Saturday, October 19, 2019

KELEDAI JUGA BISA DIPAKAI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2019

Baca:  Bilangan 22:21-35

"Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: 'Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?' Jawabnya: 'Tidak."'  Bilangan 22:30

Keledai adalah salah satu hewan jinak yang sudah sejak lama berguna bagi kehidupan manusia:  sebagai binatang beban, sarana transportasi, penarik kereta kuda maupun pembajak di ladang.  Sesungguhnya keledai bukanlah termasuk binatang yang pintar, tetapi dalam peristiwa ini, keledai milik Bileam ini menunjukkan kepintarannya.  Itu terjadi karena Tuhan yang bekerja.  "Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"  (Bilangan 22:28).  Percakapan antara Bileam dan keledainya ini terjadi bukan hanya karena Bileam telah memukul keledainya, tetapi ada suatu maksud.  Tuhan membuka mulut keledai sehingga bisa berbicara untuk menegur dan mengingatkan Bileam atas perbuatannya yang jahat di hadapan Tuhan.

     Rasul Petrus pun mengutip peristiwa ini sebagai suatu pembelajaran bagi orang-orang yang telah meninggalkan Tuhan:  "Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu."  (2 Petrus 2:16).  Tuhan memakai seekor keledai untuk menegur dan memperingatkan Bileam, yang diminta oleh Balak  (raja Moab)  untuk mengucapkan kutuk atas bangsa Israel.  Tetapi Tuhan menegur dan memperingatkan Bileam melalui keledainya itu, sehingga akhirnya Bileam dapat berkata,  "Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan."  (Bilangan 23:26).  Dari peristiwa ini ada pelajaran berharga, yaitu bahwa Tuhan bisa memakai apa saja dan siapa saja untuk menyatakan kehendak dan rencana-Nya.  Bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil.

     Jangan pernah berpikir bahwa Tuhan tidak mungkin memakai hidup Saudara karena Saudara merasa tidak punya sesuatu yang dapat dibanggakan, tak punya apa-apa, kemampuan pun serasa tak ada.  Jangan sekali-kali menyerah pada keadaan yang membuat Saudara kehilangan kesempatan untuk maju di dalam Tuhan.

Jika Tuhan bisa memakai keledai, yang hanyalah seekor binatang, bukan perkara mustahil Tuhan dapat memakai hidup Saudara untuk menggenapi rencana-Nya!

Friday, October 18, 2019

MENABUR KEBAJIKAN TAK PERNAH RUGI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2019

Baca:  Amsal 11:1-31

"Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri."  Amsal 11:17

Sampai detik ini masih banyak orang yang berpikir 1000 kali bila mau bermurah hati kepada orang lain.  Hitung-hitungan untung rugi selalu ada di pikirannya!  Mereka beranggapan bahwa bermurah hati kepada orang lain dengan membuat sesuatu dan mengorbankan sesuatu adalah kerugian besar dan tidak ada untungnya sama sekali.

     Perhatikan ayat nas di atas!  Orang yang murah hati itu sama artinya berbuat baik kepada dirinya sendiri.  Orang yang murah hati adalah orang yang bersedia mengulurkan tangannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.  Orang yang murah hati tidak pernah menganggap bahwa kebaikan yang dilakukannya merupakan suatu paksaan atau kerugian baginya, sebaliknya ia melakukan kebaikan itu dengan sukacita, tanpa mengharapkan balasan dan pamrih.  Tidak ada kata sia-sia bagi orang yang bermurah hati atau berbuat baik kepada orang lain!  Di dalam Amsal 19:17 tertulis:  "Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu."  Jadi, orang yang berbuat kepada orang lain sesungguhnya sedang melakukan kebaikan bagi dirinya sendiri, sebab Tuhan pasti membalas perbuatan baiknya.  "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  (2 Korintus 9:6).

     Satu hal penting yang harus diperhatikan saat melakukan suatu kebaikan kepada orang lain adalah motivasi hati.  Jangan sampai ada tendensi atau motivasi terselubung!  Kalau kita berbuat baik atau bermurah hati kepada orang lain, dengan tujuan supaya mendapatkan pujian, maka upah kita pun hanya sebatas pujian tersebut.  Karena itu  "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,"  (2 Korintus 9:7).  Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, melakukan kebaikan adalah sebuah keharusan, sebagai ungkapan rasa syukur karena Tuhan telah terlebih dahulu melakukan kebaikan kepada kita, mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa-dosa kita, sehingga kita diselamatkan.

"Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."  Galatia 6:9