Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2020
Baca: Mikha 1:1-16
"Segala patungnya akan diremukkan, segala upah sundalnya akan dibakar,
dan segala berhalanya akan Kuhancurkan; sebab dari upah sundal
dikumpulkan semuanya itu, dan akan kembali menjadi upah sundal." Mikha 1:7
Dosa bisa diartikan segala perbuatan, perasaan, atau pikiran yang tidak sesuai dengan hukum Tuhan. Dalam bahasa asli Alkitab, kata dosa berarti 'meleset dari target atau sasaran'. Dosa adalah musuh Tuhan karena Dia sangat membenci segala perbuatan dosa, dan karena dosa inilah manusia harus terpisah dari Tuhan. Keberdosaan telah menghancurkan kehidupan manusia. "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah." (Roma 3:10-11).
Dalam kitab Mikha ini digambarkan bagaimana Tuhan sangat membenci dosa, tetapi Ia mengasihi pendosa. Karena itu Tuhan masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk kembali ke jalan yang benar (bertobat). "...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Banyak orang berbuat dosa tapi tidak pernah merasa bersalah, bahkan perbuatan dosa itu dilakukan terus-menerus. Mereka lupa bahwa Tuhan itu ada dan melihat segala perbuatannya. Tuhan berfirman, "Sebab Aku mengamat-amati segala tingkah langkah mereka; semuanya itu
tidak tersembunyi dari pandangan-Ku, dan kesalahan merekapun tidak
terlindung di depan mata-Ku." (Yeremia 16:17).
Ini juga terjadi dalam kehidupan bangsa Israel dan Yehuda yang melakukan dosa tanpa rasa takut dan bersalah. Mereka berlaku jahat dengan melakukan penyembahan berhala dan kedursilaan, yang adalah kekejian bagi Tuhan. Karena itu Tuhan mengutus nabi Mikha untuk menyuarakan kemarahan-Nya dan memperingatkan mereka sebelum Tuhan benar-benar menjatuhkan hukuman atas mereka. Jika alam semesta saja gemetar menghadapi Tuhan, "Luluhlah gunung-gunung di bawah kaki-Nya, dan lembah-lembah terbelah
seperti lilin di depan api, seperti air tercurah di penurunan." (Mikha 1:4), masakan manusia tidak takut pada Sang Pencipta? Nabi Mikha berseru dan menegor mereka agar segera bertobat, tapi rupanya peringatan-Nya dianggap angin lalu saja.
"...jangan sampai TUHAN menjadi marah dan kamu dibinasakan seketika, sebab kemarahan-Nya menyala dengan tiba-tiba." (Mazmur 2:12, BIS).
Saturday, February 8, 2020
Friday, February 7, 2020
PEMBALASAN ITU BUKAN HAK KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2020
Baca: 1 Samuel 24:1-23
"Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul." 1 Samuel 24:8a
Berbagai upaya dilakukan Saul untuk menghancurkan, dan bahkan membunuh Daud, karena itu ia terus mengejar Daud ke mana pun ia pergi. Hidup Daud menjadi tidak tenang karena Saul. Ketika mendengar kabar bahwa Daud berada di padang gurun En-Gedi, segeralah Saul mengajak tiga ribu orang pilihannya untuk mencari keberadaan Daud.
Setelah sampai di tujuan, Saul masuk ke gua hendak membuang hajat, sedangkan Daud dan anak buahnya duduk tepat di belakang gua itu. Berkatalah orang-orang itu kepada Daud, "Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." (1 Samuel 24:5). Ini adalah kesempatan emas bagi Daud untuk melampiaskan dendamnya atas kejahatan yang Saul perbuat. "...Daud bangun, lalu memotong punca (ujung -red-) jubah Saul dengan diam-diam. Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul;" (1 Samuel 24:5b-6).
Sekalipun beroleh kesempatan membalaskan dendamnya, Daud tidak melakukannya. Sebaliknya ia mengijinkan hatinya dikuasai oleh kasih Tuhan. Daud melarang anak buahnya untuk menyerang Saul, malah kemudian melepaskan dia pergi. "TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau; seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau." (1 Samuel 24:13-14). Ribuan tahun kemudian, 'Anak Daud', yaitu Kristus, juga mengambil keputusan yang sama. Sekalipun memiliki kuasa, Kristus tidak menggunakan kuasa itu sehingga membiarkan dirinya ditangkap, disalib, dan dipermalukan di atas kayu salib itu demi menggenapi rencana Bapa untuk keselamatan manusia. Anak Daud berkata, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42). Kristus justru memohonkan pengampunan atas perbuatan jahat mereka.
Orang percaya dituntut untuk meneladani Kristus: tidak melakukan pembalasan terhadap orang yang berbuat jahat, melainkan mengasihi dan mengampuni!
Baca: 1 Samuel 24:1-23
"Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul." 1 Samuel 24:8a
Berbagai upaya dilakukan Saul untuk menghancurkan, dan bahkan membunuh Daud, karena itu ia terus mengejar Daud ke mana pun ia pergi. Hidup Daud menjadi tidak tenang karena Saul. Ketika mendengar kabar bahwa Daud berada di padang gurun En-Gedi, segeralah Saul mengajak tiga ribu orang pilihannya untuk mencari keberadaan Daud.
Setelah sampai di tujuan, Saul masuk ke gua hendak membuang hajat, sedangkan Daud dan anak buahnya duduk tepat di belakang gua itu. Berkatalah orang-orang itu kepada Daud, "Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." (1 Samuel 24:5). Ini adalah kesempatan emas bagi Daud untuk melampiaskan dendamnya atas kejahatan yang Saul perbuat. "...Daud bangun, lalu memotong punca (ujung -red-) jubah Saul dengan diam-diam. Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul;" (1 Samuel 24:5b-6).
Sekalipun beroleh kesempatan membalaskan dendamnya, Daud tidak melakukannya. Sebaliknya ia mengijinkan hatinya dikuasai oleh kasih Tuhan. Daud melarang anak buahnya untuk menyerang Saul, malah kemudian melepaskan dia pergi. "TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau; seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau." (1 Samuel 24:13-14). Ribuan tahun kemudian, 'Anak Daud', yaitu Kristus, juga mengambil keputusan yang sama. Sekalipun memiliki kuasa, Kristus tidak menggunakan kuasa itu sehingga membiarkan dirinya ditangkap, disalib, dan dipermalukan di atas kayu salib itu demi menggenapi rencana Bapa untuk keselamatan manusia. Anak Daud berkata, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42). Kristus justru memohonkan pengampunan atas perbuatan jahat mereka.
Orang percaya dituntut untuk meneladani Kristus: tidak melakukan pembalasan terhadap orang yang berbuat jahat, melainkan mengasihi dan mengampuni!
Subscribe to:
Posts (Atom)