Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Oktober 2019
Baca: 1 Samuel 2:1-10
"TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga." 1 Samuel 2:7
Firman Tuhan yang kita baca hari ini merupakan puji-pujian Hana sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah menunjukkan kasih dan kuasa-Nya yang teramat dahsyat di dalam kehidupan Hana. "Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang
miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para
bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan." (1 Samuel 2:8a).
Sungguh benar apa yang Alkitab nyatakan bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebajikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Pergumulan hidup yang berat yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup Hana sungguh mendatangkan kebaikan baginya. Pergumulan hidup berat yang Hana alami adalah ia tak memiliki keturunan, "...sebab TUHAN telah menutup kandungannya." (1 Samuel 1:5). Hana pun menyampaikan kehancuran hatinya kepada Tuhan, karena ia yakin benar bahwa hanya Tuhan yang sanggup melepaskan dia dari pergumulan yang selama ini membelenggu hidupnya. Karena itulah Hana tak berhenti berdoa dan terus memohon belas kasihan dari Tuhan. Meski berada dalam situasi yang sulit Hana tetap menjaga ibadahnya kepada Tuhan dengan setia. Betapa banyak orang Kristen, ketika mengalami masalah yang berat, mereka begitu gampang berubah, tidak lagi setia beribadah, tidak lagi bertekun di dalam doa, dan semangatnya dalam melayani Tuhan mengendor.
Perjuangan Hana ini pun tak sia-sia, Tuhan menjawab doanya yang keluar dari hati yang remuk dan patah. "...setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak
laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: 'Aku telah
memintanya dari pada TUHAN.'" (1 Samuel 1:20). Saat anaknya lahir, Hana pun menepati nazarnya yaitu menyerahkan anak tersebut kepada Tuhan (1 Samuel 1:11, 27, 28). Anak yang telah sekian lama dinanti-nantikan (harta yang sangat berharga), rela ia serahkan kepada Tuhan. Pengorbanan, ketekunan dan kesetiaan Hana kepada Tuhan membuahkan hasil yang luar biasa. Tuhan memberkati Hana dengan berlimpah: ia melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi (1 Samuel 2:21).
Apa yang tak terpikirkan, itu yang Tuhan sediakan bagi orang yang mengasihi Dia!
Tuesday, October 29, 2019
Monday, October 28, 2019
JANGAN ADA LAGI ALASAN ATAU DALIH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2019
Baca: Lucas 5:1-11
"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Lukas 5:10
Seorang yang berkomitmen untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan sepenuh hati, lebih dari apa pun, adalah orang-orang pilihan Tuhan, sebab ada tertulis: "Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14). Itu adalah tanda orang yang dewasa rohani, sebab kedewasaan rohani tidak pernah berhenti pada kepentingan diri sendiri, melainkan mau memikul sebuah tanggung jawab. Orang yang dewasa rohani adalah tanda ia memiliki iman yang hidup, iman yang disertai dengan perbuatan. "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Orang yang dewasa rohani tidak lagi hanya minta dilayani, tapi sudah melangkah untuk memberi diri melayani orang lain; tidak lagi hanya berfokus pada berkat atau meminta berkat, tapi punya kerinduan untuk bisa menjadi berkat.
Simon yang disebut Petrus, Andreas (Saudaranya), Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus), ketika mendengar panggilan Tuhan: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19), mereka menghela perahu-perahunya ke darat, meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Kristus (Markus 5:11). Begitu pula Paulus yang mengalami titik balik dalam hidupnya setelah mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Sejak saat itu fokus hidup Paulus tidak lagi berpusat pada kepentingan diri sendiri, tapi memberi seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan dengan satu tekad: "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22b).
Orang yang dewasa rohani tidak akan punya banyak alasan dan dalih ketika mendengar panggilan Tuhan, tetapi ia akan merespons panggilan Tuhan ini dengan sepenuh hati. Melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya bukan berarti harus meninggalkan pekerjaan (profesi), berada di gedung gereja selama 24 jam, atau menjadi seorang fulltimer. Yang terutama adalah: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Inilah esensi dari sebuah pelayanan yang sesungguhnya!
"...waktu ini adalah waktu perkenanan itu;" (2 Korintus 6:2b), tunggu apa lagi? Tuhan segera datang dan Ia akan meminta pertanggungjawaban dari kita.
Baca: Lucas 5:1-11
"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Lukas 5:10
Seorang yang berkomitmen untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan sepenuh hati, lebih dari apa pun, adalah orang-orang pilihan Tuhan, sebab ada tertulis: "Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14). Itu adalah tanda orang yang dewasa rohani, sebab kedewasaan rohani tidak pernah berhenti pada kepentingan diri sendiri, melainkan mau memikul sebuah tanggung jawab. Orang yang dewasa rohani adalah tanda ia memiliki iman yang hidup, iman yang disertai dengan perbuatan. "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Orang yang dewasa rohani tidak lagi hanya minta dilayani, tapi sudah melangkah untuk memberi diri melayani orang lain; tidak lagi hanya berfokus pada berkat atau meminta berkat, tapi punya kerinduan untuk bisa menjadi berkat.
Simon yang disebut Petrus, Andreas (Saudaranya), Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus), ketika mendengar panggilan Tuhan: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19), mereka menghela perahu-perahunya ke darat, meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Kristus (Markus 5:11). Begitu pula Paulus yang mengalami titik balik dalam hidupnya setelah mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Sejak saat itu fokus hidup Paulus tidak lagi berpusat pada kepentingan diri sendiri, tapi memberi seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan dengan satu tekad: "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22b).
Orang yang dewasa rohani tidak akan punya banyak alasan dan dalih ketika mendengar panggilan Tuhan, tetapi ia akan merespons panggilan Tuhan ini dengan sepenuh hati. Melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya bukan berarti harus meninggalkan pekerjaan (profesi), berada di gedung gereja selama 24 jam, atau menjadi seorang fulltimer. Yang terutama adalah: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Inilah esensi dari sebuah pelayanan yang sesungguhnya!
"...waktu ini adalah waktu perkenanan itu;" (2 Korintus 6:2b), tunggu apa lagi? Tuhan segera datang dan Ia akan meminta pertanggungjawaban dari kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)