Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2019
Baca: Amsal 14:26-35
"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." Amsal 14:26
Di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana teknologi semakin canggih, setiap orang dituntut untuk bisa meng-upgrade dirinya. Jika tidak, mereka akan tertinggal dengan yang lain, karena persaingan hidup semakin hari semakin ketat. Ketidakmampuan dalam bersaing menimbulkan rasa minder alias tak percaya diri, padahal rasa percaya diri (self confidence) sangat diperlukan di segala aspek kehidupan ini. Tak mengherankan bila di zaman sekarang banyak digelar seminar-seminar tentang motivasi yang dipandu oleh motivator handal. Tujuan dari seminar ini adalah untuk membangun rasa percaya diri. Seminar-seminar semacam ini tak pernah sepi peminat! Namun perlu diingat bahwa konsep percaya diri menurut prinsip dunia ini mengajarkan seseorang untuk percaya pada potensi yang dimiliki: kehebatan, kemampuan, kepintaran atau kecerdasan, yang akhirnya menyondongkan orang untuk bermegah atas diri sendiri.
Dalam Alkitab versi English Amplified Bible, kalimat 'ketenteraman besar' menggunakan kata strong confidence yang artinya rasa percaya diri yang besar atau keyakinan yang kokoh. Sikap ini bukan dilandaskan pada kekuatan dan kemampuan diri sendiri, melainkan karena punya hati yang takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang tunduk sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya; dan terhadap orang yang takut akan Dia, Tuhan pasti menyatakan kasih-Nya, pembelaan-Nya, dan perlindungan-Nya.
Ada ketenteraman besar bagi orang-orang yang takut akan Tuhan, karena Tuhan ada di pihak kita dan memberikan perlindungan kepada kita. Inilah yang membangkitkan rasa percaya diri atau keyakinan yang teguh. Jadi, kuncinya adalah takut akan Tuhan. "Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut." (Amsal 14:27). Percaya diri yang berlandaskan kepada hal-hal yang lahiriah akan menuntun seseorang kepada dosa kesombongan. "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN," (Mazmur 20:8).
Takut akan Tuhan adalah dasar untuk membangun rasa percaya diri, karena kita berkeyakinan bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja.
Friday, October 25, 2019
Thursday, October 24, 2019
PENGAJARAN FIRMAN: Pertumbuhan Iman (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Oktober 2019
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"...kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" 2 Timotius 4:5
Dalam memberitakan Injil kita pasti akan menghadapi banyak sekali kendala dan tantangan, karena ada orang-orang yang menolak Injil. Ini bukanlah kegagalan! Kita disebut gagal ketika kita berhenti memberitakan Injil, sebab Tuhan mengukur keberhasilan pemberitaan Injil kita bukan pada jumlah orang yang diselamatkan, tetapi seberapa besar kerelaan kita dalam mengerjakan perintah Tuhan.
Satu jiwa dimenangkan bagi Tuhan sudah teramat berharga di mata Tuhan, "Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Lukas 15:7). Oleh sebab itu "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2), sebab "Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai." (Pengkhotbah 11:4). Artinya kita tidak pernah tahu kapan orang siap untuk percaya dan menerima Injil keselamatan, yang terpenting adalah terus melangkah "...selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Ladang sudah mulai menguning! "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Matius 9:37-38).
Dalam memberitakan Injil ini kita bukan hanya sekedar menyampaikan dengan sambil lalu, melainkan kita harus berusaha sedemikian rupa sampai orang tersebut mengenal dengan benar siapa Kristus. Ini membutuhkan proses, yaitu melalui tahapan pengajaran secara kontinyu atau terus-menerus. Dasar pengajarannya adalah Alkitab (firman Tuhan)! Jadi, apa yang kita ajarkan kepada orang lain haruslah selaras dengan apa yang Tuhan firmankan, tidak boleh menyimpang; dan yang terutama sekali, ketika mengajar orang lain, kita sendiri harus punya kehidupan yang seturut dengan firman yang kita ajarkan.
Seorang pemberita Injil harus tinggal di dalam firman Tuhan dan yang mampu mengajar dengan keteladanan hidup (teaching by doing).
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"...kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" 2 Timotius 4:5
Dalam memberitakan Injil kita pasti akan menghadapi banyak sekali kendala dan tantangan, karena ada orang-orang yang menolak Injil. Ini bukanlah kegagalan! Kita disebut gagal ketika kita berhenti memberitakan Injil, sebab Tuhan mengukur keberhasilan pemberitaan Injil kita bukan pada jumlah orang yang diselamatkan, tetapi seberapa besar kerelaan kita dalam mengerjakan perintah Tuhan.
Satu jiwa dimenangkan bagi Tuhan sudah teramat berharga di mata Tuhan, "Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Lukas 15:7). Oleh sebab itu "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2), sebab "Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai." (Pengkhotbah 11:4). Artinya kita tidak pernah tahu kapan orang siap untuk percaya dan menerima Injil keselamatan, yang terpenting adalah terus melangkah "...selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Ladang sudah mulai menguning! "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Matius 9:37-38).
Dalam memberitakan Injil ini kita bukan hanya sekedar menyampaikan dengan sambil lalu, melainkan kita harus berusaha sedemikian rupa sampai orang tersebut mengenal dengan benar siapa Kristus. Ini membutuhkan proses, yaitu melalui tahapan pengajaran secara kontinyu atau terus-menerus. Dasar pengajarannya adalah Alkitab (firman Tuhan)! Jadi, apa yang kita ajarkan kepada orang lain haruslah selaras dengan apa yang Tuhan firmankan, tidak boleh menyimpang; dan yang terutama sekali, ketika mengajar orang lain, kita sendiri harus punya kehidupan yang seturut dengan firman yang kita ajarkan.
Seorang pemberita Injil harus tinggal di dalam firman Tuhan dan yang mampu mengajar dengan keteladanan hidup (teaching by doing).
Subscribe to:
Posts (Atom)