Saturday, May 9, 2020

WAJAH YANG MEMANCARKAN KEMULIAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Mei 2020

Baca:  Mazmur 80:1-20

"...pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat."  Mazmur 80:4

Di zaman yang modern seperti sekarang ini banyak orang menjadikan penampilan lahiriah sebagai yang utama, teristimewa penampilan wajah.  Mereka berpikir dengan modal penampilan yang menarik  (cantik atau tampan), pintu sukses akan terbuka lebar.  Karena itulah tidak sedikit orang yang menghabiskan banyak uang untuk menjalani oplas  (operasi plastik)  supaya wajahnya berubah menjadi lebih menarik dan glowing.  Itulah manusia, yang selalu berfokus pada hal-hal yang jasmaniah!

     Tahukah Saudara bahwa hati manusia  (manusia batiniah)  jauh lebih diperhitungkan oleh Tuhan daripada hal-hal lahiriah?  Karena Tuhan tidak melihat rupa, harta, atau pangkat seseorang, tapi Ia melihat hati.  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7).  Oleh karena itu firman Tuhan memperingatkan,  "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  (Amsl 4:23), sebab  "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu."  (Amsal 27:19).  Jika hati kita baik dan benar, dari dalam hati kita akan terpancar keluar kemuliaan Tuhan dan wajah pun akan tampak bersinar, sehingga kehidupan kita bisa menjadi berkat dan kesaksian di mana pun berada dan kapan pun.  Dari kehidupan kita akan terpancar kemuliaan Kristus bila kita menjalani hidup dengan iman dan penuh ucapan syukur.  Sebaliknya bila kita menjalani hidup ini dengan bersungut-sungut, mengeluh, dan mengomel, wajah kita akan tampak muram, suram, kusut, sedih, sehingga tak ada pancaran kemuliaan Tuhan, orang lain pun akan  'tersandung'  melihatnya.

     Dari kehidupan kita akan terpancar kemuliaan Kristus bila kita hidup dalam kebenaran.  Hidup dalam kebenaran berarti tidak ada hal-hal yang tidak beres, tidak ada dosa yang disembunyikan, tidak ada kepura-puraan!  "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."  (Yesaya 32:17).  Sekalipun diperhadapkan dengan pergumulan berat kita tak kehilangan sukacita, karena kita tahu bahwa Tuhan ada di pihak orang benar.

Orang benar hidupnya pasti berdampak, karena memancarkan kemuliaan Tuhan!

Friday, May 8, 2020

TUHAN MEMASANG KUK PADA KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2020

Baca:  Matius 11:25-30

"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."  Matius 11:29-30

Kristus memberikan undangan secara terbuka kepada semua orang,  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28), sebab semua manusia menanggung beban yang teramat berat:  ialah dosa, yaitu beban yang sama sekali tidak dapat ditanggung sendiri oleh manusia, hanya Kristus yang sanggup menanggung beban dosa manusia itu melalui pengorbanan-Nya di kayu salib ketika Ia berkata,  "Sudah selesai."  (Yohanes 19:30).  Karena itu hanya Kristus yang sanggup memberikan kelegaan dan kelepasan dari beban dosa itu!

     Setelah kita dibebaskan dari beban dosa Tuhan memberikan kita beban yang lain yaitu kuk.  Kuk adalah sepotong kayu yang ditaruh di atas tengkuk sapi, kerbau, kuda atau keledai yang terhubung dengan bajak, pedati atau kereta.  Selain kuk ada yang disebut  'tali kekang'  atau  'tali les'  yang biasanya dimasukkan ke dalam hidung binatang, atau berupa besi bergerigi yang dipasang pada bagian mulut yang terhubung dengan tali.  Kuk dan tali kekang ini berbicara tentang campur tangan Tuhan untuk mengarahkan dan menuntun kita pada jalan-jalan yang dikehendaki-Nya, sebab jika tidak diarahkan dan dituntun, kita cenderung memberontak, menempuh jalan yang salah, menyimpang ke kanan atau ke kiri, karena lebih menuruti keinginan daging daripada tunduk pada pimpinan Roh Kudus.

     Yunus, sekalipun mengaku diri:  "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN,"  (Yunus 1:9), tetapi ketika ia diperintahkan Tuhan untuk menyampaikan kebenaran kepada orang-orang di Niniwe, ia memilih untuk melarikan diri ke Tarsis menuruti keinginannya  (Yunus 1:2-3).  Karena memberontak akhirnya Tuhan harus menaruh  'kuk' kepada Yunus dalam bentuk terjangan angin badai dan ikan besar untuk menyadarkan Yunus atas kesalahan yang telah diperbuatnya, dan mengingatkan kembali akan panggilan Tuhan untuk pergi ke Niniwe.  Adakalanya Tuhan harus memaksa kita dengan memasang kuk dan tali kekang agar kita mau tunduk pada kehendak-Nya dan tidak menyimpang.

Terjangan angin badai dan ikan besar inilah yang mendatangkan kebaikan bagi Yunus, yang membuatnya sadar dan kembali taat kepada kehendak Tuhan!