Thursday, August 1, 2019

KUNCI MENGALAMI PENGGENAPAN JANJI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2019

Baca:  Yakobus 5:7-11

"Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan."  Yakobus 5:11

Alkitab menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus menerima kuasa untuk menjadi anak-anak Tuhan  (Yohanes 1:12),  "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."  (Roma 8:17).  Dengan demikian setiap kita memiliki kepastian untuk mendapatkan, mengalami dan menikmati janji-janji Tuhan sebagaimana yang difirmankan-Nya.

     Agar semua janji Tuhan bisa kita nikmati, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan:   1.  Butuh Kesabaran.  Untuk mengalami penggenapan janji Tuhan, kita harus bersabar menanti-nantikan waktu Tuhan.  Kesabaran adalah bagian dari proses ujian yang harus kita jalani, seperti seorang petani yang harus bersabar menantikan hasil panen.  "Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."  (Yakobus 5:7).  Mengapa banyak anak Tuhan tak mengalami janji-janji Tuhan?  Karena mereka tidak sabar.  Mereka berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan, maunya saat itu juga Tuhan mengabulkan permintaannya.  Mereka tak mau menunggu lama-lama.  Di zaman sekarang ini, yang serba instan itulah yang sedang dicari.  Kita harus ingat bahwa di dalam Tuhan tidak ada istilah  'instan'.

     2.  Butuh ketekunan.  Ada tertulis:  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Hasil dari kesabaran adalah ketekunan.  Ketekunan mengajar kita untuk hidup melekat kepada Tuhan, hidup mengandalkan Tuhan dan memegang teguh setiap janji firman-Nya.  Orang yang bertekun takkan pernah menyerah pada situasi dan keadaan, sesulit apa pun.  Ada kalanya Tuhan mengijinkan masalah atau penderitaan untuk menguji kualitas hidup kita, seperti yang dialami oleh Ayub.

Sabarlah dan tetaplah bertekun, janji Tuhan pasti digenapi dalam hidup kita!

Wednesday, July 31, 2019

KESALEHAN HIDUP SEBAGAI UKURAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2019

Baca:  Lukas 16:10-18

"Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah."  Lukas 16:15b

Pandangan dan penilaian dunia terhadap seseorang berbeda dengan pandangan dan penilaian Tuhan, seperti tertulis:  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Manusia selalu meneropong segala sesuatu dari sudut luarnya, tetapi Tuhan memandang segala perkara jauh ke kedalaman hatinya.  Tuhan menilai manusia dari batinnya.  "Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin,"  (Yeremia 17:10).

     Orang-orang Kristen sendiri sering menilai sesamanya dari apa yang nampak oleh mata jasmani.  Mereka seringkali mengukur dan menilai keberhasilan seorang hamba Tuhan dari kulit luarnya.  Mereka gampang sekali membeda-bedakan hamba Tuhan  'besar'  dan  'kecil'  dari pelayanannya.  Jika pelayanan hamba Tuhan tersebut meliputi gereja-gereja besar, dengan jemaat yang dilayaninya berjumlah ratusan atau ribuan orang, atau melayani di acara KKR-KKR, mereka menyebutnya sebagai hamba Tuhan  'besar'.  Sebaliknya, walaupun ada hamba Tuhan yang benar-benar hidup taat, kudus dan setia di hadapan Tuhan, tetapi jika ia hanya melayani gereja kecil dengan jumlah jemaat yang sedikit, pelayanannya pun di daerah pinggiran kota atau pedesaan, terhadap hamba Tuhan yang demikian, mereka menyebutnya sebagai hamba Tuhan  'kecil'.

     Siapakah yang mengetahui kedalaman hati seseorang?  Kita harus ingat apa yang Kristus katakan,  "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:21-23).  Pelayanan yang tampak besar di mata manusia dengan popularitas yang membubung tinggi bukan menjadi jaminan pelayanan seorang hamba Tuhan itu berkenan di hati Tuhan.

Ketaatan dan kesalehan hidup dalam melayani itulah yang dinilai Tuhan!