Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2020
Baca: Mazmur 42:1-12
"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah." Mazmur 42:2
Tuhan berfirman dengan sangat gamblang, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di
dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
menerimanya." (Yohanes 15:7). Artinya untuk kita dapat menikmati dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan, tidak ada jalan lain, selain kita harus tinggal di dalam Tuhan dan taat melakukan firman-Nya. Tinggal di dalam Tuhan berbicara tentang persekutuan yang karib (keintiman) dengan Tuhan, selalu ada di dalam hadirat-Nya. Pemazmur menyatakan, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14).
Bagaimana supaya kita memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan dan masuk dalam hadirat-Nya? Semua diawali oleh rasa haus dan lapar, serta kerinduan yang besar akan Tuhan dan kebenaran-Nya. "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Matius 5:6). Pemazmur memiliki kerinduan yang luar biasa untuk mendekat kepada Tuhan. "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah." (ayat nas). Besarnya rasa haus dan lapar itu digambarkan seperti seekor rusa yang sangat merindukan sungai yang berair. Kerinduan si rusa akan sungai yang berair itu bukan semata-mata untuk memuaskan rasa haus dan dahaganya saja, tetapi saat berada di tepi sungai yang berair aroma air itu akan menetralisir bau tubuh si rusa, sehingga hewan-hewan buas yang berkeliaran di sekitarnya tidak dapat mendeteksi baunya. Sungai yang berair benar-benar menjadi tempat yang sangat dirindukan si rusa, sebab selain untuk memuaskan rasa hausnya, sekaligus sebagai tempat untuk melindungi diri dari musuh.
Seberapa besar rasa haus dan lapar kita akan Tuhan? Saat kita mendekat kepada Tuhan dengan rasa haus dan lapar, saat itulah awal Tuhan melawat hidup kita. Di mana ada lawatan Tuhan (kehadiran Tuhan), sesuatu pasti terjadi, karena Dia hadir dengan segala otoritasnya. Banyak orang Kristen tampak rajin datang beribadah ke gereja dan terlibat aktif dalam pelayanan tapi tanpa disertai rasa haus dan lapar akan Tuhan!
Tanpa rasa haus dan lapar akan Tuhan takkan terjadi kebangunan rohani!
Monday, January 6, 2020
Sunday, January 5, 2020
MENIKMATI BERKAT JASMANI DAN ROHANI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2020
Baca: Mazmur 9:1-21
"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;" Mazmur 9:2
Sepanjang hidupnya Daud senantiasa merasakan dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan. Bukan hanya berkat jasmani yang dirasakan, tapi berkat-berkat rohani juga Tuhan limpahkan dalam kehidupannya sehingga ia berkata, "...aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi," (Mazmur 9:3).
Daud berkata, "Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah." (Mazmur 23:5). Hidangan berbicara tentang berkat-berkat jasmani. Selain itu Tuhan memperlengkapi Daud dengan pengurapan Roh-Nya yang kudus: "Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;" (ayat nas). Urapan berbicara tentang berkat rohani. Urapan adalah tanda penyertaan, perlindungan, penjagaan dari Tuhan. Adapun 'piala' berbicara tentang suatu kemenangan, kebesaran dan kejayaan. Karena itu, sekalipun harus diperhadapkan dengan berbagai masalah dan besarnya tantangan, Daud sangat percaya bahwa ia tidak menghadapinya seorang diri, ada Tuhan selalu menyertai dan berada di pihaknya. Ketika berhadapan dengan Goliat, raksasa Filistin yang "Tingginya enam hasta sejengkal." (1 Samuel 17:4), lengkap dengan "Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga." (1 Samuel 17:5), Daud tidak gentar dan tawar hati. Secara akal manusia Goliat bukanlah lawan yang sepadan, namun Daud percaya jika Tuhan beserta maka tidak ada perkara yang mustahil. "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam...Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;" (1 Samuel 17:45-46). Daud begitu yakin dapat mengalahkan Goliat, bukan dengan kehebatan dan kekuatan manusia, tapi dengan nama Tuhan. Inilah bahasa iman!
Bukan dari kata orang, tapi Daud melihat dan mengalami sendiri betapa Tuhan memelihara hidupnya, sehingga ia dapat berkata, "...tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;" (Mazmur 37:25).
Orang benar hidupnya pasti dijamin oleh Tuhan, jasmani dan rohani!
Catatan:
"...Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah." (Roma 9:15-16).
Baca: Mazmur 9:1-21
"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;" Mazmur 9:2
Sepanjang hidupnya Daud senantiasa merasakan dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan. Bukan hanya berkat jasmani yang dirasakan, tapi berkat-berkat rohani juga Tuhan limpahkan dalam kehidupannya sehingga ia berkata, "...aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi," (Mazmur 9:3).
Daud berkata, "Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah." (Mazmur 23:5). Hidangan berbicara tentang berkat-berkat jasmani. Selain itu Tuhan memperlengkapi Daud dengan pengurapan Roh-Nya yang kudus: "Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;" (ayat nas). Urapan berbicara tentang berkat rohani. Urapan adalah tanda penyertaan, perlindungan, penjagaan dari Tuhan. Adapun 'piala' berbicara tentang suatu kemenangan, kebesaran dan kejayaan. Karena itu, sekalipun harus diperhadapkan dengan berbagai masalah dan besarnya tantangan, Daud sangat percaya bahwa ia tidak menghadapinya seorang diri, ada Tuhan selalu menyertai dan berada di pihaknya. Ketika berhadapan dengan Goliat, raksasa Filistin yang "Tingginya enam hasta sejengkal." (1 Samuel 17:4), lengkap dengan "Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga." (1 Samuel 17:5), Daud tidak gentar dan tawar hati. Secara akal manusia Goliat bukanlah lawan yang sepadan, namun Daud percaya jika Tuhan beserta maka tidak ada perkara yang mustahil. "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam...Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;" (1 Samuel 17:45-46). Daud begitu yakin dapat mengalahkan Goliat, bukan dengan kehebatan dan kekuatan manusia, tapi dengan nama Tuhan. Inilah bahasa iman!
Bukan dari kata orang, tapi Daud melihat dan mengalami sendiri betapa Tuhan memelihara hidupnya, sehingga ia dapat berkata, "...tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;" (Mazmur 37:25).
Orang benar hidupnya pasti dijamin oleh Tuhan, jasmani dan rohani!
Catatan:
"...Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah." (Roma 9:15-16).
Subscribe to:
Posts (Atom)