Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2019
Baca: 2 Raja-Raja 3:9-27
"Dan itupun adalah perkara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." 2 Raja-Raja 3:18
Ketika Yoram (raja Israel), Yosafat (raja Yehuda) dan raja Edom bersepakat untuk menempuh perjalanan jauh dengan maksud hendak berperang melawan Moab, di tengah-tengah perjalanan sesuatu yang tak diinginkan terjadi, seperti tertulis: "...sesudah mereka berkeliling tujuh hari perjalanan jauhnya, maka tidak
terdapat air untuk tentara dan untuk hewan yang mengikuti mereka." (ayat 9). Saat dalam kesukaran ini segeralah mereka menemui nabi Tuhan (Elisa), atas saran dari pegawai raja Israel, untuk meminta petunjuk dan pertolongan dari Tuhan. Respons Elisa melihat kedatangan mereka? Awal-awalnya Elisa sampai menolak, "Apakah urusanku dengan engkau? Pergilah kepada para nabi ayahmu dan kepada para nabi ibumu." (ayat 13a), tetapi karena di situ ada Yosafat (raja Yehuda), akhirnya hati Elisa pun menjadi luluh dan kemudian ia mengabulkan permintaan mereka. "...jika tidak karena Yosafat, raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak akan memandang dan melihat kepadamu." (ayat 14).
Atas petunjuk Tuhan, Elisa memerintahkan mereka untuk memanggil pemetik kecapi: "Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia." (ayat 15). Memainkan kecapi (alat musik) ini berbicara tentang pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Ketika puji-pujian dinaikkan, hati Tuhan disenangkan dan hadirat-Nya akan turun melawat umat-Nya, sebab "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4); dan di mana ada lawatan Tuhan, sesuatu yang besar dan ajaib pasti dinyatakan di tengah-tengah umat-Nya.
Sementara kecapi dimainkan, Tuhan menyatakan kehendak-Nya, "Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit," (2 Raja-Raja 3:16), meski secara kasat mata "Kamu tidak akan mendapat angin dan hujan, namun lembah ini akan penuh
dengan air, sehingga kamu serta ternak sembelihan dan hewan pengangkut
dapat minum." (ayat 17), bahkan mereka mendapatkan berkat ganda dari Tuhan, "...juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." (ayat 18b). Pergumulan hidup apa yang sedang Saudara alami?
Sekalipun masalah yang kita alami sepertinya tidak ada jalan keluar, di mata Tuhan itu perkara yang teramat ringan, karena Dia Mahasanggup dan Mahakuasa!
Friday, September 20, 2019
Thursday, September 19, 2019
KALA KEGELISAHAN MELANDA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2019
Baca: Mazmur 116:1-19
"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu." Mazmur 116:7
Tidur adalah pekerjaan yang mudah dilakukan! Tapi ada sebagian orang yang justru mengeluh bahwa mereka sulit untuk bisa tidur. Kedengarannya memang agak aneh ya, tapi kenyataannya demikian, yaitu ada orang yang butuh perjuangan yang sedemikian rupa untuk bisa tidur, bahkan mereka perlu dibantu obat dari dokter agar bisa tidur. Penyakit sulit tidur disebut insomnia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk tidur selama periode yang seharusnya, di saat orang lain biasanya tidur dengan lelap.
Ada beberapa sebab mengapa seorang mengalami gangguan sulit tidur atau insomnia, salah satunya adalah karena faktor psikis yaitu stres. Di zaman sekarang ini banyak orang dilanda stres: stres karena beban hidup yang semakin berat, stres karena sakit yang dideritanya belum sembuh-sembuh, stres karena gagal menjadi caleg pasca pemilu, dan sebagainya. Salah satu gejala stres adalah rasa gelisah yang berlebihan. Gelisah berarti tidak tenang, tidak tenteram, selalu merasa was-was, cemas. Daud pun pernah mengalaminya saat ia terus dikejar-kejar oleh Saul yang berusaha untuk menghabisi nyawanya: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?" (Mazmur 42:6). Ternyata ketenangan hidup itu teramat mahal harganya, tak bisa dibeli dan tak bisa diukur dengan materi seberapa pun. Apalah artinya punya segalanya bila hidup dipenuhi dengan kegelisahan setiap hari? "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin." (Pengkhotbah 4:6).
Masalah adalah bagian kehidupan manusia yang tak bisa dihindari, namun untuk tetap bersikap tenang dan tidak gelisah adalah sebuah keputusan. Jika kita berserah dan memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, kita tidak akan gelisah dalam menjalani hidup ini, sebab kita percaya bahwa tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengarkan seruan doa kita (Yesaya 59:1). Kegelisahan pasti sirna bila kita senantiasa mendekat kepada Tuhan, sebab hanya dekat Tuhan saja kita menemukan ketenangan hidup (Mazmur 62:2).
Percayalah bahwa ada Roh Kudus di dalam kita, "Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!" Yesaya 28:16
Baca: Mazmur 116:1-19
"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu." Mazmur 116:7
Tidur adalah pekerjaan yang mudah dilakukan! Tapi ada sebagian orang yang justru mengeluh bahwa mereka sulit untuk bisa tidur. Kedengarannya memang agak aneh ya, tapi kenyataannya demikian, yaitu ada orang yang butuh perjuangan yang sedemikian rupa untuk bisa tidur, bahkan mereka perlu dibantu obat dari dokter agar bisa tidur. Penyakit sulit tidur disebut insomnia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk tidur selama periode yang seharusnya, di saat orang lain biasanya tidur dengan lelap.
Ada beberapa sebab mengapa seorang mengalami gangguan sulit tidur atau insomnia, salah satunya adalah karena faktor psikis yaitu stres. Di zaman sekarang ini banyak orang dilanda stres: stres karena beban hidup yang semakin berat, stres karena sakit yang dideritanya belum sembuh-sembuh, stres karena gagal menjadi caleg pasca pemilu, dan sebagainya. Salah satu gejala stres adalah rasa gelisah yang berlebihan. Gelisah berarti tidak tenang, tidak tenteram, selalu merasa was-was, cemas. Daud pun pernah mengalaminya saat ia terus dikejar-kejar oleh Saul yang berusaha untuk menghabisi nyawanya: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?" (Mazmur 42:6). Ternyata ketenangan hidup itu teramat mahal harganya, tak bisa dibeli dan tak bisa diukur dengan materi seberapa pun. Apalah artinya punya segalanya bila hidup dipenuhi dengan kegelisahan setiap hari? "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin." (Pengkhotbah 4:6).
Masalah adalah bagian kehidupan manusia yang tak bisa dihindari, namun untuk tetap bersikap tenang dan tidak gelisah adalah sebuah keputusan. Jika kita berserah dan memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, kita tidak akan gelisah dalam menjalani hidup ini, sebab kita percaya bahwa tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengarkan seruan doa kita (Yesaya 59:1). Kegelisahan pasti sirna bila kita senantiasa mendekat kepada Tuhan, sebab hanya dekat Tuhan saja kita menemukan ketenangan hidup (Mazmur 62:2).
Percayalah bahwa ada Roh Kudus di dalam kita, "Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!" Yesaya 28:16
Subscribe to:
Posts (Atom)