Sunday, December 29, 2019

PENCOBAAN SEBAGAI WARNA KEHIDUPAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2019

Baca:  Yakobus 1:12-18

"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  Yakobus 1:12

Mendengar kata  'pencobaan'  yang terbayang di pikiran kita adalah sesuatu yang dirasa berat, tidak mengenakkan, sangat menyakitkan, dan memaksa kita untuk berjuang.  Sebagai orang percaya kita tak perlu takut bila harus menghadapi berbagai pencobaan, sebab firman Tuhan sudah menegaskan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami itu tidak akan melebihi kekuatan kita:  "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan  memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13).  Berdasarkan ayat ini ada tiga karakteristik pencobaan yaitu:  biasa, tidak melebihi kekuatan dan selalu ada jalan keluarnya.

     Yakobus menasihati kita untuk tetap berbahagia sekalipun berada dalam pencobaan.  Bagaimana bisa?  Umumnya orang akan berbahagia bila ia dalam keadaan baik dan terbebas dari masalah dan kesulitan, bukan orang yang sedang dalam pencobaan.  Ayat nas di atas jangan hanya dibaca sepenggal, karena masih ada kelanjutannya yaitu:  "...ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  (ayat nas).  Saat dalam pencobaan kita berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak lagi memedulikan kita.  Padahal bila kita mau merenung sejenak, ada hikmah di balik pencobaan, yaitu Tuhan sedang menuntun kita untuk semakin mendekat kepada-Nya dan mengajar kita untuk mengerti kehendak-Nya.

     Berbahagialah dan bersyukurlah bila kita dalam pencobaan, itu artinya Tuhan sedang memusatkan perhatian-Nya kepada kita dan merancang hal-hal yang besar atas hidup kita.  Karena itu tetaplah bersandar dan percaya penuh kepada kehendak dan rencana Tuhan, karena kehendak dan rencana-Nya tidak pernah gagal dan selalu yang terbaik untuk hidup kita.  Melalui pencobaan Tuhan sedang  'membersihkan'  kita seperti ranting-ranting, supaya dapat berbuah lebih lebat lagi  (Yohanes 15:2).

Di balik pencobaan yang kita alami, Tuhan selalu punya rencana yang baik!

Saturday, December 28, 2019

MEMBERITAKAN INJIL ADALAH KEHARUSAN BAGIKU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2019

Baca:  1 Korintus 9:15-23

"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."  1 Korintus 9:16

Tuhan memberikan perintah kepada semua orang percaya, tanpa terkecuali,  "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:19-20).  Inilah yang disebut Amanat Agung Tuhan!  Sudahkah kita merespons panggilan Tuhan ini?  Tuaian banyak, tetapi pekerja sedikit  (Matius 9:37).

     Hal mengerjakan Amanat Agung ini rasul Paulus adalah salah seorang pemberita Injil yang patut dan layak menjadi panutan kita semua.  Komitmen dan dedikasi Paulus dalam mengerjakan panggilan Tuhan ini tak perlu diragukan lagi.  Bagi Paulus, memberitakan Injil atau melayani Tuhan adalah  "...Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."  (ayat nas).  Ia punya tekad:  "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."  (Filipi 1:21), bahkan:  "Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang."  (1 Korintus 9:19).  Ungkapan  'menjadikan diriku hamba dari semua orang' menunjukkan bahwa dalam segala hal rasul Paulus belajar untuk meneladani Kristus.  Kristus berfirman,  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:26b-28).

     Dalam memberitakan Injil Paulus tidak bersikap kaku/keras, tetapi ia belajar untuk peka terhadap keadaan orang yang hendak dilayaninya serta berusaha menyesuaikan diri, agar dapat diterima dengan baik.  Bukan berarti Paulus berkompromi dengan cara hidup mereka yang tidak berkenan kepada Tuhan.  Penyesuaian diri Paulus hanya terbatas pada hal-hal yang bukan prinsip atau yang tidak bertentangan dengan firman.

Selagi masih ada kesempatan biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan!