Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Oktober 2019
Baca: Kejadian 2:1-7
"ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu
menjadi makhluk yang hidup." Kejadian 2:7
Ketika hari kelahiran sang bayi sudah semakin mendekat, para orangtua pasti akan tampak sibuk sekali mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan bayinya: tempat tidur, popok, pakaian, selimut, bedak, dan sebagainya. Saat bayi itu lahir, semua yang dibutuhkan sudah tersedia! Demikian juga Tuhan telah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum Ia menciptakan manusia. Bukan hanya tempat yang Tuhan persiapkan bagi manusia, termasuk pula segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji
di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah
akan menjadi makananmu." (Kejadian 1:29). Meski demikian, masih banyak orang Kristen yang hidup dalam kekuatiran setiap hari, kuatir dengan apa-apa yang dibutuhkannya, seolah-olah Tuhan menciptakan manusia pada hari pertama, sebelum segala sesuatunya disediakan.
Tuhan menasihati kita untuk tidak kuatir tentang apa yang kita makan, minum, dan pakai (Matius 6:25-34). Satu hal penting yang harus disadari bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:27). Kata 'menciptakan' di ayat ini (bahasa Ibrani, bara) memiliki arti: menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Jadi, jelas bahwa Adam (manusia pertama) tidak tercipta dari hasil evolusi ataupun berasal dari makhluk lain. Keistimewaan Adam sebagai manusia pertama ialah, ia bukan keturunan dari manusia lainnya, melainkan diciptakan Tuhan secara istimewa dan unik, karena Tuhan membentuk manusia dari unsur bumi yaitu debu tanah, dimana kemudian Ia menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya.
Karena manusia dibentuk dari debu tanah, tak ada alasan sedikit pun untuk kita menjadi sombong. Setiap kali kita membangga-banggakan dengan apa yang kita miliki: kepandaian, kecantikan, kemampuan, kekayaan, jabatan, dan sebagainya, ingatlah bahwa kita ini berasal dari debu; tanpa campur tangan Tuhan, kita tak berarti.
Tuhan sangat mengasihi, mempedulikan, dan memperhatikan manusia, lebih dari ciptaan-Nya yang lain, karena itu tak perlu kita kuatir, tapi juga jangan sombong!
Saturday, October 5, 2019
Friday, October 4, 2019
PUNYA KEBERANIAN DAN KEKUATAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Oktober 2019
Baca: 1 Korintus 16:10-18
"Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!" 1 Korintus 16:13
Laki-laki selalu diidentikkan dengan pribadi yang punya keberanian dan kekuatan. Karena itulah rasul Paulus menyerukan agar orang percaya bersikap sebagai laki-laki. Seruan Paulus ini bukan semata-mata ditujukkan kepada kaum lelaki saja, tapi semua orang percaya, tanpa membedakan jenis kelamin.
Sisi positif yang bisa dipelajari dari laki-laki yang patut diterapkan dalam kehidupan rohani adalah keberaniannya. Pengertian 'berani' di sini adalah sikap hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi tantangan dan kesulitan; berani juga berarti tidak takut, tidak gentar dan tidak kecut hati. Orang percaya adalah prajurit-prajuritnya Kristus dan hidup ini adalah medan peperangan rohani, "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Kalau kita takut, gentar dan kecut hati sebelum berperang, kita tidak akan pernah melihat kemenangan. Bangsa Israel mengalami ketakutan saat melihat "...orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka" (Keluaran 14:9), tapi Musa menguatkan mereka, "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya." (Keluaran 14:13). Kepada Salomo (anaknya), yang hendak menerima tongkat estafet kepemimpinan, Daud pun berpesan, "...kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki." (1 Raja-Raja 2:2).
Laki-laki identik dengan fisik yang kuat, punya kekuatan. Kuat berarti punya daya tahan, tak mudah patah, tak mudah terpengaruh, teguh dalam pendirian. Orang percaya hendaknya kuat berdiri dan mampu bertahan sekalipun berada di tengah goncangan dunia ini. Kita dituntut punya pendirian yang kuat dan tak mudah berkompromi, "...hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." (Efesus 6:10).
Kita tidak akan takut dan tetap kuat bila kita selalu berjalan bersama Tuhan dan hidup mengandalkan Dia.
Baca: 1 Korintus 16:10-18
"Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!" 1 Korintus 16:13
Laki-laki selalu diidentikkan dengan pribadi yang punya keberanian dan kekuatan. Karena itulah rasul Paulus menyerukan agar orang percaya bersikap sebagai laki-laki. Seruan Paulus ini bukan semata-mata ditujukkan kepada kaum lelaki saja, tapi semua orang percaya, tanpa membedakan jenis kelamin.
Sisi positif yang bisa dipelajari dari laki-laki yang patut diterapkan dalam kehidupan rohani adalah keberaniannya. Pengertian 'berani' di sini adalah sikap hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi tantangan dan kesulitan; berani juga berarti tidak takut, tidak gentar dan tidak kecut hati. Orang percaya adalah prajurit-prajuritnya Kristus dan hidup ini adalah medan peperangan rohani, "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Kalau kita takut, gentar dan kecut hati sebelum berperang, kita tidak akan pernah melihat kemenangan. Bangsa Israel mengalami ketakutan saat melihat "...orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka" (Keluaran 14:9), tapi Musa menguatkan mereka, "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya." (Keluaran 14:13). Kepada Salomo (anaknya), yang hendak menerima tongkat estafet kepemimpinan, Daud pun berpesan, "...kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki." (1 Raja-Raja 2:2).
Laki-laki identik dengan fisik yang kuat, punya kekuatan. Kuat berarti punya daya tahan, tak mudah patah, tak mudah terpengaruh, teguh dalam pendirian. Orang percaya hendaknya kuat berdiri dan mampu bertahan sekalipun berada di tengah goncangan dunia ini. Kita dituntut punya pendirian yang kuat dan tak mudah berkompromi, "...hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." (Efesus 6:10).
Kita tidak akan takut dan tetap kuat bila kita selalu berjalan bersama Tuhan dan hidup mengandalkan Dia.
Subscribe to:
Posts (Atom)