Thursday, April 9, 2020

HATI YANG GEMBIRA: Obat Yang Manjur

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2020

Baca:  Amsal 17:1-28

"Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."  Amsal 17:22

Dalam versi The Amplified Bible, ayat nas di atas berbunyi:  "Hati yang gembira adalah obat yang manjur dan pikiran yang ceria memberikan kesembuhan."  Hati yang gembira dan pikiran yang ceria  (positif)  ternyata bisa menjadi obat yang manjur, artinya dapat menyembuhkan sakit-penyakit.  Karena itulah rasul Paulus menasihati jemaat di Filipi,  "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"  (Filipi 4:4).  Mengapa kita harus bersukacita senantiasa?  Karena dengan bersukacita keadaan hati tetap terjaga dengan baik sehingga pikiran dan perkataan pun turut terjaga dengan baik ,  "...Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati."  (Matius 12:34b).

     Bersukacitalah atau bergembiralah senantiasa berarti di segala situasi!  Umumnya kegembiraan seseorang tergantung pada situasi:  ketika semua hutang terbayar lunas, ketika anak-anak berhasil lulus ujian dengan nilai bagus, saat menerima hadiah dari suami/isteri tercinta, dan sebagainya.  Bergembira karena mengalami hal-hal yang menyenangkan adalah wajar.  Tapi bagaimana jika berada di situasi yang sebaliknya:  terbaring lemah karena sakit, anak-anak susah diatur, ekonomi keluarga sedang morat-marit, dapatkah hati bergembira?  Salah satu cara yang dilakukan orang untuk menjaga hatinya agar tetap bergembira adalah mendengarkan musik atau bersenandung.  Karena itu angkatlah suaramu dan pujilah Tuhan!  Memuji-muji Tuhan adalah cara terbaik menjaga hati agar tetap bergembira.  Inilah yang dilakukan Daud:  "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2), bahkan  "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau,"  (Mazmur 119:164).

     Menjaga hati untuk tetap bergembira adalah sebuah pilihan!  Manakah yang Saudara pilih:  terus mengeluh, bersungut-sungut dengan muka yang kusut masam saat menghadapi masalah, ataukah menghadapi masalah dengan hati yang tetap terjaga dengan baik dan muka yang gembira?  Mari belajar untuk tetap bergembira di segala situasi, supaya orang-orang yang ada di sekeliling kita terkena dampak positifnya.

"Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat."  Amsal 15:13

Wednesday, April 8, 2020

KESETIAAN: Dipercaya Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2020

Baca:  Ulangan 34:1-12

"Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa."  Ulangan 34:9

Tuhan berfirman kepada Yosua,  "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu."  (Yosua 1:2).  Tak pernah terbayang sedikit pun di benak Yosua bahwa suatu saat kelak ia akan dipilih dan dipercaya Tuhan untuk menjadi pemimpin bangsa Israel menggantikan Musa.

     Alkitab mencatat bahwa Yosua adalah keturunan Efraim, anak dari Nun.  Masa muda Yosua banyak dihabiskan di padang gurun dalam pengembaraan menuju ke Kanaan.  Nama sebenarnya adalah Hosea, yang artinya keselamatan, tapi Musa memanggilnya Yosua, yang berarti Ia akan menyelamatkan atau keselamatan dari Yehovah.  Bukan tanpa alasan bila Tuhan memilih Yosua untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan dari Musa, sebab ia adalah abdi Musa yang sangat setia.  Bersama Musa pula Yosua turut merasakan pahit getirnya kehidupan karena harus melewati masa-masa sulit dan penuh ujian di padang gurun.  Ketika Musa menerima 10 perintah  (Taurat)  dari Tuhan di gunung Sinai, Yosua turut serta di situ dan diperintahkan Musa untuk menjaga tenda pertemuan, dan ia melakukannya dengan setia dan penuh tanggung jawab.  Kesetiaan Yosua sebagai hamba benar-benar telah teruji.  Itulah sebabnya Tuhan memilih dia.  Terhadap orang-orang yang setialah Tuhan memercayakan suatu perkara.  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10).

     Selain itu Yosua adalah seorang pemberani.  Ketika dipercaya untuk memimpin pasukan saat berperang melawan orang Amalek,  "...Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang."  (Keluaran 17:13).  Ketika Musa mengutus 12 orang untuk mengintai negeri Kanaan, sepuluh orang merasa pesimis dan memberikan laporan negatif, yang membuat bangsa Israel semakin takut, namun hanya Yosua dan Kaleb yang memberikan laporan positif dan membangkitkan iman  (Bilangan 13:1-33), bukti bahwa Yosua adalah seorang pemberani dan memiliki iman yang teguh.

Tanpa kesetiaan mustahil Tuhan memercayai Yosua untuk menjadi pemimpin!