Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2019
Baca: Yohanes 11:1-11
"Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang
berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat
terang dunia ini." Yohanes 11:9
Ketika hendak menjenguk Lazarus yang sedang sakit, murid-murid mencegah Kristus untuk pergi, karena mereka sangat menguatirkan Gurunya. "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?" (Yohanes 11:8). Inilah jawaban Tuhan kepada mereka, "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? (siang hari - Red.)? Siapa yang
berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat
terang dunia ini." (ayat nas). Apa makna tersirat dari pernyataan Tuhan ini? Artinya selagi ada kesempatan, jangan pernah sia-siakan. Dua belas jam dalam sehari berbicara tentang siang hari adalah waktu untuk bekerja, sebab "...akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Dua belas jam pada siang hari adalah waktu yang tepat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang Tuhan percayakan, waktu untuk kita berlomba dalam pertandingan iman, waktu untuk kita mengumpulkan harta sorgawi sebanyak-banyaknya (Matius 6:20). Maka dari itu jangan sia-siakan setiap kesempatan yang ada, pergunakanlah itu dengan sebaik mungkin, sebab bila waktu sudah lewat, maka kita tidak bisa memutarnya kembali. Jangan sampai dua belas jam yang seharusnya kita pergunakan untuk bekerja dan berkarya bagi Tuhan justru kita kedapatan sedang tidak melakukan apa-apa, tertidur pulas. Ingat! "...kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." (1 Tesalonika 5:5-6). Tuhan menegaskan kepada murid-murid-Nya, "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." (Yohanes 11:11).
Berbeda dengan orang fasik: "Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan." (2 Petrus 2:13b), berjalan dalam kegelapan menjadi kesukaannya. Bagi orang percaya, 12 jam (siang hari) adalah kesempatan emas melakukan yang terbaik bagi Tuhan.
Perhatikanlah hidup Saudara dengan seksama, jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif (Efesus 5:15). Ini adalah kesempatan terbaik! Jangan tunda lagi.
Sunday, October 27, 2019
Saturday, October 26, 2019
MELIHAT YANGTAK TERLIHAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Oktober 2019
Baca: Mazmur 54:1-9
"Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku." Mazmur 54:9
Apa yang terlihat oleh mata jasmani dan situasi-situasi yang terjadi di sekitar seringkali menjadi faktor utama yang memengaruhi hati kita. Manakala dihadapkan pada masalah yang berat atau situasi yang sulit, respons hati kita pun menjadi negatif. Seketika itu pikiran dan hati kita dipenuhi dengan ketakutan dan keraguan, takut tak bisa menyelesaikan masalah; rasa ragu dan bimbang bermunculan, iman pun menjadi goyah. Selama mata kita tertuju kepada besarnya masalah dan apa yang tampak secara kasat mata, yang kita pikirkan hanyalah ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kita.
Ketika melihat pasukan tentara Aram lengkap dengan kuda dan keretanya sedang mengepung kota, bujang Elisa pun dihantui oleh ketakutan dan kekuatiran yang luar biasa. Mengapa bisa terjadi? Karena bujang Elisa ini fokus pada masalah karena melihat musuh ada di depan matanya. Bujang itu pun berkata, "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (2 Raja-Raja 6:15b). Mendengar hal itu berdoalah Elisa kepada Tuhan, "Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (2 Raja-Raja 6:17). Roh Tuhan menjamah bujang Elisa itu, maka ia pun dapat melihat apa yang tak terlihat oleh mata jasmaninya, yaitu ada bala tentara sorgawi lengkap dengan kuda dan kereta berapi yang mengelilingi Elisa. Ternyata, di alam roh ada kekuatan adikodrati yang mahadasyat yang menyertai dan melindungi Elisa dari serangan-serangan musuh.
Sebagai orang percaya, seharusnya kita menyikapi masalah dengan sudut padang yang berbeda: masalah sebagai kesempatan untuk kita melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib, membawa kita semakin mendekat kepada Tuhan, memiliki penyerahan diri penuh kepada-Nya dan semakin mengandalkan Dia. Saat kita punya kepekaan rohani seperti ini kita akan mampu melihat segala sesuatu melalui alam roh yang tidak kelihatan.
Jika mata kita tertuju kepada Tuhan dan janji firman-Nya, kita akan mampu bertahan di segala keadaan dengan kemantapan iman, sebab "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13).
Baca: Mazmur 54:1-9
"Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku." Mazmur 54:9
Apa yang terlihat oleh mata jasmani dan situasi-situasi yang terjadi di sekitar seringkali menjadi faktor utama yang memengaruhi hati kita. Manakala dihadapkan pada masalah yang berat atau situasi yang sulit, respons hati kita pun menjadi negatif. Seketika itu pikiran dan hati kita dipenuhi dengan ketakutan dan keraguan, takut tak bisa menyelesaikan masalah; rasa ragu dan bimbang bermunculan, iman pun menjadi goyah. Selama mata kita tertuju kepada besarnya masalah dan apa yang tampak secara kasat mata, yang kita pikirkan hanyalah ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kita.
Ketika melihat pasukan tentara Aram lengkap dengan kuda dan keretanya sedang mengepung kota, bujang Elisa pun dihantui oleh ketakutan dan kekuatiran yang luar biasa. Mengapa bisa terjadi? Karena bujang Elisa ini fokus pada masalah karena melihat musuh ada di depan matanya. Bujang itu pun berkata, "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (2 Raja-Raja 6:15b). Mendengar hal itu berdoalah Elisa kepada Tuhan, "Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (2 Raja-Raja 6:17). Roh Tuhan menjamah bujang Elisa itu, maka ia pun dapat melihat apa yang tak terlihat oleh mata jasmaninya, yaitu ada bala tentara sorgawi lengkap dengan kuda dan kereta berapi yang mengelilingi Elisa. Ternyata, di alam roh ada kekuatan adikodrati yang mahadasyat yang menyertai dan melindungi Elisa dari serangan-serangan musuh.
Sebagai orang percaya, seharusnya kita menyikapi masalah dengan sudut padang yang berbeda: masalah sebagai kesempatan untuk kita melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib, membawa kita semakin mendekat kepada Tuhan, memiliki penyerahan diri penuh kepada-Nya dan semakin mengandalkan Dia. Saat kita punya kepekaan rohani seperti ini kita akan mampu melihat segala sesuatu melalui alam roh yang tidak kelihatan.
Jika mata kita tertuju kepada Tuhan dan janji firman-Nya, kita akan mampu bertahan di segala keadaan dengan kemantapan iman, sebab "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13).
Subscribe to:
Posts (Atom)