Tuesday, September 24, 2019

UMUR MANUSIA TERAMAT SINGKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2019

Baca:  Mazmur 103:15-18

"Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;"  Mazmur 103:15

Pemazmur menegaskan bahwa keberadaan manusia di dunia adalah sebentar saja!  "...Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi."  (Mazmur 103:15-16).  Musa juga menggambarkan keadaan manusia  "...seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu."  (Mazmur 90:5-6).  Jelas sekali bahwa umur manusia itu singkat!  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun,"  (Mazmur 90:10), bahkan kalau kita perhatikan di zaman sekarang ini tidak sedikit orang yang sudah  'berpulang' sebelum mereka mencapai umur 70 atau 80 tahun.

     Karena umur manusia teramat singkat,  "...sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."  (Yakobus 4:14), ada beberapa hal penting perlu diperhatikan:  1.  Jangan pernah menyombongkan diri.  Harta kekayaan, jabatan, reputasi, popularitas yang kita dapatkan di dunia ini sifatnya hanya sebentar saja, tak patut untuk dibangga-banggakan.  Bahkan Alkitab menyatakan bahwa kekayaan yang dimiliki seseorang bisa sewaktu-waktu lenyap,  "...karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali."  (Amsal 23:5).  Tuhan sangat menentang orang-orang yang congkak  (Yakobus 4:6)  dan membenci mata yang sombong  (Amsal 6:17).  2.  Kumpulkan harta di sorga.  Apalah artinya seorang memiliki seluruh dunia ini tapi ia kehilangan nyawanya?  (Matius 16:26).  Waktu yang singkat ini biarlah kita pergunakan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan harta di sorga, sebab  "... di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya."  (Matius 6:20).

     Pengkhotbah menulis:  "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;"  (Pengkhotbah 3:1-2).  Jangan pernah sia-siakan kesempatan yang ada, pergunakan waktu-waktu yang terbatas ini untuk membangun iman, meningkatkan ibadah dan melayani Tuhan sepenuh hati.

"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  Kolose 3:2

Monday, September 23, 2019

TUHAN PRIORITAS UTAMA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 September 2019

Baca:  Keluaran 36:1-7

"Mereka menerima dari pada Musa seluruh persembahan khusus, yang telah dibawa oleh orang Israel untuk melaksanakan pekerjaan mendirikan tempat kudus. Tetapi orang Israel itu masih terus membawa pemberian sukarela kepada Musa tiap-tiap pagi."  Keluaran 36:3

Demi kelancaran pembangunan Bait Suci, orang-orang Israel dengan rela hati membawa persembahan secara sukarela kepada Musa.  Persembahan tersebut mereka bawa kepada Musa tiap-tiap pagi.  Mereka melakukan hal itu bukan karena terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain, tapi benar-benar karena dorongan dari hati yang terdalam, sebagaimana yang Musa sampaikan:  "Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN: emas, perak, tembaga,"  (Keluaran 35:5).

     Kata keterangan  'tiap-tiap pagi'  (ayat nas)  menunjukkan bahwa mereka menempatkan kepentingan Tuhan  (perkara rohani)  sebagai prioritas yang utama sebelum mereka mengerjakan pekerjaan lain pada hari itu.  Mereka tidak memberikan persembahan kepada Tuhan dari sisa-sisa berkat yang telah diterimanya, yang setelah dipotong untuk kebutuhan ini dan itu barulah dibawa kepada Musa untuk dipersembahkan, tapi benar-benar persembahan yang terbaik.  Persembahan yang berkenan kepada Tuhan dan menyenangkan hati-Nya adalah persembahan yang didasari kerelaan hati dan kasih kepada Tuhan.  "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  (Amsal 3:9-10).

     Bila semua orang percaya menempatkan Tuhan sebagai prioritas hidupnya, sehingga mereka dengan rela hati mau berkorban waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan materi untuk mendukung pekerjaan-Nya, maka bukan hanya Injil Kristus yang semakin diberitakan secara luas di muka bumi ini, hamba-hamba Tuhan pun dapat mengerjakan panggilan-Nya bekerja di ladang-Nya secara optimal.

Setiap orang memrioritaskan Tuhan di segala aspek kehidupannya akan memperoleh berkat yang berkelimpahan,  "Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  Lukas 6:38b