Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Februari 2020
Baca: Kolose 1:15-23
" ...oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang
ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian
oleh darah salib Kristus." Kolose 1:20
Kata 'damai' dalam bahasa Ibrani: shalom, memiliki makna: sejahtera, tidak ada yang hilang, tidak ada perpecahan, sehat, kaya, bahagia dan keadaan baik. Tuhan adalah penyelenggara damai itu sendiri. Dengan kata lain Tuhan adalah sumber damai itu, karena Dia adalah Raja damai (Yesaya 9:5). Ketika Kristus lahir ke dunia, malaikat-malaikat di sorga memproklamirkan damai sejahtera di bumi. "Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.'" (Lukas 2:13-14).
Apakah sebelum Kristus lahir tidak ada damai di bumi? Sebelum Kristus menjadi korban pendamaian, manusia hidup dalam perseteruan dengan Bapa oleh karena dosa dan kejahatan yang diperbuatnya. Hal ini ditegaskan oleh rasul Paulus, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak
dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan," (Efesus 2:14). Tidak bisa dibayangkan, selama ribuan tahun manusia hidup dalam perseteruan dengan Bapa di sorga.
Ketika Kristus menjadi korban yang menyenangkan hati Bapa, damai sejahtera Bapa yang melampaui segala akal diberikan kepada setiap orang yang mau percaya dan menerima Putera-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Damai akan kita miliki dan alami hanya apabila kita menerima pengampunan dan diperdamaikan dengan Bapa melalui darah Kristus. Tanpa pencurahan darah Kristus di Kalvari tak akan pernah ada perdamaian dengan Bapa bagi kita. "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka." (2 Korintus 5:19a). Bapalah yang berinisiatif mendamaikan umat manusia dengan diri-Nya sendiri, "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera..." (Roma 5:1).
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku
Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan
oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." Yohanes 14:27
Saturday, February 29, 2020
Friday, February 28, 2020
JANGAN SAMPAI LUPA DARATAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2020
Baca: Tawarikh 12:1-16
"Oleh sebab raja merendahkan diri, surutlah murka TUHAN dari padanya, sehingga ia tidak dimusnahkan-Nya sama sekali. Lagipula masih terdapat hal-hal yang baik di Yehuda." 2 Tawarikh 12:12
Saat berada di puncak karir, sukses dan hidup dalam kelimpahan, banyak orang menjadi lupa diri, tak lagi ingat asal usulnya, seperti istilahnya 'kacang lupa kulitnya'. Berbeda sekali saat masih dalam keadaan minim atau pas-pasan, mereka begitu rajin beribadah hingga secara perlahan hidupnya mulai berubah, dipulihkan dan diberkati Tuhan. Sayang secepat kilat pula orang mulai berubah, mereka tidak lagi memprioritaskan Tuhan.
Hal ini terjadi pada Rehabeam, raja Yehuda. Alkitab mencatat: "Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh." (2 Tawarikh 12:1). Setelah kerajaannya kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh Rehabeam dan rakyatnya mulai meninggalkan Tuhan dan tak lagi hidup mengandalkan Dia, karena merasa diri kuat dan hebat. Berada di puncak kejayaan membuat Rehabeam lupa diri dan tidak lagi setia kepada Tuhan. Mereka meninggalkan hukum Tuhan, alias tidak lagi taat. Ia terlalu membanggakan kekuatan pasukan perangnya dan juga hidup mengandalkan kekayaan negerinya yang melimpah ruah. Tuhan tidak lagi mereka butuhkan! Firman Tuhan memperingatkan, "Celakalah orang-orang...yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus," (Yesaya 31:1). Apa yang terjadi kemudian? Ketika negerinya sedang terancam karena musuh yang datang dari kerajaan Mesir, Rehabeam menjadi takut dan mulai sadar bahwa ia sangat membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Ternyata, tanpa Tuhan mereka tidak ada apa-apanya.
Rehabeam pun merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui segala dosa dan kesalahan yang telah ia dan rakyatnya perbuat. Melihat kesungguhan hati Rehabeam ini hati Tuhan pun tergerak oleh belas kasihan. Tuhan mengurungkan niat-Nya untuk menghukum dan memusnahkan kerajaan Yehuda (ayat nas).
Hati Tuhan tergerak oleh belas kasihan ketika melihat seseorang merendahkan diri di hadapan-Nya dan mau bertobat dengan sungguh-sungguh!
Baca: Tawarikh 12:1-16
"Oleh sebab raja merendahkan diri, surutlah murka TUHAN dari padanya, sehingga ia tidak dimusnahkan-Nya sama sekali. Lagipula masih terdapat hal-hal yang baik di Yehuda." 2 Tawarikh 12:12
Saat berada di puncak karir, sukses dan hidup dalam kelimpahan, banyak orang menjadi lupa diri, tak lagi ingat asal usulnya, seperti istilahnya 'kacang lupa kulitnya'. Berbeda sekali saat masih dalam keadaan minim atau pas-pasan, mereka begitu rajin beribadah hingga secara perlahan hidupnya mulai berubah, dipulihkan dan diberkati Tuhan. Sayang secepat kilat pula orang mulai berubah, mereka tidak lagi memprioritaskan Tuhan.
Hal ini terjadi pada Rehabeam, raja Yehuda. Alkitab mencatat: "Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh." (2 Tawarikh 12:1). Setelah kerajaannya kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh Rehabeam dan rakyatnya mulai meninggalkan Tuhan dan tak lagi hidup mengandalkan Dia, karena merasa diri kuat dan hebat. Berada di puncak kejayaan membuat Rehabeam lupa diri dan tidak lagi setia kepada Tuhan. Mereka meninggalkan hukum Tuhan, alias tidak lagi taat. Ia terlalu membanggakan kekuatan pasukan perangnya dan juga hidup mengandalkan kekayaan negerinya yang melimpah ruah. Tuhan tidak lagi mereka butuhkan! Firman Tuhan memperingatkan, "Celakalah orang-orang...yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus," (Yesaya 31:1). Apa yang terjadi kemudian? Ketika negerinya sedang terancam karena musuh yang datang dari kerajaan Mesir, Rehabeam menjadi takut dan mulai sadar bahwa ia sangat membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Ternyata, tanpa Tuhan mereka tidak ada apa-apanya.
Rehabeam pun merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui segala dosa dan kesalahan yang telah ia dan rakyatnya perbuat. Melihat kesungguhan hati Rehabeam ini hati Tuhan pun tergerak oleh belas kasihan. Tuhan mengurungkan niat-Nya untuk menghukum dan memusnahkan kerajaan Yehuda (ayat nas).
Hati Tuhan tergerak oleh belas kasihan ketika melihat seseorang merendahkan diri di hadapan-Nya dan mau bertobat dengan sungguh-sungguh!
Subscribe to:
Posts (Atom)