Thursday, October 31, 2019

HAUS DAN LAPAR: Dipuaskan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Oktober 2019

Baca:  Mazmur 107:1-9

"sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan."  Mazmur 107:9

Banyak orang berlimpah harta duniawi tapi tidak merasakan kepuasan dan kebahagiaan hidup sejati.  Mengapa?  Karena hati dan pikirannya hanya tertuju kepada perkara duniawi, yang sampai kapan pun takkan pernah memberi kepuasan, sedangkan perkara-perkara rohani mereka abaikan.  "...mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air."  (Yeremia 2:13), serta  "...kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!"  (Yesaya 55:2-3a).  Mereka melupakan Tuhan dan bahkan dengan sengaja melupakan Tuhan, yang adalah Sumber Air Hidup dan Roti Kehidupan itu.

     Tuhan menegaskan bahwa orang-orang yang tidak memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran tidak akan mendapatkan kepuasan  (Matius 5:6).  Jadi syarat mendasar untuk mengalami kepuasan hidup adalah punya rasa lapar dan haus akan kebenaran.  Jika orang tidak punya rasa lapar dan haus akan kebenaran, sampai kapan pun ia tidak akan pernah mendahulukan Kerajaan Sorga dan kebenarannya.  Padahal jelas dikatakan bahwa  "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."  (Yesaya 32:17).

     Akibat rasa lapar dan haus akan kebenaran, orang akan dipuaskan hidupnya oleh Tuhan.  Kata  'dipuaskan'  di sini menunjukkan kata kerja pasif yang artinya bahwa tindakan untuk memuaskan ini bukan berasal dari diri kita sendiri, melainkan dikerjakan oleh pihak lain terhadap kita.  Bagian Tuhan adalah memberikan kepuasan penuh kepada orang-orang yang takut kepada-Nya, sedangkan bagian kita adalah hidup takut akan Tuhan, serta mencari dan merindukan Dia senantiasa.  Ada tertulis:  "...Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik."  (Mazmur 32:11).

Milikilah rasa haus dan lapar akan Tuhan dan kebenaran-Nya,  "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah."  Mazmur 42:2

Wednesday, October 30, 2019

KETURUNAN ORANG BENAR PASTI BAHAGIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Oktober 2019

Baca:  Amsal 20:1-30

"Orang benar yang bersih kelakuannya--berbahagialah keturunannya."  Amsal 20:7

Manfaat firman Tuhan bagi orang percaya adalah:  "...untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Ketika seseorang tinggal di dalam firman Tuhan, kuasa firman tersebut akan bekerja secara dahsyat:  mengajar, menyatakan kesalahan  (menegur), memperbaiki kelakuan dan mendidik, sehingga karakter hidup orang tersebut tidak lagi sama seperti sebelumnya, tapi makin diperbaharui dan diubahkan dari hari ke sehari, kepekaan rohaninya pun semakin bertambah-tambah dan pancainderanya pun kian  "...terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  (Ibrani 5:14).

     Orang yang taat melakukan firman Tuhan pasti memiliki kelakuan yang bersih, tidak menyimpang dari kebenaran, karena langkah hidupnya diterangi firman Tuhan.  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Bersih kelakuannya dalam Alkitab versi English Amplified, menggunakan kata  'integrity'  atau integritas.  Arti dari  'integritas'  adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan;  kejujuran.  Secara Alkitabiah, orang yang berintegritas berarti orang yang tidak plin-plan dalam perkataan dan perbuatan.  Salah satu tanda orang punya integritas adalah mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang terbaik, bukan ala kadarnya, atau asal-asalan.  "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi."  (Pengkhotbah 9:10).

     Tidak ada kata  'rugi' bagi pelaku firman dan berkelakuan bersih  (punya integritas), sebab Tuhan menyediakan upahnya yaitu hidup yang diberkati dan berbahagia, bahkan berkat dan kebahagiaan tersebut akan turun sampai ke anak cucu, blessed are his children after him  (terberkatilah keturunannya).  Daud memiliki pengalaman hidup:  "Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat."  (Mazmur 37:25-26).

Orang yang berkelakuan bersih adalah orang yang punya integritas!