Tuesday, March 10, 2020

BADAI DALAM KENDALI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2020

Baca:   Mazmur 86:1-17

"Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan, supaya orang-orang yang membenci aku melihat dengan malu, bahwa Engkau, ya TUHAN, telah menolong dan menghiburkan aku."  Mazmur 86:17

Sering terlontar dari mulut kita,  "Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: 'Penindasan!' tetapi tidak Kautolong?"  (Habakuk 1:2).  Seringkali kita melihat masalah seperti  'Goliat' yang sepertinya mustahil untuk dikalahkan dan kita memandang kuasa Tuhan serasa begitu kecil.

     Camkan dalam-dalam!  Tuhan kita adalah Penguasa alam semesta ini, artinya Dia mempunyai kedaulatan penuh atas seluruh ciptaan-Nya.  Badai dan gelombang yang begitu dahsyat saja langsung berhenti dan danau menjadi teduh ketika Tuhan menghardiknya:  "'Diam! Tenanglah!' Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali."  (Markus 4:39).  Ketika Tuhan mengajak murid-murid-Nya ke danau, Ia tahu akan datang angin taufan dan badai gelombang.  Ia mengiinkan hal itu terjadi untuk menguji sejauh mana kualitas iman mereka.  Iman takkan bertumbuh tanpa proses!  Tuhan tidak mau kita terus seperti  'bayi'  rohani yang biasanya hanya merengek dan selalu minta diperhatikan.  Tuhan mau kita menjadi orang-orang percaya yang dewasa rohani, yang kuat menghadapi segala tantangan.  Jika Tuhan ijinkan badai persoalan terjadi, percayalah kita pasti sanggup menanggung segala sesuatunya, karena Ia tahu sampai di mana batas kekuatan kita.  "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13).

     Untuk bisa menjadi bejana yang indah dan berharga, tanah liat harus mengalami proses pembentukan yang panjang dan menyakitkan;  buah zaitun takkan menghasilkan minyak bila tidak ditekan sedemikian rupa;  buah anggur takkan menjadi arak apabila ia tidak diperas.  Bersyukurlah bila Tuhan masih berkenan mendidik kita melalui masalah, sehingga kita boleh mendapat pengalaman iman yang luar biasa bersama Dia.

Dengan masalah sesungguhnya kita sedang dipersiapkan Tuhan untuk melihat dan mengalami perkara-perkara besar yang hendak dinyatakan-Nya.

Monday, March 9, 2020

SEMUA MILIK TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2020

Baca:  1 Tawarikh 29:10-19

"Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya."  1 Tawarikh 29:12

Daud adalah seorang raja Israel yang besar dan diberkati Tuhan.  Selain memiliki kekayaan yang melimpah, ia juga punya angkatan bersenjata atau prajurit-prajurit yang kuat.  Secara duniawi Daud punya alasan untuk membanggakan diri karena dia punya segalanya.  Tapi hal itu tidak Daud lakukan, karena ia sadar bahwa semua yang dimiliki adalah datangnya dari Tuhan.  Tanpa campur tangan Tuhan, jika Tuhan tidak turut bekerja, Daud bukanla siapa-siapa dan tidak akan sampai sejauh itu.

     Berkat yang kita miliki adalah pemberian dari Tuhan.  Jadi Tuhan adalah Pemilik, sedangkan kita hanya dipercaya untuk mengelolanya  (pengelola).  Daud mengakui dengan jujur,  "Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala."  (1 Tawarikh 29:11).  Tuhan sangat membenci kesombongan;  Tuhan tidak suka dengan orang yang suka membanggakan diri atau bermegah atas diri sendiri.  Betapa pun megah, besar, hebat, kuat, pintar, dan populernya seseorang, bila kesombongan atau kemegahan terhadap diri sendiri mulai merajai hati, Tuhan akan menurunkan dan merendahkannya.

     Di akhir zaman ini roh kesombongan melanda manusia secara merajalela.  Tapi, tidak banyak orang menyadari hal ini.  Ketika karir, studi, bisnis atau pelayanan mulai sukses, dada mulai dibusungkan.  Yang awalnya down to earth, setelah memiliki segala-galanya menjadi seperti  'alien'.  Saat kesombongan mulai merajai hidup seseorang, ia pun menjadi lupa kepada Tuhan, Sang Pemberi.  Kita menganggap semua yang telah diraih adalah buah dari jerih payah sendiri.  Walaupun raja Daud punya segalanya, dia tetap mengakui bahwa segala sesuatu datangnya dari Tuhan dan milik Tuhan.  Oleh sebab itu jangan sekali-kali menyombongkan diri.  "Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN."  (Obaja 1:4).

Jangan sekali-kali memegahkan diri, karena semua datangnya dari Tuhan!