Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Oktober 2019
Baca: Bilangan 12:1-16
"Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku." Bilangan 12:7
Bukan perkara yang mudah bagi pemimpin bertahan di dalam melayani umat seperti umat Israel yang terkenal tegar tengkuk, keras kepala, suka bersungut-sungut dan banyak menuntut. Inilah tanggung jawab yang harus diemban Musa selaku pemimpin, yang setiap hari harus diperhadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, karena ulah umat Israel yang dipimpinnya. Ketika diperhadapkan dengan sedikit kesulitan saja mereka gampang sekali menyalahkan Musa, bahkan Miryam yang notabene adalah saudaranya sendiri, juga mengatai-ngatai dia, "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" (Bilangan 12:2).
Apakah Musa menjadi kecewa dan patah arang, lalu menyerah dari panggilan Tuhan ini? Tidak. Musa tetap bertahan dan dengan penuh kesetiaan mengerjakan apa yang Tuhan percayakan kepadanya. Ia setia melayani Tuhan dan umat-Nya selama 40 tahun. Adanya tantangan, situasi sulit, dan beban yang cukup berat dalam pelayanan membuat Musa semakin bergantung kepada Tuhan dan hidup mengandalkan Dia. Kesabaran dan ketabahan Musa dalam mengerjakan panggilan Tuhan ini sebagai bukti bahwa ia adalah orang yang setia. Tak mudah menemukan orang yang benar-benar setia di akhir zaman ini, sebab "...orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia." (Amsal 20:6).
Kesetiaan berbicara tentang keteguhan hati, kepatuhan atau ketaatan. Kesetiaan membuat seseorang tetap kuat, mampu bersabar dan selalu tabah dalam menanggung beban di dalam hidupnya. Tugas dan tanggung jawab apa yang Tuhan telah percayakan kepada Saudara? Seberat apa pun tantangannya dan sekecil apa pun tugas dan tanggung jawab itu, mari kita lakukan dengan setia, jangan ada keluh kesah dan persungutan, sebab hanya orang yang setia sampai akhir yang akan memperoleh kemuliaan yang telah Tuhan janjikan. Jerih lelah kita tidak akan pernah sia-sia, Tuhan selalu perhitungkan!
"Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Wahyu 2:10b
Thursday, October 17, 2019
Wednesday, October 16, 2019
MEMBERI TELADAN HIDUP KEPADA ANAK
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Oktober 2019
Baca: Amsal 3:11-26
"Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya." Amsal 3:11
Ada tugas dan panggilan yang diberikan Tuhan kepada setiap orangtua dalam mempersiapkan generasi penerusnya. Tugas dan panggilan itu adalah memberi teladan hidup bagi anak-anaknya melalui kehidupan sehari-hari. Jadi orangtua haruslah bisa menjadi panutan bagi anak-anaknya dan menjadi teladan. Menjadi teladan berarti memberi nilai atau dampak yang bisa dirasakan anak-anaknya. Pada taraf ini orangtua bisa berkata, "...turutilah teladanku!" (1 Korintus 4:16). Orangtua harus bisa menjadikan apa pun yang dikatakannya dilakukan oleh anak-anaknya.
Mari kita bahas hal menjadi teladan. Orangtua harus menjadi teladan dalam hal apa? 1. Dalam hal berbuat baik. Orangtua harus bisa mengajarkan kepada anak-anak bagaimana melakukan kebaikan kepada semua orang. Berbuat baik di sini bukan semata-mata berbicara tentang pemberian materi, tetapi termasuk juga perhatian, waktu dan tenaga, yang dikorbankan bagi orang lain yang sedang membutuhkan. "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27). 2. Dalam pengajaran. Inilah tugas terpenting yang tidak boleh dilupakan oleh orangtua yaitu mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anaknya. Betapa banyak orangtua yang lalai menjalankan tugas ini karena mereka lebih memrioritaskan pemenuhan kebutuhan materi (jasmani) untuk anak-anaknya, daripada memenuhi kebutuhan rohaninya, yaitu mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya, sebagaimana yang Tuhan perintahkan, "Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;" (Ulangan 11:19).
Orangtua tidak bisa menuntut anak-anaknya untuk berubah jika mereka sendiri tidak menunjukkan perubahan hidup. Wujud dari apa yang diajarkan orangtua adalah keteladanan. Karena itu orangtua harus berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatannya, sebab anak-anak memperhatikan apa yang dilihatnya setiap hari.
Sudahkah kita memberikan teladan hidup yang benar kepada anak-anak kita?
Baca: Amsal 3:11-26
"Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya." Amsal 3:11
Ada tugas dan panggilan yang diberikan Tuhan kepada setiap orangtua dalam mempersiapkan generasi penerusnya. Tugas dan panggilan itu adalah memberi teladan hidup bagi anak-anaknya melalui kehidupan sehari-hari. Jadi orangtua haruslah bisa menjadi panutan bagi anak-anaknya dan menjadi teladan. Menjadi teladan berarti memberi nilai atau dampak yang bisa dirasakan anak-anaknya. Pada taraf ini orangtua bisa berkata, "...turutilah teladanku!" (1 Korintus 4:16). Orangtua harus bisa menjadikan apa pun yang dikatakannya dilakukan oleh anak-anaknya.
Mari kita bahas hal menjadi teladan. Orangtua harus menjadi teladan dalam hal apa? 1. Dalam hal berbuat baik. Orangtua harus bisa mengajarkan kepada anak-anak bagaimana melakukan kebaikan kepada semua orang. Berbuat baik di sini bukan semata-mata berbicara tentang pemberian materi, tetapi termasuk juga perhatian, waktu dan tenaga, yang dikorbankan bagi orang lain yang sedang membutuhkan. "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27). 2. Dalam pengajaran. Inilah tugas terpenting yang tidak boleh dilupakan oleh orangtua yaitu mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anaknya. Betapa banyak orangtua yang lalai menjalankan tugas ini karena mereka lebih memrioritaskan pemenuhan kebutuhan materi (jasmani) untuk anak-anaknya, daripada memenuhi kebutuhan rohaninya, yaitu mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya, sebagaimana yang Tuhan perintahkan, "Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;" (Ulangan 11:19).
Orangtua tidak bisa menuntut anak-anaknya untuk berubah jika mereka sendiri tidak menunjukkan perubahan hidup. Wujud dari apa yang diajarkan orangtua adalah keteladanan. Karena itu orangtua harus berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatannya, sebab anak-anak memperhatikan apa yang dilihatnya setiap hari.
Sudahkah kita memberikan teladan hidup yang benar kepada anak-anak kita?
Subscribe to:
Posts (Atom)