Saturday, January 4, 2020

BERDOA SYAFAAT BAGI BANGSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2020

Baca:  Yehezkiel 22:1-31

"Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya."  Yehezkiel 22:30

Orang percaya yang punya kepekaan rohani pasti akan teriris hatinya melihat betapa beratnya masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.  Perselisihan dan pertikaian di kalangan elit politik, bencana, musibah, ketidakadilan, penyalahgunaan wewenang, tindak kejahatan, narkoba, praktik prostitusi terselubung, dan sebagainya, seolah-olah sudah menjadi bahan berita sehari-hari di negeri ini.  Keadaan ini tak beda jauh dengan bangsa Israel di zaman nabi Yesaya.  "Hukum telah terdesak ke belakang, dan keadilan berdiri jauh-jauh, sebab kebenaran tersandung di tempat umum dan ketulusan ditolak orang. Dengan demikian kebenaran telah hilang, dan siapa yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan. Tetapi TUHAN melihatnya, dan adalah jahat di mata-Nya bahwa tidak ada hukum. Ia melihat bahwa tidak seorangpun yang tampil, dan Ia tertegun karena tidak ada yang membela. Maka tangan-Nya sendiri memberi Dia pertolongan, dan keadilan-Nyalah yang membantu Dia."  (Yesaya 59:14-16).

     Melihat keadaan ini apakah orang percaya tak tersentuh hati dan terbeban untuk berdoa bagi keselamatan bangsa?  Orang yang mendirikan tembok  (ayat nas)  adalah orang-orang yang mau berdoa syafaat untuk orang lain  (bangsanya).  Tembok berbicara tentang perlindungan.  Orang yang berdoa syafaat bagi bangsanya ibarat orang yang sedang membangun tembok perlindungan bagi bangsanya;  orang yang tampil ke depan untuk menghadap Tuhan artinya memohon belas kasihan-Nya supaya Tuhan meluputkan bangsanya dari segala permasalahan.  Sedangkan orang yang mau membayar harga menyediakan waktu secara khusus berdoa bagi bangsanya.  Inilah yang sedang Tuhan cari!

     Tuhan sendiri menegaskan,  "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."  (2 Tawarikh 7:14).  Doa sanggup mengubah segala sesuatu!

Bila Tuhan melawat umat-Nya, maka perkara-perkara yang besar pasti dinyatakan atas bangsa Indonesia.  Indonesia bagi bagi kemuliaan nama Tuhan!

Friday, January 3, 2020

YANG DUNIAWI HARUS MATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2020

Baca:  Kolose 3:5-17

"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi..."  Kolose 3:5

Bila orang percaya menyadari statusnya sebagai umat yang telah ditebus dan dibenarkan oleh darah Kristus, dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak-Nya  (Yohanes 1:12), maka ia tidak akan berjuang sedemikian rupa untuk menjalani hidup seturut dengan kehendak Tuhan, sebab  "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:19b-20a).

     Disalibkan dengan Kristus berarti segala kedagingan  (keduniawian)  kita harus mati, sebagaimana Kristus  "...telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:7-8).  Karena ketaatan-Nya ini Kristus beroleh peninggian dari Bapa  (Filipi 2:9-10).  Begitu pula jika kita ingin beroleh peninggian dari Tuhan, kita pun harus mengikuti jejak Kristus, yang datang ke dunia dengan satu tujuan yaitu menggenapi rencana Bapa dan melakukan kehendak-Nya:  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  (Yohanes 4:34).  Mencapai standar hidup seperti Kristus hidup adalah goal orang percaya!  Goal itu takkan pernah tercapai bila kita tidak mau membayar harga, yaitu menanggalkan manusia lama  (kedagingan)  untuk tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya.

     Yang menjadi ukuran seorang mengasihi Tuhan adalah ketaatan melakukan firman Tuhan.  Selama kita masih belum bisa taat, maka sesungguhnya kasih kita kepada Kristus belum sempurna.  "...barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia."  (1 Yohanes 2:5).  Untuk hidup sama seperti Kristus hidup adalah sebuah proses.  Kita harus memberi diri untuk dibentuk, dikoreksi dan diperbaharui oleh Roh Kudus setiap hari.  Firman Tuhan itu bukan sesuatu yang berat untuk dilakukan  (1 Yohanes 5:3), yang berat adalah kita sendiri yang cenderung mengikuti keinginan daging.

Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya untuk hidup seperti Kristus hidup, karena kita memiliki penolong yaitu Roh Kudus, Roh Kebenaran.