Friday, December 27, 2019

PENUHI HARI-HARIMU DENGAN PUJIAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2019

Baca:  Mazmur 145:1-21

"Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 145:2

Orang Kristen duniawi adalah orang Kristen yang berjalan di bawah kendali pancaindranya, alias hidup menurut apa yang dilihatnya secara kasat mata, bukan karena iman percaya.  Akibatnya situasi atau keadaan selalu memengaruhi sikap hatinya.  Karena kondisi hatinya sangat ditentukan oleh situasi atau keadaan, maka ia tidak memiliki kehidupan pujian dalam kesehariannya.  Tak mengherankan bila ia jarang sekali dan tidak terbiasa memuji-muji Tuhan setiap waktu...kalaupun ada pujian keluar dari bibirnya hanyalah terjadi saat berada di dalam gedung gereja, saat ibadah berlangsung.

     Puji-pujian seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup orang percaya, sebab pujian adalah pintu gerbang utama untuk kita masuk ke dalam hadirat Tuhan.  Pemazmur berkata,  "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:4-5).  Sejak dari semula Tuhan menciptakan manusia untuk bersekutu dengan-Nya, untuk memuji dan meninggikan kebesaran-Nya.  Namun dalam praktik hidup sehari-hari banyak orang Kristen jarang sekali membalas kebaikan dan kasih Tuhan, sekalipun hanya lewat puji-pujian.  Sebaliknya kita membalas kasih dan kebaikan Tuhan, dengan pemberontakan dan ketidaktaatan.  Tapi begitu terjepit masalah, dengan secepat kilat kita mencari Tuhan, berseru-seru kepada-Nya dan bahkan langsung menyalahkan Tuhan.

     Seperti halnya bangsa Israel, sekalipun mereka mengalami banyak pertolongan dan mujizat dari Tuhan, bukan puji-pujian yang keluar dari mulut mereka, melainkan keluhan dan sungut-sungut.  Semakin kita mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan semakin kita menghalangi kuasa Tuhan bekerja, semakin kita menutup rapat-rapat pintu berkat bagi kita sendiri.  Padahal pujian adalah ekspresi dari iman kita kepada Tuhan dan Tuhan sangat tergerak hati saat mendengar pujian yang dinaikkan ke hadirat-Nya,  "...Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).

Jangan anggap remeh puji-pujian bagi Tuhan karena ada kuasa di dalamnya!

Thursday, December 26, 2019

JADILAH ORANG RAJIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2019

Baca:  Amsal 13:1-25

"Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan."  Amsal 13:4

Sekalipun orang punya seribu macam keinginan, tapi apabila ia malas mewujudkan keinginan tersebut melalui tindakan, maka keinginan tersebut tak membuahkan hasil apa-apa alias tak menjadi kenyataan.  Penuh dengan keinginan tapi tidak disertai dengan tindakan adalah ciri seorang pemalas.  Satu ciri lain dari pemalas adalah suka berdalih atau punya banyak alasan untuk tidak melakukan sesuatu.  Jika ciri itu ada pada Saudara, berubahlah mulai dari sekarang, karena kemalasan hanya mendatangkan kerugian, tidak ada sisi positifnya.  "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah."  (Pengkhotbah 10:18).

     Tuhan menghendaki anak-anak-Nya untuk tidak menjadi pemalas, tapi menjadi pekerja yang rajin.  Mengapa?  Karena  "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."  (Yohanes 5:17).  Sejak awal penciptaan Tuhan sudah mendisain manusia untuk bekerja:  "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu."  (Kejadian 2:15).  Itulah sebabnya Tuhan sangat menentang orang-orang yang malas.  Alkitab menyebutkan bahwa orang yang malas dalam bekerja adalah saudara dari si perusak  (Amsal 18:9).  Kalau kita rajin:  rajin bekerja, rajin berdoa, baca Alkitab, rajin menabur, rajin berbuat baik, rajin melayani Tuhan dan sebagainya, suatu saat kita pasti akan memetik hasilnya, sebab di dalam setiap jerih payah selalu mendatangkan keuntungan  (Amsal 14:23).

     Kerajinan adalah jalan yang akan menuntun kita kepada mujizat dan berkat Tuhan, sebaliknya kemalasan menutup pintu berkat, sebab Tuhan tidak akan pernah memberkati orang-orang yang malas.  Yusuf adalah salah satu contoh orang rajin yang tercatat di Alkitab.  Karena kerajinannya dalam bekerja ia dipercaya oleh Potifar dan juga disukai oleh kepala penjara.  Orang yang rajin, di mana pun berada dan ditempatkan, selalu menjadi berkat dan hidupnya berdampak bagi orang lain.  Dinyatakan bahwa Yusuf menjadi orang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya  (Kejadian 39:2), sebab ia rajin, karena itu ia selalu disertai oleh Tuhan.

"Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan,"  Amsal 21:5a