Thursday, August 29, 2019

GOLONGAN DOMBA ATAU KAMBING

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2019

Baca:  Matius 25:31-46

"...Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya."  Matius 25:33

Alkitab menyatakan bahwa pada hari penghakiman kelak, apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, semua manusia dari berbagai suku bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya.  Saat itulah Tuhan akan membagi mereka ke dalam dua kelompok besar yaitu kelompok domba dan kelompok kambing.  Ini berbicara tentang pemisahan antara orang benar dan orang yang berlaku fasik!  Sama seperti perumpamaan ini:  lalang di antara gandum  (Matius 13:36-43);  pukat, dimana akan terjaring ikan baik dan ikan yang tidak baik  (Matius 13:47-50);  hamba setia dan hamba jahat  (Matius 24:45-51);  gadis bijaksana dan gadis bodoh  (Matius 25:1-13).

     Adapun kelompok  'domba'  adalah mereka yang setia kepada Tuhan dan taat melakukan firman Tuhan di semasa hidup.  Upah dari ketaatan mereka adalah diberkati oleh sang Raja dan disediakan tempat yang terbaik.  "Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan."  (Matius 25:34).  Sebaliknya, mereka yang tergolong  'kambing'  adalah yang semasa hidupnya tidak mau taat melakukan kehendak Tuhan.  "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2b)  yaitu penghukuman kekal.  Dalam kemurkaan-Nya sang Raja berkata,  "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya."  (Matius  25:41).

     Sadarilah bahwa kita sedang hidup di masa-masa akhir, suatu masa di mana akan terjadi penuaian besar, karena  "Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman."  (Matius 13:39-40).  Siapakah kita menghadapi masa penuaian tersebut?  "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."  (Matius 3:12).

Marilah kita semakin giat mengerjar perkara-perkara rohani agar kita tidak tertinggal.

Wednesday, August 28, 2019

JANGAN MENCURI KEMULIAAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2019

Baca:  Kisah Para Rasul 12:20-23

"Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing."  Kisah 12:23

Di zaman sekarang ini ada banyak orang yang haus akan pujian dan sanjungan dari sesamanya.  Fenomena ini tidak hanya terjadi di dunia luar, di kalangan umat Tuhan pun tak jauh berbeda.  Betapa banyak orang Kristen yang menamakan diri  'pelayan Tuhan atau hamba Tuhan'  merasa diri lebih suci atau lebih rohani.  Segala sesuatu yang dilakukan selalu mengatasnamakan Tuhan, sehingga umat pun mengelu-elukan mereka dan meninggalkan mereka.  Apa yang mereka katakan dianggapnya sebagai suara dari Tuhan dan apa yang diperintahkan dianggapnya sebagai perintah dari Tuhan.

     Boleh saja kita mengangumi atau mengidolakan seorang hamba Tuhan atau pemimpin rohani, asalkan kita tidak memberikan pujian kepada mereka secara berlebihan, mengultuskan hamba Tuhan.  Bila hamba Tuhan tersebut tidak kuat menerima pujian, ia akan cenderung lupa diri.  Mereka lupa bahwa jika mereka berhasil dalam pelayanan, itu semua karena campur tangan Tuhan, kuasa Tuhan yang bekerja, dan kita ini hanyalah alat-Nya saja.  Karena itu jangan sekali-kali kita memegahkan diri, merasa diri hebat, dan kemudian membusungkan dada.  Herodes adalah contoh orang yang lupa diri dan gila penghormatan dari manusia, seperti dikisahkan:  "Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: 'Ini suara allah dan bukan suara manusia!'"  (Kisah 12:21-22).  Rakyat begitu mengelu-elukan Herodes dan menganggap dia sama dengan Tuhan.  Tentu saja hal ini membuat Herodes menjadi sangat tersanjung dan berbangga diri.  Akibatnya sangat fatal  (ayat nas).

     Berbeda dengan Paulus dan Barnabas!  "Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: 'Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.' Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara."  (Kisah 14:11-12).  Mendengar hal itu Paulus dan Barnabas menegur mereka,  "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu."  (Kisah 14:15a).

Tuhan saja yang layak dipuji dan dimuliakan, sebab semuanya berasal dari-Nya.