Monday, January 13, 2020

TUHAN MEMBERKATI ORANG SALEH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2020

Baca:  Mazmur 37:1-40

"TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;"  Mazmur 37:18

Orang percaya tak perlu takut menghadapi beratnya hidup ini, sebab ada jaminan berkat secara khusus yang Tuhan sediakan bagi kita anak-anak-Nya.  Namun untuk menikmati berkat dari Tuhan dan beroleh perlakuan khusus dari Tuhan ini ada syaratnya, yaitu hidup dalam kesalehan.  Supaya kita bisa hidup saleh, hal mendasar yang harus kita perhatikan adalah ibadah.  Kita harus terus melatih diri dalam hal ibadah, supaya ibadah kita berkenan kepada Tuhan.  "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:7b-8).

     Apa yang dimaksud dengan kesalehan?  Kesalehan berarti hidup bagi Tuhan dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.  Secara garis besar, hidup dalam kesalehan berarti seseorang mampu menjadi  "...teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12b).  Tak mudah menemukan orang yang berlaku saleh di zaman seperti sekarang ini!  Banyak orang menganggap bahwa hidup dalam kesalehan sebagai kerugian karena harus mengekang segala keinginan dagingnya.  Untuk berlaku saleh tekananannya cukup besar:  dicemooh, dijauhi teman, dianggap kuno, aneh, sok suci, sok fanatik dan sebagainya.  Tak kuat menghadapi tekanan, akhirnya banyak orang Kristen mengkompromikan diri dengan cara hidup dunia.

     Tidak ada kata rugi berlaku hidup saleh, justru mendatangkan keuntungan besar.  Janganlah menganggap semua janji Tuhan itu hanya berlaku untuk hidup yang akan datang, bukan hanya waktu kita berada di sorga nanti.  Tuhan tidak hanya rindu untuk menyelamatkan kita, tetapi Dia juga ingin memberkati kita selama kita masih hidup di dunia ini dengan tujuan supaya kehidupan kita menjadi berkat dan mempermuliakan nama-Nya.  Jadi hidup saleh bukanlah penghalang untuk meraih sukses, justru sebaliknya, hidup saleh adalah jalan menuju hidup yang diberkati.  "Jalan orang saleh diratakan oleh kebenarannya, tetapi orang fasik jatuh karena kefasikannya."  (Amsal 11:5).

Orang saleh hidupnya pasti dijaga, dipelihara, dan diberkati Tuhan! 

Catatan:
"'Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.' Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  Roma 9:15-16   

Sunday, January 12, 2020

BERTAHAN DI TENGAH ANCAMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2020

Baca:  Daniel 1:1-21

"Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego."  Daniel 1:7

Karena telah memberontak dan hidup jauh dari kehendak-Nya, Tuhan memakai bangsa Babel untuk menghajar bangsa Israel.  Karena kalah berperang orang-orang Israel pun menjadi tawanan dan diangkut ke Babel.  Apakah Tuhan tidak sanggup menolong mereka?  Dalam hal ini Tuhan hendak menegur bangsa Israel yang telah memberontak terhadap-Nya dengan memakai bangsa Babel:  "Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya."  (Daniel 1:2).

     Menurut sejarah kuno, jika dua bangsa sedang berperang, yang turut berperang bukan hanya rakyatnya, tetapi dewa sesembahan mereka pun turut berperang.  Apabila salah satu bangsa itu kalah, dewa mereka juga ikut kalah.  Saat bangsa Yehuda kalah, segala perkakas yang ada di dalam Bait Suci turut dibawa dan dimasukkan ke dalam rumah dewa baal.  Pada kesempatan itu Nebukadnezar mulai memilih beberapa orang muda Israel untuk dididik dalam istana raja:  "...orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim."  (Daniel 1:4), dengan maksud supaya identitas mereka sebagai umat pilihan Tuhan hilang.  Bahkan Alkitab mencatat bahwa pemimpin pegawai istana memberi nama lain kepada empat pemuda itu:  "Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego."  (ayat nas)

     Sekalipun nama ke-4 pemuda itu diganti, hati mereka tidak terpengaruh, iman mereka tak pernah goyah.  Mereka berketetapan hati untuk tidak mencemarkan diri dengan pola kehidupan di Babel. 

Iman seseorang teruji kualitasnya saat ia dihadapkan pada tekanan dan ancaman!