Sunday, January 19, 2020

PRIBADI DI ATAS KAYU SALIB

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2020

Baca:  Efesus 2:1-10

"Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu." Efesus 2:1

Bagi orang-orang dunia berita tentang salib Kristus adalah kebodohan, itulah sebabnya banyak orang menganggap remeh dan bahkan melecehkan salib.  Bahkan tidak sedikit pula orang Kristen yang juga merasa malu berbicara atau bersaksi tentang salib, apalagi membicarakan orang yang mati di atasnya, padahal melalui salib itu darah Kristus tercurah demi menebus dosa kita dan melepaskan kita dari kutuk, yang seharusnya kita malah berbangga atas peristiwa bersejarah di atas bukit Golgota itu.  Rasul Paulus menegaskan,  "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia."  (Galatia 6:14).

     Di zaman romawi kuno banyak orang menjalani hukuman mati di atas kayu salib.  Seperti saat Kristus mati disalib, turut pula dua orang lain yang juga disalibkan, yaitu di sebelah kanan dan kiri-Nya, tapi salib kedua orang itu telah dilupakan dari ingatan manusia.  Tidak ada hal lain yang dibicarakan mengenai kedua orang itu, kecuali yang seorang menghujat Kristus, sedangkan seorang yang lain berkata,  "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."  (Lukas 23:42).  Berbeda dengan salib Kristus, bukan salib itu yang harus ditinggikan, tetapi sosok yang berada di atas salib itu, yaitu Kristus, yang mengingatkan kita pada kesengsaraan Kristus sebagai pengganti yang berdosa;  tapi salib juga mengingatkan kita pada kemenangan yang telah terjadi di atasnya.  Iblis dan maut sudah dikalahkan!  "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"  (1 Korintus 15:54b-55).

     Salib merupakan kemenangan bagi umat manusia sehingga manusia memperoleh kesempatan untuk bebas dari belenggu dosa dan kematian kekal.  Tanpa salib dan darah Kristus yang tercurah tak mungkin kita diperdamaikan dengan Bapa di sorga.  Kita patut berbangga dan menghargai arti curahan darah Kristus yang kudus dari kayu salib.  Karena pengorbanan yang agung ini, kita dibenarkan dan dikuduskan dari segala dosa.

"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  1 Korintus 1:18

Saturday, January 18, 2020

TETAP PERCAYA TANPA SYARAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2020

Baca:  Mazmur 13:1-6

"Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu."  Mazmur 13:6

Salah satu cara jitu yang Iblis lakukan untuk melemahkan iman orang percaya adalah menebarkan pengaruhnya kepada manusia melalui pikiran-pikiran yang negatif.  Tujuannya supaya manusia menjadi kecewa, bimbang, dan kemudian meragukan kuasa Tuhan, padahal kebimbangan adalah penghalang untuk kita menerima jawaban doa dari Tuhan.  Saat tak mendapatkan jawaban dari Tuhan, tidak lagi berdoa.  "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?"  (Mazmur 13:2-3).

     Lupakah Saudara bahwa Tuhan  "...bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Tuhan tidak pernah lupa, apalagi menutup mata dan telinga-Nya terhadap apa pun yang umat-Nya alami.  Terhadap hal-hal yang kecil dan sederhana sekalipun Tuhan begitu peduli:  "bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit."  (Lukas 12:7).  Yang seringkali terjadi, begitu menghadapi masalah dan kesulitan, kita langsung lupa dengan janji firman Tuhan, kita begitu mudahnya berpaling dari Tuhan, meragukan kuasa-Nya dan langsung mencari pertolongan dari pihak lain.  Adalah tidak mudah menemukan orang yang tetap percaya kepada Tuhan ketika sedang berada dalam situasi yang sulit.

     Daud selalu menguatkan hatinya untuk percaya kepada Tuhan di segala keadaan.  Ketika Ziklag terbakar dan berada dalam situasi terjepit, Daud tetap  "...menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN,"  (1 Samuel 30:6b).  Dalam hubungan kita dengan Tuhan, Dia menghendaki agar kita percaya penuh kepada-Nya tanpa syarat.  Hidup kita ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat  (2 Korintus 5:7).

Percaya kepada Tuhan tanpa syarat berarti tidak bimbang, tetap tekun menanti-nantikan pertolongan Tuhan, tidak berpaling pada yang lain, apa pun keadaannya.