Friday, November 1, 2019

SEDIAKAN WAKTUMU UNTUK TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 November 2019

Baca:  1 Petrus 4:7-11

"Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."  1 Petrus 4:7

Di zaman sekarang ini semua orang tampak sibuk dengan aktivitas sehari-hari, serasa berkejar-kejaran dengan waktu.  Bangun pagi sudah disuguhi agenda kerja yang teramat padat di hari itu.  Semua dikerjakan serba terburu!  Makan terburu-buru, berangkat ke kantor/sekolah/kampus terburu-buru karena jalanan macet, berdoa terburu, baca Alkitab terburu.  Waktu 24 jam sehari serasa tidak pernah cukup.  Keadaan yang demikian ini sudah pasti membuat orang tidak bisa tenang.  Alhasil keadaan yang demikian akan mempengaruhi hidup kerohanian kita.

     Bila kita mengerjakan segala sesuatu dengan terburu-buru, kapan kita punya waktu untuk bersekutu dengan Tuhan dalam arti yang sebenarnya?  Kapan kita punya waktu untuk membaca, meneliti dan merenungkan firman Tuhan?  Jangan sampai karena terjebak dengan kesibukan sehari-hari lalu kita mengesampingkan perkara-perkara rohani.  Adalah penting sekali kita menyediakan waktu secara khusus untuk Tuhan setiap hari.  Tuhan bertanya,  "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?"  (Matius 26:40b).  Satu jam saja, melepaskan diri dari kesibukan, untuk bersaat teduh, duduk diam di bawah kaki Kristus:  berdoa dan mendengar suara-Nya, tak mudah dilakukan oleh banyak orang Kristen.  Rasul Petrus mengingatkan,  "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."  (ayat nas).  Daud, sebagai seorang raja, pasti sibuk sekali mengatur pemerintahannya, ia pun pernah mengalami ketakutan dan kekuatiran, tapi ia tidak pernah melupakan pertolongan dan kebaikan Tuhan.  Karena itu ia paksa jiwanya untuk kembali tenang,  "Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu."  (Mazmur 116:7).  Di dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan  (Yesaya 30:15).

     Untuk dapat melihat kuasa Tuhan dinyatakan dalam hidup ini kita harus bersikap tenang.  Ketenangan akan dapat kita miliki bila kita dapat berdoa dan bersekutu dengan Tuhan.  Hanya dekat Tuhan saja kita akan merasa tenang  (Mazmur 62:2).

Dengan keyakinan penuh akan pertolongan-Nya kita akan tetap tenang, seburuk apa pun keadaan yang sedang kita hadapi!

Thursday, October 31, 2019

HAUS DAN LAPAR: Dipuaskan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Oktober 2019

Baca:  Mazmur 107:1-9

"sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan."  Mazmur 107:9

Banyak orang berlimpah harta duniawi tapi tidak merasakan kepuasan dan kebahagiaan hidup sejati.  Mengapa?  Karena hati dan pikirannya hanya tertuju kepada perkara duniawi, yang sampai kapan pun takkan pernah memberi kepuasan, sedangkan perkara-perkara rohani mereka abaikan.  "...mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air."  (Yeremia 2:13), serta  "...kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!"  (Yesaya 55:2-3a).  Mereka melupakan Tuhan dan bahkan dengan sengaja melupakan Tuhan, yang adalah Sumber Air Hidup dan Roti Kehidupan itu.

     Tuhan menegaskan bahwa orang-orang yang tidak memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran tidak akan mendapatkan kepuasan  (Matius 5:6).  Jadi syarat mendasar untuk mengalami kepuasan hidup adalah punya rasa lapar dan haus akan kebenaran.  Jika orang tidak punya rasa lapar dan haus akan kebenaran, sampai kapan pun ia tidak akan pernah mendahulukan Kerajaan Sorga dan kebenarannya.  Padahal jelas dikatakan bahwa  "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."  (Yesaya 32:17).

     Akibat rasa lapar dan haus akan kebenaran, orang akan dipuaskan hidupnya oleh Tuhan.  Kata  'dipuaskan'  di sini menunjukkan kata kerja pasif yang artinya bahwa tindakan untuk memuaskan ini bukan berasal dari diri kita sendiri, melainkan dikerjakan oleh pihak lain terhadap kita.  Bagian Tuhan adalah memberikan kepuasan penuh kepada orang-orang yang takut kepada-Nya, sedangkan bagian kita adalah hidup takut akan Tuhan, serta mencari dan merindukan Dia senantiasa.  Ada tertulis:  "...Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik."  (Mazmur 32:11).

Milikilah rasa haus dan lapar akan Tuhan dan kebenaran-Nya,  "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah."  Mazmur 42:2