Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Mei 2020
Baca: Lukas 3:1-20
"Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan." Lukas 3:8a
Khotbah-khotbah yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis isinya sangat sederhana, singkat, tak bertele-tele, tidak ngalor-ngidul, tidak banyak basa-basi, tidak dipenuhi lelucon, tetapi sangat keras dan to the point. Inti dari khotbah yang disampaikan Yohanes Pembaptis adalah seruan untuk bertobat dan bagaimana kita harus menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan itu. Dengan penuh keberanian dan tanpa ragu Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan kepada semua orang, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2).
Ia memperingatkan semua orang agar berbalik dari tingkah laku mereka yang jahat dan mengubah haluan hidupnya kepada Tuhan. Dalam hal ini Yohanes Pembaptis menekankan kepada pertobatan dan buah dari pertobatan itu. Buah dari pertobatan adalah bukti bahwa seseorang sungguh-sungguh sudah bertobat, yaitu meninggalkan cara hidup yang lama dan menjalani hidup sebagai manusia yang baru. Karena itu kepada para pemungut cukai ia mengingatkan, "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." (Lukas 3:13). Menjadi petugas pajak tidaklah salah, tetapi menagih lebih banyak dan memeras wajib pajak adalah dosa besar, terlebih lagi jika uangnya dikorupsi. Kepada para prajurit Yohanes Pembaptis berkata, "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." (Lukas 3:14). Menjadi prajurit adalah pekerjaan yang terhormat, tetapi menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri adalah perbuatan dosa. Petugas pajak dan prajurit adalah dua komponen penting dalam pemerintahan suatu negara. Ini berbicara tentang orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup rakyat.
Yohanes Pembaptis juga memperingatkan umat Tuhan untuk hidup di dalam kasih dan saling mengasihi. Kekristenan itu identik dengan kasih! Kasih yang bukan hanya lips service, tapi kasih yang dibuktikan dengan perbuatan. Memiliki kasih berarti punya kepedulian satu sama lain: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan
yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia
berbuat juga demikian." (Lukas 3:11).
Seorang yang bertobat hidupnya pasti berubah dan ada buah-buah pertobatannya!
Wednesday, May 13, 2020
Tuesday, May 12, 2020
RENDAH HATI DAN APA ADANYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Mei 2020
Baca: Yohanes 1:19-28
"Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Yohanes 1:22
Ketika para imam dan orang-orang Lewi datang kepada Yohanes Pembaptis untuk mempertanyakan tentang keberadaannya, Yohanes Pembaptis menjawab dengan jujur dan apa adanya bahwa dia bukanlah Mesias, bukan Elia, dan bukan juga nabi yang sedang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel. Ia menegaskan kepada mereka, "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." (Yohanes 1:23). Pernyataan Yohanes Pembaptis ini menunjukkan bahwa ia adalah orang yang rendah hati, orang yang tidak haus akan jabatan, orang yang tidak haus pujian dan sanjungan dari manusia, dan orang yang tahu apa yang menjadi porsi atau tugasnya di hadapan Tuhan.
Di zaman sekarang ini bukan hal yang mengejutkan lagi bila di dalam suatu organisasi gereja atau di suatu ladang pelayanan masih ada orang-orang yang saling berebut posisi atau jabatan; mereka menginginkan posisi tertentu yang strategis, sekalipun posisi tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan karunia yang dimilikinya tapi tetap saja dipaksakan. Yang mereka incar dan kejar adalah posisi, bukan tugas! Jelas sekali bahwa yang menjadi motivasi mereka adalah kepentingan pribadi, bukan kemuliaan Tuhan. Bahkan tidak sedikit para pelayan Tuhan yang saling menjatuhkan satu sama lain, tujuannya adalah untuk kemegahan diri sendiri. Tidak demikian halnya dengan Yohanes Pembaptis, ia tidak mengaku-aku diri sebagai Musa atau Elia yang sudah populer di kalangan orang-orang Yahudi, supaya orang mengelu-elukan dia, karena memang ia bukanlah Elia dan juga bukan Musa. Yohanes Pembaptis tetap tampil apa adanya!
Setiap kita dipercaya Tuhan dengan karunia yang berbeda-beda untuk saling melengkapi dan saling membangun dalam pelayanan (1 Korintus 12:4-11), karena itu kita tidak perlu merasa iri hati kepada kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh orang lain. Tetaplah menjadi diri sendiri dan kerjakan sesuai dengan porsi kita, karena Tuhan menciptakan kita istimewa, dan yang terutama adalah tetap rendah hati.
Milikilah motivasi yang benar dalam melayani Tuhan, jangan sekali-kali melayani disertai dengan ambisi pribadi atau tendensi untuk mencari nama!
Baca: Yohanes 1:19-28
"Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Yohanes 1:22
Ketika para imam dan orang-orang Lewi datang kepada Yohanes Pembaptis untuk mempertanyakan tentang keberadaannya, Yohanes Pembaptis menjawab dengan jujur dan apa adanya bahwa dia bukanlah Mesias, bukan Elia, dan bukan juga nabi yang sedang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel. Ia menegaskan kepada mereka, "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." (Yohanes 1:23). Pernyataan Yohanes Pembaptis ini menunjukkan bahwa ia adalah orang yang rendah hati, orang yang tidak haus akan jabatan, orang yang tidak haus pujian dan sanjungan dari manusia, dan orang yang tahu apa yang menjadi porsi atau tugasnya di hadapan Tuhan.
Di zaman sekarang ini bukan hal yang mengejutkan lagi bila di dalam suatu organisasi gereja atau di suatu ladang pelayanan masih ada orang-orang yang saling berebut posisi atau jabatan; mereka menginginkan posisi tertentu yang strategis, sekalipun posisi tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan karunia yang dimilikinya tapi tetap saja dipaksakan. Yang mereka incar dan kejar adalah posisi, bukan tugas! Jelas sekali bahwa yang menjadi motivasi mereka adalah kepentingan pribadi, bukan kemuliaan Tuhan. Bahkan tidak sedikit para pelayan Tuhan yang saling menjatuhkan satu sama lain, tujuannya adalah untuk kemegahan diri sendiri. Tidak demikian halnya dengan Yohanes Pembaptis, ia tidak mengaku-aku diri sebagai Musa atau Elia yang sudah populer di kalangan orang-orang Yahudi, supaya orang mengelu-elukan dia, karena memang ia bukanlah Elia dan juga bukan Musa. Yohanes Pembaptis tetap tampil apa adanya!
Setiap kita dipercaya Tuhan dengan karunia yang berbeda-beda untuk saling melengkapi dan saling membangun dalam pelayanan (1 Korintus 12:4-11), karena itu kita tidak perlu merasa iri hati kepada kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh orang lain. Tetaplah menjadi diri sendiri dan kerjakan sesuai dengan porsi kita, karena Tuhan menciptakan kita istimewa, dan yang terutama adalah tetap rendah hati.
Milikilah motivasi yang benar dalam melayani Tuhan, jangan sekali-kali melayani disertai dengan ambisi pribadi atau tendensi untuk mencari nama!
Subscribe to:
Posts (Atom)