Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2020
Baca: Roma 8:1-17
"Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari
daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh." Roma 8:5
Pikiran adalah pemimpin untuk setiap tindakan kita, seperti tertulis: "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Dalam Alkitab versi King James Version dinyatakan: "Sebagaimana dia berpikir dalam hatinya, demikianlah ia." Sedangkan Alkitab terjemahan lain menyatakan: "Sebagaimana seorang manusia berpikir dalam hatinya, demikianlah dia jadinya." Ternyata, apa yang ada di pikiran orang membawa pengaruh besar bagi kehidupannya. Bila yang kita pikirkan adalah hal-hal kedagingan (duniawi), maka kita pun akan bertindak menurut keinginan daging. Apa yang kita perbuat semata-mata untuk menyenangkan dan memuaskan keinginan daging kita. Sebaliknya, bila yang ada di pikiran adalah perkara-perkara rohani, kita pun akan menjalani hidup ini sesuai dengan pimpinan Roh Kudus.
Pikiran kita adalah medan peperangan yang sesungguhnya. Berperang melawan siapa? "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan
penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Musuh kita adalah Iblis, yang dengan segala siasat dan tipu muslihatnya berusaha untuk menyerang pikiran manusia dengan menawarkan pemikiran-pemikiran yang keliru kepada setiap orang, lalu menancapkan panah ketakutan, kebimbangan, kekuatiran, keraguan, ketidakpercayaan, dan sebagainya. Iblis tahu persis apa yang menjadi titik lemah manusia. Karena itu Iblis berusaha untuk merebut 'wilayah' dalam pikiran manusia. Bila pikiran manusia sudah ditaklukkan dan dikendalikan, maka wilayah-wilayah lain akan dengan mudah direbut.
Agar bisa menang dari tipu daya Iblis kita harus mempersenjatai diri dengan firman Tuhan. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku...kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31-32). Firman Tuhan akan memerdekakan kita dari belenggu pikiran-pikiran negatif (jahat). Perbaharui terus pikiran dengan firman Tuhan setiap hari supaya kita dapat menangkis serangan Iblis.
Pikiran yang dipenuhi firman Tuhan akan menuntun kita untuk tunduk pada pimpinan Roh Kudus, sehingga yang kita pikirkan adalah hal-hal dari Roh.
Thursday, March 26, 2020
Wednesday, March 25, 2020
TANGGALKAN REPUTASI DAN GENGSI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Maret 2020
Baca: 2 Raja-Raja 5:1-14
"Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta." 2 Raja-Raja 5:1
Naaman bukanlah sembarang orang, dia adalah orang yang punya kedudukan tinggi dan reputasi baik di mata masyarakat karena ia adalah panglima tertinggi raja Aram. Arti nama 'Naaman' adalah menyenangkan, sedap. Sayang, kesuksesan dan kegemilangannya dalam karir menjadi tidak berarti karena ia menderita sakit kusta. Tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Naaman waktu itu, penyakit membuatnya tidak berdaya.
Pada zaman itu seorang penderita kusta akan dikucilkan dan dibuang dari masyarakat. Melalui kesaksian seorang gadis kecil, yang tak lain adalah pelayan isterinya, Naaman datang kepada Elisa untuk mendapatkan kesembuhan. Sangkanya abdi Tuhan itu akan berdoa sambil menumpangkan tangan di atas tubuhnya yang sakit itu, tapi melalui seorang suruhan, Elisa memberikan perintah kepada Naaman, "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir." (2 Raja-Raja 5:10). Naaman menjadi gusar dan kecewa. "Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?" Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati." (2 Raja-Raja 5:12). Naaman berharap Elisa memerintahkan dia untuk mandi di sungai Abana atau Parpar, bukan ke sungai Yordan, yang airnya sangat keruh. Arti harafiah 'Abana' adalah keahlian, kehebatan dan pengetahuan manusia; 'Parpar' berarti kecukupan (kelimpahan materi), sedangkan sungai Yordan berarti sungainya Tuhan.
Ketika mengalami masalah yang berat kita seringkali berpikir bahwa kepintaran dan kehebatan manusia, kecanggihan ilmu kedokteran, pasti dapat melepaskan kita dari masalah. Kita juga beranggapan bahwa masalah pasti dapat diselesaikan dengan uang atau kekayaan. Namun nyatanya kepintaran, kehebatan, uang, kekayaan, tak selamanya bisa menolong. Tak mudah memercayai kuasa Ilahi karena manusia lebih memercayai hal-hal yang terlihat secara kasat mata. Namun akhinya hati Naaman luluh juga, ia mau menanggalkan reputasi dan gengsinya untuk mandi tujuh kali di sungai Yordan.
Karena mau taat, mujizat dinyatakan! Naaman menjadi tahir.
Baca: 2 Raja-Raja 5:1-14
"Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta." 2 Raja-Raja 5:1
Naaman bukanlah sembarang orang, dia adalah orang yang punya kedudukan tinggi dan reputasi baik di mata masyarakat karena ia adalah panglima tertinggi raja Aram. Arti nama 'Naaman' adalah menyenangkan, sedap. Sayang, kesuksesan dan kegemilangannya dalam karir menjadi tidak berarti karena ia menderita sakit kusta. Tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Naaman waktu itu, penyakit membuatnya tidak berdaya.
Pada zaman itu seorang penderita kusta akan dikucilkan dan dibuang dari masyarakat. Melalui kesaksian seorang gadis kecil, yang tak lain adalah pelayan isterinya, Naaman datang kepada Elisa untuk mendapatkan kesembuhan. Sangkanya abdi Tuhan itu akan berdoa sambil menumpangkan tangan di atas tubuhnya yang sakit itu, tapi melalui seorang suruhan, Elisa memberikan perintah kepada Naaman, "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir." (2 Raja-Raja 5:10). Naaman menjadi gusar dan kecewa. "Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?" Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati." (2 Raja-Raja 5:12). Naaman berharap Elisa memerintahkan dia untuk mandi di sungai Abana atau Parpar, bukan ke sungai Yordan, yang airnya sangat keruh. Arti harafiah 'Abana' adalah keahlian, kehebatan dan pengetahuan manusia; 'Parpar' berarti kecukupan (kelimpahan materi), sedangkan sungai Yordan berarti sungainya Tuhan.
Ketika mengalami masalah yang berat kita seringkali berpikir bahwa kepintaran dan kehebatan manusia, kecanggihan ilmu kedokteran, pasti dapat melepaskan kita dari masalah. Kita juga beranggapan bahwa masalah pasti dapat diselesaikan dengan uang atau kekayaan. Namun nyatanya kepintaran, kehebatan, uang, kekayaan, tak selamanya bisa menolong. Tak mudah memercayai kuasa Ilahi karena manusia lebih memercayai hal-hal yang terlihat secara kasat mata. Namun akhinya hati Naaman luluh juga, ia mau menanggalkan reputasi dan gengsinya untuk mandi tujuh kali di sungai Yordan.
Karena mau taat, mujizat dinyatakan! Naaman menjadi tahir.
Subscribe to:
Posts (Atom)