Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2020
Baca: Mazmur 39:1-14
"Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena kesalahannya, dan menghancurkan keelokannya sama seperti gegat (ngengat - Red.);" Mazmur 39:12
Salah satu gelar dan sebutan yang ditujukan kepada Kristus saat Ia masih berada di bumi dan melayani jiwa-jiwa adalah Guru. Di hadapan murid-murid-Nya Kristus berkata, "Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan." (Yohanes 13:13). Membahas tentang guru dan murid berarti kita juga membahas hal mengajar dan diajar. Ajaran Kristus bersifat Alkitabiah, artinya semua yang Dia ajarkan berasal dari Kitab Suci, yaitu firman yang hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun (Ibrani 4:12a). Dalam proses pendidikan ini Tuhan mengajar kita melalui firman-Nya dan juga melalui tuntunan Roh Kudus.
Kalau kita taat pada apa yang Tuhan ajarkan kita pasti akan menerima reward (berkat) dari-Nya. Sebaliknya bila kita tidak mau taat Tuhan pasti akan menegur dan menasihati kita. Apabila sudah ditegor dan dinasihati tetap saja mengeraskan hati dan memberontak, maka tiba waktunya bagi Tuhan untuk menghajar. Hajaran dari Tuhan bisa datang dalam bentuk masalah, kesulitan, kesesakan atau penderitaan. Jika saat ini kita sedang mengalami hajaran dari Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah koreksi diri. Banyak orang Kristen ketika mengalami masalah atau penderitaan langsung berontak, marah atau kecewa kepada Tuhan. Kita seharusnya bersyukur jika Tuhan menghajar kita, itu artinya Tuhan sangat peduli dan mengasihi kita.
Pemazmur menulis: "Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat-Mu," (Mazmur 94:12), "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6). Dalam hajaran Tuhan kita diberi kesempatan untuk dipulihkan. Jika tidak mau menerima hajaran Tuhan kehancuran yang akan terjadi. Ketika Tuhan menghajar kita Dia tidak menghajar kita dengan kebencian dan dendam yang tersulut, tapi hajaran itu bermuatan kasih. Tuhan tidak ingin kita binasa dan sengsara, karena itu Tuhan harus menghajar kita.
Hajaran Tuhan bertujuan supaya kita bertobat! Ini demi kebaikan kita.
Wednesday, February 19, 2020
Tuesday, February 18, 2020
TAK TAHU KAPAN WAKTUNYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2020
Baca: Pengkhotbah 9:1-12
"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." Pengkhotbah 9:12a
Seberapa berhargakah waktu bagi Saudara? Orang yang menghargai waktu pasti tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepadanya, mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna/bermanfaat. Salah satu contoh sederhana menyia-nyiakan waktu adalah suka sekali menunda-nunda untuk mengerjakan sesuatu, misal pekerjaan.
Menunda-nunda pekerjaan (procrastination) merupakan masalah yang dimiliki oleh hampir semua orang. Sesuatu yang seharusnya bisa dikerjakan pada hari ini sering kita tunda untuk esok hari: "Ah besok saja, masih banyak kesempatan.", padahal tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok hari. Kita tak tahu secara pasti apakah kita masih beroleh kesempatan untuk menikmati hari esok. "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Semakin kita menunda-nunda waktu untuk mengerjakan sesuatu, semakin menumpuklah pekerjaan yang harus kita kerjakan, semakin malas pula kita untuk mengerjakannya. Apa yang Tuhan percayakan kepada Saudara untuk dikerjakan? Apabila Tuhan mengutus Saudara untuk turut ambil bagian dalam pelayanan, sekarang adalah waktunya, bukan besok. Bila Tuhan mengutus Saudara untuk bersaksi dan memberitakan Injil kepada orang-orang lain, sekarang adalah waktunya, bukan besok. "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Jangan suka mengulur-ulur waktu lagi, siapa tahu di kemudian hari kita tidak punya kesempatan lagi. Bila menyadari bahwa kerohanian kita masih kerdil, mengapa kita tidak segera berbenah diri dan membuat komitmen untuk lebih serius lagi mencari Tuhan? Ini saatnya kita 'berlari' dan mengejar ketertinggalan kita. Bila saat ini kita hidup jauh dari Tuhan dan tenggelam dalam dosa, ini waktunya untuk segera bertobat.
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" Ibrani 3:15
Baca: Pengkhotbah 9:1-12
"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." Pengkhotbah 9:12a
Seberapa berhargakah waktu bagi Saudara? Orang yang menghargai waktu pasti tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepadanya, mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna/bermanfaat. Salah satu contoh sederhana menyia-nyiakan waktu adalah suka sekali menunda-nunda untuk mengerjakan sesuatu, misal pekerjaan.
Menunda-nunda pekerjaan (procrastination) merupakan masalah yang dimiliki oleh hampir semua orang. Sesuatu yang seharusnya bisa dikerjakan pada hari ini sering kita tunda untuk esok hari: "Ah besok saja, masih banyak kesempatan.", padahal tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok hari. Kita tak tahu secara pasti apakah kita masih beroleh kesempatan untuk menikmati hari esok. "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Semakin kita menunda-nunda waktu untuk mengerjakan sesuatu, semakin menumpuklah pekerjaan yang harus kita kerjakan, semakin malas pula kita untuk mengerjakannya. Apa yang Tuhan percayakan kepada Saudara untuk dikerjakan? Apabila Tuhan mengutus Saudara untuk turut ambil bagian dalam pelayanan, sekarang adalah waktunya, bukan besok. Bila Tuhan mengutus Saudara untuk bersaksi dan memberitakan Injil kepada orang-orang lain, sekarang adalah waktunya, bukan besok. "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Jangan suka mengulur-ulur waktu lagi, siapa tahu di kemudian hari kita tidak punya kesempatan lagi. Bila menyadari bahwa kerohanian kita masih kerdil, mengapa kita tidak segera berbenah diri dan membuat komitmen untuk lebih serius lagi mencari Tuhan? Ini saatnya kita 'berlari' dan mengejar ketertinggalan kita. Bila saat ini kita hidup jauh dari Tuhan dan tenggelam dalam dosa, ini waktunya untuk segera bertobat.
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" Ibrani 3:15
Subscribe to:
Posts (Atom)