Saturday, December 28, 2019

MEMBERITAKAN INJIL ADALAH KEHARUSAN BAGIKU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2019

Baca:  1 Korintus 9:15-23

"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."  1 Korintus 9:16

Tuhan memberikan perintah kepada semua orang percaya, tanpa terkecuali,  "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:19-20).  Inilah yang disebut Amanat Agung Tuhan!  Sudahkah kita merespons panggilan Tuhan ini?  Tuaian banyak, tetapi pekerja sedikit  (Matius 9:37).

     Hal mengerjakan Amanat Agung ini rasul Paulus adalah salah seorang pemberita Injil yang patut dan layak menjadi panutan kita semua.  Komitmen dan dedikasi Paulus dalam mengerjakan panggilan Tuhan ini tak perlu diragukan lagi.  Bagi Paulus, memberitakan Injil atau melayani Tuhan adalah  "...Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."  (ayat nas).  Ia punya tekad:  "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."  (Filipi 1:21), bahkan:  "Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang."  (1 Korintus 9:19).  Ungkapan  'menjadikan diriku hamba dari semua orang' menunjukkan bahwa dalam segala hal rasul Paulus belajar untuk meneladani Kristus.  Kristus berfirman,  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:26b-28).

     Dalam memberitakan Injil Paulus tidak bersikap kaku/keras, tetapi ia belajar untuk peka terhadap keadaan orang yang hendak dilayaninya serta berusaha menyesuaikan diri, agar dapat diterima dengan baik.  Bukan berarti Paulus berkompromi dengan cara hidup mereka yang tidak berkenan kepada Tuhan.  Penyesuaian diri Paulus hanya terbatas pada hal-hal yang bukan prinsip atau yang tidak bertentangan dengan firman.

Selagi masih ada kesempatan biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan!

Friday, December 27, 2019

PENUHI HARI-HARIMU DENGAN PUJIAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2019

Baca:  Mazmur 145:1-21

"Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 145:2

Orang Kristen duniawi adalah orang Kristen yang berjalan di bawah kendali pancaindranya, alias hidup menurut apa yang dilihatnya secara kasat mata, bukan karena iman percaya.  Akibatnya situasi atau keadaan selalu memengaruhi sikap hatinya.  Karena kondisi hatinya sangat ditentukan oleh situasi atau keadaan, maka ia tidak memiliki kehidupan pujian dalam kesehariannya.  Tak mengherankan bila ia jarang sekali dan tidak terbiasa memuji-muji Tuhan setiap waktu...kalaupun ada pujian keluar dari bibirnya hanyalah terjadi saat berada di dalam gedung gereja, saat ibadah berlangsung.

     Puji-pujian seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup orang percaya, sebab pujian adalah pintu gerbang utama untuk kita masuk ke dalam hadirat Tuhan.  Pemazmur berkata,  "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:4-5).  Sejak dari semula Tuhan menciptakan manusia untuk bersekutu dengan-Nya, untuk memuji dan meninggikan kebesaran-Nya.  Namun dalam praktik hidup sehari-hari banyak orang Kristen jarang sekali membalas kebaikan dan kasih Tuhan, sekalipun hanya lewat puji-pujian.  Sebaliknya kita membalas kasih dan kebaikan Tuhan, dengan pemberontakan dan ketidaktaatan.  Tapi begitu terjepit masalah, dengan secepat kilat kita mencari Tuhan, berseru-seru kepada-Nya dan bahkan langsung menyalahkan Tuhan.

     Seperti halnya bangsa Israel, sekalipun mereka mengalami banyak pertolongan dan mujizat dari Tuhan, bukan puji-pujian yang keluar dari mulut mereka, melainkan keluhan dan sungut-sungut.  Semakin kita mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan semakin kita menghalangi kuasa Tuhan bekerja, semakin kita menutup rapat-rapat pintu berkat bagi kita sendiri.  Padahal pujian adalah ekspresi dari iman kita kepada Tuhan dan Tuhan sangat tergerak hati saat mendengar pujian yang dinaikkan ke hadirat-Nya,  "...Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).

Jangan anggap remeh puji-pujian bagi Tuhan karena ada kuasa di dalamnya!