Friday, February 21, 2020

KEBAHAGIAAN DI DUNIA ITU SEMU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2020

Baca:  Mazmur 25:1-22

"Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi."  Mazmur 25:12-13

Sudah menjadi hal yang biasa bila manusia membangun kebahagiaan hidupnya berlandaskan materi atau kekayaan duniawi.  Mereka berpandangan bahwa memiliki yang dan kekayaan materi berarti kebahagiaan pasti bisa diraih;  memiliki uang dan kekayaan materi akan dapat melakukan apa saja yang sesuai yang diinginkan.  Tak mengherankan bila pikiran manusia di zaman sekarang ini hanya tertuju pada uang dan kekayaan, bagaimana caranya dapat mengumpulkan uang dan kekayaan sebanyak-banyaknya.  Benarkah uang dan kekayaan materi adalah sumber kebahagiaan bagi manusia?

     Tidak ada kebahagiaan sejati di dunia ini!  Sebab kebahagiaan yang dunia tawarkan adalah semu, tak abadi.  Sekalipun memiliki semuanya  (uang, harta, popularitas, pangkat), tak menjamin seseorang hidup bahagia.  Bukankah sering kita baca dan dengar berita ada banyak public figure yang notabene punya segalanya, tapi kedapatan frustasi dan terjebak dalam kehidupan malam, seks bebas, narkoba dan sebagainya?  Apa alasannya?  Mereka merasakan kehampaan dalam hidup, ada sesuatu yang kosong.  Maka, ingin menemukan kebahagiaan sejati?  Carilah Tuhan dengan segenap hati, dan hiduplah seturut dengan kehendak-Nya.  Sebab bila kita hidup menyimpang dari jalan-jalan Tuhan kita akan terpisah dari Dia, itu artinya hidup kita akan semakin jauh dari sumber kebahagiaan itu, sebab dosalah yang membuat manusia kehilangan kebahagiaan, seperti manusia pertama yang harus terusir dari taman Eden oleh karena ketidaktaatannya  (Kejadian 3).

     Jadi siapa pun yang ingin mengalami dan menikmati kebahagiaan dalam hidupnya, tidak ada jalan lain selain harus datang kepada Tuhan dan punya hati yang takut akan Dia.  "...orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya."  (Pengkhotbah 8:12).  Firman Tuhan adalah kebenaran yang akan menuntun kita untuk menemukan jalan kebahagiaan itu.  "...dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!"  (Yeremia 7:23).

"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."  Mazmur 16:11

Thursday, February 20, 2020

BERLAKU SEBAGAI ORANG BIJAK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2020

Baca:  Amsal 22:1-16

"Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka."  Amsal 22:3

Berbicara tentang orang bijak, Alkitab selalu mengaitkannya dengan orang yang takut akan Tuhan  (orang benar).  Orang yang bijak adalah orang yang mampu melihat dan menyikapi segala sesuatu dari sudut pandang rohani sehingga ia tahu bagaimana harus bertindak.  Kebijaksanaan dalam diri seseorang itu tidak diperoleh melalui pendidikan formal, ilmu pengetahuan, filosofi atau ide manusia, melainkan melalui ketekunannya dalam merenungkan firman Tuhan:  "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian."  (Amsal 9:10).

     Secara etimologi bahasa, orang bijak adalah orang yang memiliki sikap yang tepat dalam menyikapinya setiap keadaan, situasi dan peristiwa.  Ini terjadi karena ia memiliki pancaindera yang terlatih  (dewasa rohani)  sehingga ia mampu membedakan mana yang menjadi kehendak Tuhan dan yang berkenan kepada-Nya, sehingga ia menaruh sikap hormat akan Tuhan dalam setiap perkataan dan perbuatannya.  Banyak orang kurang peka melihat hal-hal yang tidak baik atau jahat yang ada di sekitarnya, sehingga cepat atau lambat mereka akan jatuh dan terbawa arus yang ada.  Firman Tuhan memperingatkan,  "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).  Ketidakmampuan untuk melihat hal-hal yang jahat atau perkara-perkara dosa adalah suatu kebutaan rohani.  Hal ini disebabkan karena orang tidak tinggal  (berakar kuat)  di dalam firman Tuhan atau tidak membangun fondasi hidup yang kuat.

     Matius 7:24-25 menyatakan bahwa orang menjadi bijak ketika ia tekun mendengar ajaran firman Tuhan dan juga melakukannya.  Itulah sebabnya, kita membutuhkan firman Tuhan setiap hari, sebab  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Firman Tuhan akan menuntun langkah kaki kita kepada jalan kebenaran-Nya.  Ada tertulis:  "Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya."  (Amsal 14:15).

Seorang yang bijak bila melihat ada hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, dengan sigap menghindar dan meninggalkannya.