapa Tuhan mengijinkan hal itu terjadi? Karena Tuhan mau memproses dan memurnikan Yeremia, sama seperti logam emas ketika dimurnikan, ia harus melewati ujian api. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan adalah api yang menghanguskan (Ulangan 4:24). Yeremia diijinkan Tuhan melewati proses dengan suatu maksud yaitu supaya ia memiliki hati yang murni (motivasi) dalam melayani pekerjaan-Nya, serta punya keberanian untuk menyuarakan kebenaran, menyerukan pertobatan, bukan berkhotbah hanya untuk sekedar menyenangkan telinga orang.
Tuhan ijinkan orang benar mengalami penderitaan karena Ia hendak menuntun kita kepada pengalaman mujizat. Tuhan tidak mau kita hanya mendengar dari kata orang bahwa Ialah sumber mujizat, tetapi Ia mau kita juga mengalami mujizat-Nya sehingga hidup kita menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain.
Di balik penderitaan yang dialami orang benar, Tuhan punya rencana besar!
Friday, May 15, 2020
Thursday, May 14, 2020
MELAYANI SESUAI KRITERIA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2020
Baca: Maleakhi 2:1-9
"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam." Maleakhi 2:7
Nama 'Maleakhi' memiliki arti utusan-Ku, jadi bukan tanpa maksud bila Tuhan memberi nama ini untuk Maleakhi, sebab sejak awal Tuhan sudah punya rencana yang indah atas hidupnya untuk menyuarakan kebenaran. Tuhan berkata, "Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!" (Maleakhi 3:1a).
Untuk menjadi utusan Tuhan atau orang yang dipercaya Tuhan untuk tugas pelayanan, seseorang harus memenuhi kriteria yang dikehendaki-Nya, sebagaimana yang rasul Paulus katakan, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus," (1 Korintus 4:1). Menjadi utusan Tuhan seharusnya menyadarkan siapa kita yang tak lebih dari seorang 'hamba' yang dipercaya Tuhan untuk menyatakan rahasia-Nya. Dipercaya Tuhan adalah suatu anugerah semata! Orang akan dipercaya Tuhan untuk menjadi utusan-Nya apabila ia: 1. Takut akan Tuhan. Ini adalah syarat mutlak! "...ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku." (Maleakhi 2:5). Orang yang takut akan Tuhan berarti memiliki kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan atau menjadi pelaku firman Tuhan. Apa yang dikatakan dan diperbuatnya senantiasa meneladani apa yang Kristus katakan dan perbuat. Inilah yang juga menjadi komitmen rasul Paulus: "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16). Inilah yang disebut integritas!
2. Berani menyatakan kebenaran. "Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan." (Maleakhi 2:6). Seorang hamba Tuhan harus berani menyatakan kebenaran, tidak ada rekayasa, kompromi atau kepura-puraan, dan ia sendiri harus hidup dalam kebenaran, sehingga kehidupannya bisa menjadi kesaksian atau teladan bagi orang lain. "...banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan." (ayat nas). Sebaliknya, bila seorang utusan Tuhan ternyata memiliki perkataan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, ia justru akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Pelayan Tuhan: takut akan Tuhan dan tidak berkompromi dengan dosa!
Baca: Maleakhi 2:1-9
"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam." Maleakhi 2:7
Nama 'Maleakhi' memiliki arti utusan-Ku, jadi bukan tanpa maksud bila Tuhan memberi nama ini untuk Maleakhi, sebab sejak awal Tuhan sudah punya rencana yang indah atas hidupnya untuk menyuarakan kebenaran. Tuhan berkata, "Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!" (Maleakhi 3:1a).
Untuk menjadi utusan Tuhan atau orang yang dipercaya Tuhan untuk tugas pelayanan, seseorang harus memenuhi kriteria yang dikehendaki-Nya, sebagaimana yang rasul Paulus katakan, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus," (1 Korintus 4:1). Menjadi utusan Tuhan seharusnya menyadarkan siapa kita yang tak lebih dari seorang 'hamba' yang dipercaya Tuhan untuk menyatakan rahasia-Nya. Dipercaya Tuhan adalah suatu anugerah semata! Orang akan dipercaya Tuhan untuk menjadi utusan-Nya apabila ia: 1. Takut akan Tuhan. Ini adalah syarat mutlak! "...ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku." (Maleakhi 2:5). Orang yang takut akan Tuhan berarti memiliki kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan atau menjadi pelaku firman Tuhan. Apa yang dikatakan dan diperbuatnya senantiasa meneladani apa yang Kristus katakan dan perbuat. Inilah yang juga menjadi komitmen rasul Paulus: "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16). Inilah yang disebut integritas!
2. Berani menyatakan kebenaran. "Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan." (Maleakhi 2:6). Seorang hamba Tuhan harus berani menyatakan kebenaran, tidak ada rekayasa, kompromi atau kepura-puraan, dan ia sendiri harus hidup dalam kebenaran, sehingga kehidupannya bisa menjadi kesaksian atau teladan bagi orang lain. "...banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan." (ayat nas). Sebaliknya, bila seorang utusan Tuhan ternyata memiliki perkataan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, ia justru akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Pelayan Tuhan: takut akan Tuhan dan tidak berkompromi dengan dosa!
Subscribe to:
Posts (Atom)