Tuesday, February 11, 2020

RINDUKAN KEDIAMAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2020

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!"  Mazmur 84:2

Ayat nas di atas merupakan suatu nyanyian yang berisikan tentang kerinduan orang untuk selalu dekat dengan Tuhan, berada di hadirat-Nya.  Pernyataan pemazmur ini menyiratkan keadaan hatinya yang terasa kosong dan hampa saat ia berada jauh dari Tuhan, sebab dunia dan segala isinya tidak bisa memberikan sukacita, kepuasan, kelegaan dan ketenangan sejati.  Adalah lebih baik satu hari di pelataran Tuhan dari pada seribu hari di tempat lain;  lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Tuhan dari pada diam di kemah-kemah orang fasik  (Mazmur 84:11).  Kerinduannya yang teramat besar kepada Tuhan itu pun diibaratkan seperti rusa yang merindukan sungai yang berair  (Mazmur 42:2).

     Banyak orang Kristen begitu bersemangat dan merasakan hadirat Tuhan pasca menghadiri acara-acara KKR, tapi hal itu tak bertahan lama, api kembali padam, jiwa kembali lelah dan tiada berdaya.  Mengapa?  Karena mereka tak lagi mau membangun kekariban dengan Tuhan, tak punya kerinduan untuk tinggal dekat Tuhan dan berada di pelataran-Nya.  Bangsa Israel pun mengalami hal yang sama, yaitu melangkah jauh dari hadirat Tuhan dan jalan-jalan-Nya.  Mereka lebih memilih mencintai dunia ini, sehingga diutuslah nabi Yeremia oleh Tuhan untuk menegor dan memperingatkan,  "Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau menempuhnya!"  (Yeremia 6:16).

     Kunci untuk hidup dipulihkan adalah senantiasa rindu dekat dengan Tuhan dan mengingini hadirat-Nya,  "...itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya."  (Mazmur 27: 4).  Bersekutu dengan Tuhan melalui jam-jam doa yang rutin dan menyediakan waktu untuk merenungkan firman-Nya secara teratur, serta melatih diri dalam hal ibadah, akan memberikan kelegaan bagi jiwa kita.  Oleh sebab itu,  "Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN."  (Ratapan 3:40).  Semakin kita menjauh dari pelataran Tuhan dan hadirat-Nya, semakin kita hidup dalam kesia-siaan.

"Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau."  Mazmur 84:5

Monday, February 10, 2020

SETIAP UTANG HARUS DIKEMBALIKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2020

Baca:  Ulangan 28:1-14

"TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman."  Ulangan 28:12

Setiap orang pasti memiliki kebutuhan dan keinginan dalam hidupnya.  Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, orang bekerja.  Yang sering menjadi permasalahan adalah kita sudah berusaha dengan keras dan bekerja sebaik mungkin, tapi keuangan masih saja belum cukup untuk memenuhi aneka kebutuhan.  Akhirnya kita mencari cara bagaimana supaya kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.  Salah satu cara yang seringkali menjadi opsi mudah adalah mencari pinjaman atau berutang kepada orang lain.

     Alkitab tidak pernah menyarankan kita untuk berutang, tapi juga tidak ada ayat yang menyebutkan bahwa berutang adalah dosa.  Kalau berutang adalah dosa, berarti orang percaya tidak boleh memberi pinjaman kepada orang lain.  Ada tertulis:  "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu."  (Matius 5:42).  Perhatikan!  Tuhan memberikan suatu hukum bagi orang yang berutang, yaitu ia harus membayar utangnya.  Kita berdosa apabila kita tidak membayar utang.  Meskipun utang bukanlah perbuatan dosa, namun utang sangat berbahaya dan utang yang tidak dibayar adalah dosa.  Seringkali terjadi, karena terlilit utang, orang melakukan berbagai tindak kejahatan.

     Firman Tuhan menegaskan bahwa utang sesungguhnya bukanlah untuk anak-anak Tuhan.  Rencana Tuhan bagi orang percaya adalah hidup yang diberkati dan menjadi berkat;  orang percaya memberi pinjaman, bukan meminjam.  Maka agar kita tidak terlibat utang, kita harus membuat perencanaan keuangan dengan baik.  Kemudian kita harus memastikan setiap utang dibayar terlebih dahulu, sebab orang yang meminjam dan tidak membayar kembali disebut orang fasik  (Mazmut 37:21).  Berkat Tuhan tidak akan datang kepada orang yang tidak bisa menepati janji untuk membayar utang.  Karena itu cukupkan diri dengan apa yang ada, jangan sampai besar pasak daripada tiang.

Kunci utama untuk memiliki hidup yang diberkati adalah taat melakukan kehendak Tuhan dan jangan lupa mengembalikan persepuluhan, yang adalah milik Tuhan!