Saturday, January 18, 2020

TETAP PERCAYA TANPA SYARAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2020

Baca:  Mazmur 13:1-6

"Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu."  Mazmur 13:6

Salah satu cara jitu yang Iblis lakukan untuk melemahkan iman orang percaya adalah menebarkan pengaruhnya kepada manusia melalui pikiran-pikiran yang negatif.  Tujuannya supaya manusia menjadi kecewa, bimbang, dan kemudian meragukan kuasa Tuhan, padahal kebimbangan adalah penghalang untuk kita menerima jawaban doa dari Tuhan.  Saat tak mendapatkan jawaban dari Tuhan, tidak lagi berdoa.  "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?"  (Mazmur 13:2-3).

     Lupakah Saudara bahwa Tuhan  "...bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Tuhan tidak pernah lupa, apalagi menutup mata dan telinga-Nya terhadap apa pun yang umat-Nya alami.  Terhadap hal-hal yang kecil dan sederhana sekalipun Tuhan begitu peduli:  "bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit."  (Lukas 12:7).  Yang seringkali terjadi, begitu menghadapi masalah dan kesulitan, kita langsung lupa dengan janji firman Tuhan, kita begitu mudahnya berpaling dari Tuhan, meragukan kuasa-Nya dan langsung mencari pertolongan dari pihak lain.  Adalah tidak mudah menemukan orang yang tetap percaya kepada Tuhan ketika sedang berada dalam situasi yang sulit.

     Daud selalu menguatkan hatinya untuk percaya kepada Tuhan di segala keadaan.  Ketika Ziklag terbakar dan berada dalam situasi terjepit, Daud tetap  "...menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN,"  (1 Samuel 30:6b).  Dalam hubungan kita dengan Tuhan, Dia menghendaki agar kita percaya penuh kepada-Nya tanpa syarat.  Hidup kita ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat  (2 Korintus 5:7).

Percaya kepada Tuhan tanpa syarat berarti tidak bimbang, tetap tekun menanti-nantikan pertolongan Tuhan, tidak berpaling pada yang lain, apa pun keadaannya.

Friday, January 17, 2020

TINDAKAN KITA CERMINAN ISI PIKIRAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Januari 2020

Baca:  Matius 13:24-30

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya."  Matius 13:24

John C. Maxwell  (penulis buku terkenal)  menyatakan bahwa medan peperangan terbesar dalam diri manusia yang sesungguhnya adalah terletak pada pikirannya sendiri.  Ini menunjukkan bahwa pikiran memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidup manusia.  Oleh karena itu kita perlu berhati-hati dengan pikiran kita, sebab apa yang ada dalam pikiran kita akan membentuk setiap tindakan kita.

     Pikiran manusia itu ibarat seperti tanah atau ladang, yang tidak pernah memilih dan memedulikan jenis benih apa yang hendak ditanam di atasnya.  Benih apa pun yang kita tabur dan semai, tanah akan meresponsnya, lalu menumbuhkan benih yang kita tabur itu.  Andai kita menabur benih jagung, maka secara otomatis yang akan tumbuh dari tanah itu adalah buah jagung, bukan yang lain.  Begitu pula bila kita mungkin menabur rumput liar atau tanaman-tanaman penganggu sekalipun, maka tanah tetap saja akan merespons benih-benih itu dan menumbuhkannya juga.  Apa pun yang kita tanamkan dalam pikiran, entah itu hal-hal yang baik atau tidak baik, positif atau negatif, pikiran kita akan segera menerima, merespons, dan menumbuhkannya, tidak peduli hal itu berdampak positif atau negatif terhadap kehidupan kita:  menuntun kepada keberhasilan atau kehancuran.  Keputusan dan pilihan ada pada kita sendiri!

     Sadar atau tidak, seringkali kita mengisi dan memenuhi pikiran kita dengan hal-hal yang negatif tentang diri sendiri:  hidupku penuh masalah, aku tak punya apa-apa, penyakitku sudah tak ada obatnya, keluargaku berantakan, aku ini orang yang miskin tak punya masa depan.  Hal-hal buruk yang kita ucapkan itu akan direspons oleh pikiran kita dalam bentuk sikap dan tindakan, yang pada saatnya akan menghasilkan sesuatu yang sama persis seperti yang kita tanam.  Bila yang kita tanam adalah hal-hal yang baik dan positif:  semangat atau rasa percaya diri, pikiran kita juga akan merespons hal itu ke dalam sikap dan tindakan kita, sehingga hidup kita akan menjadi seperti yang kita harapkan.

"... semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  Filipi 4:8