Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Oktober 2019
Baca: Rut 2:1-23
"Dari antara berkas-berkas itupun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu; bahkan haruslah kamu dengan sengaja menarik sedikit-sedikit dari
onggokan jelai itu untuk dia dan meninggalkannya, supaya dipungutnya;
janganlah berlaku kasar terhadap dia." Rut 2:15-16
Boas bukanlah orang sembarangan. Alkitab mencatat bahwa ia adalah orang yang kaya raya dan terpandang di Betlehem. Nama 'Boas' memiliki arti: di dalam Tuhan ada kekuatan. Arti lain dari 'Boas' adalah cekatan dan tangkas. Orang yang kaya dan terpandang di mata masyarakat biasanya memiliki sifat sombong, memandang rendah orang lain, dan tidak mengutamakan perkara-perkara rohani. Berbeda dengan Boas, selain kaya dan terpandang, ia adalah orang yang takut akan Tuhan dan juga rajin bekerja.
Kerohanian Boas terlihat jelas ketika ia bertemu dengan para penyabit di ladangnya, dimana ia selalu memberi salam: "TUHAN kiranya memberkati tuan!" (Rut 2:4). Apakah Boas terlihat rohani hanya dalam perkataan? Tidak. Dari perbuatannya pun tampak nyata bahwa ia adalah seorang yang takut akan Tuhan. Buktinya? Boas mengijinkan Rut untuk mengambil berkas-berkas jelai di ladangnya dan berpesan kepada para pekerjanya untuk tidak menganggu Rut. Ini wujud ketaatan terhadap firman Tuhan yaitu memperhatikan orang lemah (miskin). "Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah!" (Mazmur 41:2), dan "Seseorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas. Jika engkau memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan mendengarkan
seruan mereka, jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring." (Keluaran 22:22-23). Boas juga memberikan perintah kepada para pekerjanya agar dengan sengaja menarik sedikit dari onggokan jelai dan meninggalkannya bagi Rut (ayat nas).
Ada tertulis: "Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu
habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang
ketinggalan dari penuaianmu. Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan
buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi
semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing;" (Imamat 19:9-10).
Tak mengherankan bila Boas menjadi pengusaha yang diberkati Tuhan, karena selain taat melakukan firman Tuhan, ia juga banyak memberkati orang lain!
Monday, October 21, 2019
Sunday, October 20, 2019
JANGAN SIMPAN SAKIT HATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2019
Baca: Ayub 5:1-27
"Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati." Ayub 5:2
Tidak semua sakit yang diderita oleh seseorang disebabkan oleh karena virus, bakteri atau pola makan yang salah, tetapi terkadang ada faktor lain yang membuat ia jatuh sakit; salah satunya adalah karena terus menerus menyimpan sakit hati. Betapa banyak orang memendam sakit hati dan memendamnya selama bertahun-tahun tanpa mau membereskannya. Seorang isteri memendam sakit hati terhadap suami, anak-anak sakit hati terhadap orangtua yang telah menelantarkan hidupnya, dan sebagainya.
Camkan baik-baik: sakit hati tidak pernah membawa keuntungan bagi orang yang mengalaminya. Sebaliknya, sakit hati yang terpendam justru akan melunturkan semangat dan merampas damai sejahtera di dalam hati. Orang yang telah menyakiti kita mungkin saja tidak memikirkan apa yang telah diperbuatnya kepada kita, sementara kita yang menyimpan sakit hati semakin merana karena setiap hari kita memikirkan perbuatan orang itu. Ada dua hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan rasa sakit hati: 1. Buang semua sakit hati. Jika kita sedang menyimpan sakit hati terhadap orang lain, jangan tunda-tunda waktu untuk segera membereskannya. Datanglah di bawah kaki Tuhan, curahkan segala hal yang mengganjal di hati, kekesalan, amarah, kepahitan, kebencian dan sebagainya, biarkan Tuhan membalut luka hati kita. "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;" (Mazmur 147:3).
2. Berhati-hatilah dalam perkataan dan perbuatan. Kalau kita tak ingin merasakan sakit hati, janganlah kita membuat gara-gara atau menjadi penyebab sakit hati bagi orang lain. Karena itu kita harus bisa menjaga perkataan dan perbuatan kita di mana pun kita berada, sebab dari perkataan-perkataan yang tak terkontrol (pedas, tajam, fitnah, gosip dan sebagainya) dapat menimbulkan sakit hati dalam diri orang lain. "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin." (Amsal 17:27). Begitu juga bila perbuatan kita sembrono, orang lain pun akan terkena dampaknya. Berpikirlah 1000 kali sebelum berkata-kata dan berbuat!
Rugi besar bila kita terus menyimpan sakit hati, karena selain akan kehilangan sukacita dan damai sejahtera, doa-doa kita pun akan terhalang karenanya.
Baca: Ayub 5:1-27
"Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati." Ayub 5:2
Tidak semua sakit yang diderita oleh seseorang disebabkan oleh karena virus, bakteri atau pola makan yang salah, tetapi terkadang ada faktor lain yang membuat ia jatuh sakit; salah satunya adalah karena terus menerus menyimpan sakit hati. Betapa banyak orang memendam sakit hati dan memendamnya selama bertahun-tahun tanpa mau membereskannya. Seorang isteri memendam sakit hati terhadap suami, anak-anak sakit hati terhadap orangtua yang telah menelantarkan hidupnya, dan sebagainya.
Camkan baik-baik: sakit hati tidak pernah membawa keuntungan bagi orang yang mengalaminya. Sebaliknya, sakit hati yang terpendam justru akan melunturkan semangat dan merampas damai sejahtera di dalam hati. Orang yang telah menyakiti kita mungkin saja tidak memikirkan apa yang telah diperbuatnya kepada kita, sementara kita yang menyimpan sakit hati semakin merana karena setiap hari kita memikirkan perbuatan orang itu. Ada dua hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan rasa sakit hati: 1. Buang semua sakit hati. Jika kita sedang menyimpan sakit hati terhadap orang lain, jangan tunda-tunda waktu untuk segera membereskannya. Datanglah di bawah kaki Tuhan, curahkan segala hal yang mengganjal di hati, kekesalan, amarah, kepahitan, kebencian dan sebagainya, biarkan Tuhan membalut luka hati kita. "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;" (Mazmur 147:3).
2. Berhati-hatilah dalam perkataan dan perbuatan. Kalau kita tak ingin merasakan sakit hati, janganlah kita membuat gara-gara atau menjadi penyebab sakit hati bagi orang lain. Karena itu kita harus bisa menjaga perkataan dan perbuatan kita di mana pun kita berada, sebab dari perkataan-perkataan yang tak terkontrol (pedas, tajam, fitnah, gosip dan sebagainya) dapat menimbulkan sakit hati dalam diri orang lain. "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin." (Amsal 17:27). Begitu juga bila perbuatan kita sembrono, orang lain pun akan terkena dampaknya. Berpikirlah 1000 kali sebelum berkata-kata dan berbuat!
Rugi besar bila kita terus menyimpan sakit hati, karena selain akan kehilangan sukacita dan damai sejahtera, doa-doa kita pun akan terhalang karenanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)