Saturday, October 26, 2019

MELIHAT YANGTAK TERLIHAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Oktober 2019

Baca:  Mazmur 54:1-9

"Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku."  Mazmur 54:9

Apa yang terlihat oleh mata jasmani dan situasi-situasi yang terjadi di sekitar seringkali menjadi faktor utama yang memengaruhi hati kita.  Manakala dihadapkan pada masalah yang berat atau situasi yang sulit, respons hati kita pun menjadi negatif.  Seketika itu pikiran dan hati kita dipenuhi dengan ketakutan dan keraguan, takut tak bisa menyelesaikan masalah;  rasa ragu dan bimbang bermunculan, iman pun menjadi goyah.  Selama mata kita tertuju kepada besarnya masalah dan apa yang tampak secara kasat mata, yang kita pikirkan hanyalah ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kita.

     Ketika melihat pasukan tentara Aram lengkap dengan kuda dan keretanya sedang mengepung kota, bujang Elisa pun dihantui oleh ketakutan dan kekuatiran yang luar biasa.  Mengapa bisa terjadi?  Karena bujang Elisa ini fokus pada masalah karena melihat musuh ada di depan matanya.  Bujang itu pun berkata,  "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?"  (2 Raja-Raja 6:15b).  Mendengar hal itu berdoalah Elisa kepada Tuhan,  "Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa."  (2 Raja-Raja 6:17).  Roh Tuhan menjamah bujang Elisa itu, maka ia pun dapat melihat apa yang tak terlihat oleh mata jasmaninya, yaitu ada bala tentara sorgawi lengkap dengan kuda dan kereta berapi yang mengelilingi Elisa.  Ternyata, di alam roh ada kekuatan adikodrati yang mahadasyat yang menyertai dan melindungi Elisa dari serangan-serangan musuh.

     Sebagai orang percaya, seharusnya kita menyikapi masalah dengan sudut padang yang berbeda:  masalah sebagai kesempatan untuk kita melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib, membawa kita semakin mendekat kepada Tuhan, memiliki penyerahan diri penuh kepada-Nya dan semakin mengandalkan Dia.  Saat kita punya kepekaan rohani seperti ini kita akan mampu melihat segala sesuatu melalui alam roh yang tidak kelihatan.

Jika mata kita tertuju kepada Tuhan dan janji firman-Nya, kita akan mampu bertahan di segala keadaan dengan kemantapan iman, sebab  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).

Friday, October 25, 2019

PERCAYA DIRI KARENA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2019

Baca:  Amsal 14:26-35

"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya."  Amsal 14:26

Di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana teknologi semakin canggih, setiap orang dituntut untuk bisa meng-upgrade dirinya.  Jika tidak, mereka akan tertinggal dengan yang lain, karena persaingan hidup semakin hari semakin ketat.  Ketidakmampuan dalam bersaing menimbulkan rasa minder alias tak percaya diri, padahal rasa percaya diri  (self confidence)  sangat diperlukan di segala aspek kehidupan ini.  Tak mengherankan bila di zaman sekarang banyak digelar seminar-seminar tentang motivasi yang dipandu oleh motivator handal.  Tujuan dari seminar ini adalah untuk membangun rasa percaya diri.  Seminar-seminar semacam ini tak pernah sepi peminat!  Namun perlu diingat bahwa konsep percaya diri menurut prinsip dunia ini mengajarkan seseorang untuk percaya pada potensi yang dimiliki:  kehebatan, kemampuan, kepintaran atau kecerdasan, yang akhirnya menyondongkan orang untuk bermegah atas diri sendiri.

     Dalam Alkitab versi English Amplified Bible, kalimat  'ketenteraman besar'  menggunakan kata strong confidence yang artinya rasa percaya diri yang besar atau keyakinan yang kokoh.  Sikap ini bukan dilandaskan pada kekuatan dan kemampuan diri sendiri, melainkan karena punya hati yang takut akan Tuhan.  Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang tunduk sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya;  dan terhadap orang yang takut akan Dia, Tuhan pasti menyatakan kasih-Nya, pembelaan-Nya, dan perlindungan-Nya.

     Ada ketenteraman besar bagi orang-orang yang takut akan Tuhan, karena Tuhan ada di pihak kita dan memberikan perlindungan kepada kita.  Inilah yang membangkitkan rasa percaya diri atau keyakinan yang teguh.  Jadi, kuncinya adalah takut akan Tuhan.  "Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut."  (Amsal 14:27).  Percaya diri yang berlandaskan kepada hal-hal yang lahiriah akan menuntun seseorang kepada dosa kesombongan.  "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN,"  (Mazmur 20:8).

Takut akan Tuhan adalah dasar untuk membangun rasa percaya diri, karena kita berkeyakinan bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja.