Friday, October 18, 2019

MENABUR KEBAJIKAN TAK PERNAH RUGI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2019

Baca:  Amsal 11:1-31

"Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri."  Amsal 11:17

Sampai detik ini masih banyak orang yang berpikir 1000 kali bila mau bermurah hati kepada orang lain.  Hitung-hitungan untung rugi selalu ada di pikirannya!  Mereka beranggapan bahwa bermurah hati kepada orang lain dengan membuat sesuatu dan mengorbankan sesuatu adalah kerugian besar dan tidak ada untungnya sama sekali.

     Perhatikan ayat nas di atas!  Orang yang murah hati itu sama artinya berbuat baik kepada dirinya sendiri.  Orang yang murah hati adalah orang yang bersedia mengulurkan tangannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.  Orang yang murah hati tidak pernah menganggap bahwa kebaikan yang dilakukannya merupakan suatu paksaan atau kerugian baginya, sebaliknya ia melakukan kebaikan itu dengan sukacita, tanpa mengharapkan balasan dan pamrih.  Tidak ada kata sia-sia bagi orang yang bermurah hati atau berbuat baik kepada orang lain!  Di dalam Amsal 19:17 tertulis:  "Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu."  Jadi, orang yang berbuat kepada orang lain sesungguhnya sedang melakukan kebaikan bagi dirinya sendiri, sebab Tuhan pasti membalas perbuatan baiknya.  "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  (2 Korintus 9:6).

     Satu hal penting yang harus diperhatikan saat melakukan suatu kebaikan kepada orang lain adalah motivasi hati.  Jangan sampai ada tendensi atau motivasi terselubung!  Kalau kita berbuat baik atau bermurah hati kepada orang lain, dengan tujuan supaya mendapatkan pujian, maka upah kita pun hanya sebatas pujian tersebut.  Karena itu  "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,"  (2 Korintus 9:7).  Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, melakukan kebaikan adalah sebuah keharusan, sebagai ungkapan rasa syukur karena Tuhan telah terlebih dahulu melakukan kebaikan kepada kita, mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa-dosa kita, sehingga kita diselamatkan.

"Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."  Galatia 6:9

Thursday, October 17, 2019

TUHAN MENUNTUT KESETIAAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Oktober 2019

Baca:  Bilangan 12:1-16

"Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku."  Bilangan 12:7

Bukan perkara yang mudah bagi pemimpin bertahan di dalam melayani umat seperti umat Israel yang terkenal tegar tengkuk, keras kepala, suka bersungut-sungut dan banyak menuntut.  Inilah tanggung jawab yang harus diemban Musa selaku pemimpin, yang setiap hari harus diperhadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, karena ulah umat Israel yang dipimpinnya.  Ketika diperhadapkan dengan sedikit kesulitan saja mereka gampang sekali menyalahkan Musa, bahkan Miryam yang notabene adalah saudaranya sendiri, juga mengatai-ngatai dia,  "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?"  (Bilangan 12:2).

     Apakah Musa menjadi kecewa dan patah arang, lalu menyerah dari panggilan Tuhan ini?  Tidak.  Musa tetap bertahan dan dengan penuh kesetiaan mengerjakan apa yang Tuhan percayakan kepadanya.  Ia setia melayani Tuhan dan umat-Nya selama 40 tahun.  Adanya tantangan, situasi sulit, dan beban yang cukup berat dalam pelayanan membuat Musa semakin bergantung kepada Tuhan dan hidup mengandalkan Dia.  Kesabaran dan ketabahan Musa dalam mengerjakan panggilan Tuhan ini sebagai bukti bahwa ia adalah orang yang setia.  Tak mudah menemukan orang yang benar-benar setia di akhir zaman ini, sebab  "...orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia."  (Amsal 20:6).

     Kesetiaan berbicara tentang keteguhan hati, kepatuhan atau ketaatan.  Kesetiaan membuat seseorang tetap kuat, mampu bersabar dan selalu tabah dalam menanggung beban di dalam hidupnya.  Tugas dan tanggung jawab apa yang Tuhan telah percayakan kepada Saudara?  Seberat apa pun tantangannya dan sekecil apa pun tugas dan tanggung jawab itu, mari kita lakukan dengan setia, jangan ada keluh kesah dan persungutan, sebab hanya orang yang setia sampai akhir yang akan memperoleh kemuliaan yang telah Tuhan janjikan.  Jerih lelah kita tidak akan pernah sia-sia, Tuhan selalu perhitungkan!

"Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."  Wahyu 2:10b