Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2019
Baca: 1 Samuel 22:1-5
"Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap
orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati,
maka ia menjadi pemimpin mereka. Bersama-sama dengan dia ada kira-kira
empat ratus orang." 1 Samuel 22:2
Karena tertekan, takut dan sangat frustasi oleh karena intimidasi Saul yang tak berhenti mengejar dan berniat untuk membunuhnya, Daud pun hidup dalam pelarian dari satu tempat ke tempat yang lain. Suatu ketika Daud "...melarikan diri ke gua Adulam." (1 Samuel 22:1a). Kata 'Adulam' memiliki arti tempat yang tertutup. Di zaman dahulu gua menjadi tempat persembunyian yang paling aman bagi orang-orang yang bermasalah, "...orang yang dalam kesukaran, setiap
orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati," (ayat nas). Di gua Adulam inilah berkumpul orang-orang yang merasa senasib: mereka yang sedang bermasalah, mereka yang sedang frustasi, dan mereka yang mengalami luka-luka batin, yang jumlahnya kira-kira empat ratus orang.
Mengapa mereka memilih untuk bersembunyi di dalam gua Adulam? Karena letaknya yang berada di lereng bukit yang sangat terjal dan sulit dijangkau oleh siapa pun. Mungkin keadaan kita saat ini tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang berada di gua Adulam itu. Kita merasa bahwa tidak ada lagi orang yang mau peduli dengan keadaan kita; semua memandang kita dengan sebelah mata dan tak lagi menganggap kita; atau mungkin kita sedang memikul beban hidup yang teramat berat oleh karena masa lalu kita yang sangat kelam dan dosa-dosa kita yang setinggi gunung, sehingga kita merasa diri tidak berharga lagi, tidak layak, tidak pantas, baik itu di hadapan manusia, terlebih-lebih di hadapan Tuhan. Kita pun berpikir mustahil hidup kita bisa dipulihkan!
Seburuk apa pun keadaan kita, asalkan kita mau merendahkan diri datang kepada Tuhan, memohon ampunan-Nya dan bertobat dengan sungguh-sungguh, Tuhan pasti sanggup mengubahkan: "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti
salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih
seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Tak perlu kita larut dalam keputusasaan dan terus mengasihani diri sendiri! Kita harus bangkit! Gua Adulam adalah tempat yang tepat untuk kita merefleksi diri dan mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;" (Mazmur 147:3).
Sunday, September 8, 2019
Saturday, September 7, 2019
MENGASIHI SEBAGAI HARGA MATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2019
Baca: Yohanes 13:31-35
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Yohanes 13:35
Bagi orang percaya kasih bukanlah sekedar suatu ajaran yang harus dipahami dan dimengerti, melainkan lebih daripada itu, kasih adalah inti kekristenan yang harus dipraktekkan dan dilakukan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kristus memberikan sebuah perintah yang tidak bisa ditawar yaitu: "...supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Dalam kasih ini Kristus bukan hanya sekedar mengajarkan dan memberikan perintah kepada para pengikut-Nya, tetapi Ia sendiri telah memberikan teladan hidup bagaimana seharusnya mengasihi dengan benar.
Banyak orang Kristen merasa keberatan bila harus mengasihi orang lain, karena mengasihi itu selalu identik dengan tidakan memberi atau berkorban. Kristus sendiri telah membuktikan betapa Ia mengasihi kita dengan mengorbankan nyawa-Nya di kayu salib: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya..." (Yohanes 15:13). Karena kita telah mengalami kasih Kristus, maka sudah sepatutnya kita membagikan kasih itu kepada orang lain. Mengasihi yang Kristus ajarkan bukan sebatas kasih terhadap orang yang mengasihi kita, tapi juga kasih kepada orang yang membenci kita (musuh) sekalipun. "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian." (Lukas 6:32-33). Jujur kita akui bahwa mengasihi musuh adalah hal yang teramat sulit untuk dilakukan, bila hal itu dilakukan dengan kekuatan sendiri.
Kita harus ingat bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi karena kita sudah memiliki benih kasih Bapa (1 Yohanes 4:7). Inilah yang memampukan kita untuk mengasihi, sedangkan dari pihak kita hanya diperlukan 'kemauan', bukan kemampuan. Roh Tuhan yang ada di dalam kita itulah yang memapukan kita untuk bisa mengasihi.
Jangan pernah berkata kita mengasihi Tuhan, bila terhadap sesama yang terlihat secara kasat mata saja kita tak menunjukkan kasih!
Baca: Yohanes 13:31-35
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Yohanes 13:35
Bagi orang percaya kasih bukanlah sekedar suatu ajaran yang harus dipahami dan dimengerti, melainkan lebih daripada itu, kasih adalah inti kekristenan yang harus dipraktekkan dan dilakukan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kristus memberikan sebuah perintah yang tidak bisa ditawar yaitu: "...supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Dalam kasih ini Kristus bukan hanya sekedar mengajarkan dan memberikan perintah kepada para pengikut-Nya, tetapi Ia sendiri telah memberikan teladan hidup bagaimana seharusnya mengasihi dengan benar.
Banyak orang Kristen merasa keberatan bila harus mengasihi orang lain, karena mengasihi itu selalu identik dengan tidakan memberi atau berkorban. Kristus sendiri telah membuktikan betapa Ia mengasihi kita dengan mengorbankan nyawa-Nya di kayu salib: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya..." (Yohanes 15:13). Karena kita telah mengalami kasih Kristus, maka sudah sepatutnya kita membagikan kasih itu kepada orang lain. Mengasihi yang Kristus ajarkan bukan sebatas kasih terhadap orang yang mengasihi kita, tapi juga kasih kepada orang yang membenci kita (musuh) sekalipun. "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian." (Lukas 6:32-33). Jujur kita akui bahwa mengasihi musuh adalah hal yang teramat sulit untuk dilakukan, bila hal itu dilakukan dengan kekuatan sendiri.
Kita harus ingat bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi karena kita sudah memiliki benih kasih Bapa (1 Yohanes 4:7). Inilah yang memampukan kita untuk mengasihi, sedangkan dari pihak kita hanya diperlukan 'kemauan', bukan kemampuan. Roh Tuhan yang ada di dalam kita itulah yang memapukan kita untuk bisa mengasihi.
Jangan pernah berkata kita mengasihi Tuhan, bila terhadap sesama yang terlihat secara kasat mata saja kita tak menunjukkan kasih!
Subscribe to:
Posts (Atom)