Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 November 2019
Baca: Lukas 23:33-43
"...ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Lukas 23:42
Ini adalah sebuah pernyataan dan sekaligus permohonan dari seorang pendosa yang mungkin saja menjadi permohonan yang terakhir sebelum ajal menjemput. Isi permohonan dari salah seorang penjahat ini kelihatannya sangat sederhana, bukan permohonan ampun kepada Tuhan atas perbuatan jahatnya, tapi ia hanya ingin diingat saja oleh Kristus bila kelak Kristus datang sebagai Raja. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan emas seperti penjahat ini, yang mana pada akhir hidupnya (menjelang kematian) ia bertemu dengan Kristus. Pertemuannya dengan Kristus telah mengubah masa depannya, yang sebelumnya sedang berjalan menuju kepada kebinasaan kekal, kini berubah arah menuju kepada kehidupan kekal.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena penjahat ini memiliki iman kepada Kristus. Sekalipun di depan mata ia melihat Kristus jelas-jelas dalam keadaan tak berdaya dan sedang menghadapi kematian sama seperti dirinya, tapi penjahat itu percaya dan mengakui bahwa Kristus adalah Raja, bukan orang jahat seperti dirinya. Didasari oleh iman, penjahat itu menyampaikan permohonan yang tidak muluk-muluk, ia tidak minta kedudukan yang istimewa karena pernah sama-sama disalibkan, tapi ia hanya minta agar Kristus mengingatnya... sebuah permohonan yang sederhana, namun bermuatan iman dan ketulusan hati. Karena iman penjahat itu Tuhan pun menjawab, "...sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43). Berbeda dengan penjahat yang satunya yang justru menghujat, "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" (Lukas 23:39).
Permohonan doa yang disertai iman sanggup menggerakkan hati Tuhan! Sebab Tuhan memperhatikan sikap hati dan iman seseorang, bukan pada indahnya kalimat doa yang dipanjatkan. Sekalipun doa itu seindah puisi, tapi bila doa itu keluar dari hati yang tidak tulus dan hanya sebatas lips service, doa itu hanya akan menguap begitu saja. Oleh karena itu jangan pernah ragu untuk datang kepada Tuhan, akui setiap kesalahan dan dosa kita, sebab Dia tidak pernah menolak seorang pendosa untuk datang kepada-Nya.
"...karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Matius 9:13
Sunday, November 10, 2019
Saturday, November 9, 2019
DALAM KELEMAHAN KUASA TUHAN NYATA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 November 2019
Baca: Yeremia 1:4-19
"Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Yeremia 1:6
Pada awalnya Yeremia adalah orang yang tidak percaya akan kemampuan dirinya, tak jauh berbeda dengan Musa. Hal itu terlihat dari responsnya terhadap panggilan Tuhan, dimana ia menolak panggilan Tuhan itu dengan alasan: "...aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." (ayat nas). Yeremia merasa tidak mampu, tidak fasih bicara, karena usianya masih teramat mudan dan belum berpengalaman.
Dalam pelayanannya Yeremia dikenal sebagai nabi peratap, yaitu nabi yang banyak menangis. Hatinya lembut, penuh kasih dan mudah sekali tersentuh ketika melihat penderitaan umat. Itulah sebabnya Yeremia merasa tidak sanggup untuk menjadi penyambung lidah Tuhan, yang terkadang harus berbicara keras dan tegas dalam menegur umat Israel karena dosa-dosa yang diperbuatnya. Dalam benak Yeremia: "Sanggupkah aku menyatakan kehendak Tuhan di hadapan umat Israel yang dikenal tegar tengkuk itu?" Keraguan dan ketidakmampuan membayangi langkahnya. Pernyataan Yeremia ini bukan berarti ia tidak bersedia melaksanakan tugas dari Tuhan, tapi merupakan sebuah pengakuan jujur bahwa ia mempunyai banyak kelemahan. Tuhan tahu akan hal itu, maka berfirmanlah Ia, "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau,..." (Yeremia 1:7-8).
Yang Tuhan cari dalam diri Yeremia hanyalah hati seorang hamba, yang bersedia dan rela untuk melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Segala kelemahan dan kekurangan yang Yeremia ungkapkan bukanlah halangan bagi Tuhan untuk memakai hidupnya. Hanya dengan jamahan tangan Tuhan segala kelemahan dan kekurangan dapat teratasi, "...TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: 'Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.'" (Yeremia 1:9). Tuhan tahu bagaimana mengajar, memperlengkapi, dan memampukan kita. Jangan jadikan 'kelemahan/kekurangan' sebagai alasan untuk lari dari panggilan-Nya.
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." 2 Korintus 12:9
Baca: Yeremia 1:4-19
"Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Yeremia 1:6
Pada awalnya Yeremia adalah orang yang tidak percaya akan kemampuan dirinya, tak jauh berbeda dengan Musa. Hal itu terlihat dari responsnya terhadap panggilan Tuhan, dimana ia menolak panggilan Tuhan itu dengan alasan: "...aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." (ayat nas). Yeremia merasa tidak mampu, tidak fasih bicara, karena usianya masih teramat mudan dan belum berpengalaman.
Dalam pelayanannya Yeremia dikenal sebagai nabi peratap, yaitu nabi yang banyak menangis. Hatinya lembut, penuh kasih dan mudah sekali tersentuh ketika melihat penderitaan umat. Itulah sebabnya Yeremia merasa tidak sanggup untuk menjadi penyambung lidah Tuhan, yang terkadang harus berbicara keras dan tegas dalam menegur umat Israel karena dosa-dosa yang diperbuatnya. Dalam benak Yeremia: "Sanggupkah aku menyatakan kehendak Tuhan di hadapan umat Israel yang dikenal tegar tengkuk itu?" Keraguan dan ketidakmampuan membayangi langkahnya. Pernyataan Yeremia ini bukan berarti ia tidak bersedia melaksanakan tugas dari Tuhan, tapi merupakan sebuah pengakuan jujur bahwa ia mempunyai banyak kelemahan. Tuhan tahu akan hal itu, maka berfirmanlah Ia, "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau,..." (Yeremia 1:7-8).
Yang Tuhan cari dalam diri Yeremia hanyalah hati seorang hamba, yang bersedia dan rela untuk melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Segala kelemahan dan kekurangan yang Yeremia ungkapkan bukanlah halangan bagi Tuhan untuk memakai hidupnya. Hanya dengan jamahan tangan Tuhan segala kelemahan dan kekurangan dapat teratasi, "...TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: 'Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.'" (Yeremia 1:9). Tuhan tahu bagaimana mengajar, memperlengkapi, dan memampukan kita. Jangan jadikan 'kelemahan/kekurangan' sebagai alasan untuk lari dari panggilan-Nya.
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." 2 Korintus 12:9
Subscribe to:
Posts (Atom)