Wednesday, February 12, 2020

TIDAK MAU BEKERJA, JANGAN MAKAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2020

Baca:  2 Tesalonika 3:1-15

"Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  2 Tesalonika 3:10

Ada banyak orang Kristen beranggapan bahwa bekerja itu tidak penting, tidak rohani atau tidak Alkitabiah.  Mereka beranggapan bahwa bekerja menunjukkan ketidakpercayaan kita pada pemeliharaan Tuhan;  dengan bekerja berarti kita hidup mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, bukan mengandalkan Tuhan.  Lalu mereka mengutip ayat ini:  "Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur."  (Mazmur 127:2).  Ini adalah pemahaman yang salah!

     Rasul Paulus sangat geram bila melihat ada orang-orang yang malas bekerja:  "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  (ayat nas).  Bekerja adalah kehendak Tuhan!  Alkitab menunjukkan bahwa Bapa adalah pekerja utama, yang sibuk dengan penciptaan dunia  (Kejadian 1:1-15), Ia bekerja selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh.  Bapa adalah pribadi pertama yang melakukan pekerjaan di bumi, dan Kristus pun menegaskan,  "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."  (Yohanes 5:17).  Orang yang bekerja berarti hidup seturut dengan kehendak Tuhan.  Namun bekerja yang bagaimana, ini yang penting!  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya."  (Kolose 3:23-24).

     Bekerja sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan bila dilakukan secara totalitas, bukan bekerja seenaknya dan asal-asalan.  Orang percaya yang menyadari kebenaran ini pasti akan menjadi pekerja-pekerja berkualitas di mana pun ia ditempatkan.  "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya. Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu."  (Amsal 10:4-5).  Berkat itu tidak langsung jatuh dari sorga!  Bagian Tuhan adalah memberkati, bagian kita adalah bekerja dengan sungguh-sungguh.

Ingin diberkati?  Milikilah kekuatan untuk menjadi kaya, yaitu segala yang dijumpai tanganmu, kerjakan itu sekuat tenaga  (Pengkhotbah 9:10).

Catatan: 
"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  (Roma 9:15-16).

Tuesday, February 11, 2020

RINDUKAN KEDIAMAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2020

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!"  Mazmur 84:2

Ayat nas di atas merupakan suatu nyanyian yang berisikan tentang kerinduan orang untuk selalu dekat dengan Tuhan, berada di hadirat-Nya.  Pernyataan pemazmur ini menyiratkan keadaan hatinya yang terasa kosong dan hampa saat ia berada jauh dari Tuhan, sebab dunia dan segala isinya tidak bisa memberikan sukacita, kepuasan, kelegaan dan ketenangan sejati.  Adalah lebih baik satu hari di pelataran Tuhan dari pada seribu hari di tempat lain;  lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Tuhan dari pada diam di kemah-kemah orang fasik  (Mazmur 84:11).  Kerinduannya yang teramat besar kepada Tuhan itu pun diibaratkan seperti rusa yang merindukan sungai yang berair  (Mazmur 42:2).

     Banyak orang Kristen begitu bersemangat dan merasakan hadirat Tuhan pasca menghadiri acara-acara KKR, tapi hal itu tak bertahan lama, api kembali padam, jiwa kembali lelah dan tiada berdaya.  Mengapa?  Karena mereka tak lagi mau membangun kekariban dengan Tuhan, tak punya kerinduan untuk tinggal dekat Tuhan dan berada di pelataran-Nya.  Bangsa Israel pun mengalami hal yang sama, yaitu melangkah jauh dari hadirat Tuhan dan jalan-jalan-Nya.  Mereka lebih memilih mencintai dunia ini, sehingga diutuslah nabi Yeremia oleh Tuhan untuk menegor dan memperingatkan,  "Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau menempuhnya!"  (Yeremia 6:16).

     Kunci untuk hidup dipulihkan adalah senantiasa rindu dekat dengan Tuhan dan mengingini hadirat-Nya,  "...itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya."  (Mazmur 27: 4).  Bersekutu dengan Tuhan melalui jam-jam doa yang rutin dan menyediakan waktu untuk merenungkan firman-Nya secara teratur, serta melatih diri dalam hal ibadah, akan memberikan kelegaan bagi jiwa kita.  Oleh sebab itu,  "Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN."  (Ratapan 3:40).  Semakin kita menjauh dari pelataran Tuhan dan hadirat-Nya, semakin kita hidup dalam kesia-siaan.

"Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau."  Mazmur 84:5