Sunday, July 28, 2019

TAKUT BERSAKSI TENTANG KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2019

Baca:  Yohanes 12:37-50

"Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah."  Yohanes 12:43

Alkitab menegaskan bahwa ada harga yang harus dibayar sebagai pengikut Kristus.  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."  (Matius 16:24).  Banyak orang Kristen yang melemah imannya oleh karena mereka tidak tahan dengan celaan atau kritikan karena keberadaannya sebagai pengikut Kristus.  Jujur kita akui bahwa celaan atau kritikan yang tidak sehat memang dapat meruntuhkan mental dan mematahkan semangat.  Apalagi kritikan pedas yang dilandasi oleh rasa benci dan iri, pasti sangatlah menyakitkan.

     Sekalipun dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah, tak patut kita menjadi sakit hati dan lemah, karena kita punya Roh Kudus, yang adalah Parakletos, Penolong dan Penghibur bagi kita.  Kita harus terus maju dan punya keberanian untuk bersaksi tentang Kristus dan memberitakan keselamatan kepada dunia,  "...siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,..."  (2 Timotius 4:2).  Harus diakui bahwa tak semua orang senang mendengar kesaksian tentang Kristus dan berita keselamatan itu.  Tidak sedikit dari mereka yang malah mengejek, mengolok atau menghina.  Karena tak sanggup menghadapi kritikan, celaan, hinaan, atau tekanan, akhirnya banyak yang tak mau membuka jati dirinya sebagai pengikut Kristus.  Mereka merasa malu bila harus bersaksi tentang Kristus karena kuatir reputasinya akan jatuh, takut dibenci, takut kehilangan kedudukan atau popularitas.  Alkitab menyatakan:  "Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan."  (Yohanes 12:42-43).  

     Sebagai umat tebusan Kristus patutkah kita merasa malu bersaksi tentang kasih dan pengorbanan Kristus kepada orang lain?  Perhatikan!  "Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."  (Markus 8:38).

"...jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu."  1 Petrus 4:16

Saturday, July 27, 2019

KEHIDUPAN LAMA: Penghalang Doa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2019

Baca:  Yesaya 59:1-21

"Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;"  Yesaya 59:1

Ketika kita belum mengenal Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, keberadaan kita tak jauh berbeda dengan orang-orang Israel yang hidup dalam perbudakan di Mesir.  Dan setelah mereka keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, mereka dibebaskan dari perbudakan.  Sekalipun sudah keluar dari Mesir, banyak di antara mereka yang ingin kembali ke Mesir demi memenuhi keinginan dagingnya.  Mereka terus membanding-bandingkan dengan kehidupan di Mesir yang dirasa lebih menyenangkan secara daging.  Padahal di Mesir mereka menjadi  'budak'.

     Seorang Kristen yang telah ditebus oleh darah Kristus sudah seharusnya  'keluar'  meninggalkan kehidupan lamanya termasuk dosa-dosanya, dan tak patut menoleh kembali ke Mesir, yang adalah lambang kehidupan duniawi.  Sebab kita telah dipilih untuk menjadi imam-imam-Nya Tuhan, seperti yang rasul Petrus katakan,  "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan."  (1 Petrus 2:9-10).  Lalu timbul pertanyaan:  kalau kita ini adalah umat pilihan Tuhan, umat kepunyaan-Nya sendiri, dan dikasihi-Nya sedemikian rupa, mengapa banyak doa-doa kita tak memperoleh jawaban?  Mengapa Tuhan sepertinya tak mau mendengarkan doa-doa kita?

     Yang menjadi penyebab doa-doa kita dijawab Tuhan adalah karena dosa dan pelanggaran kita.  Setelah kita dikeluarkan dari kegelapan, dari perbudakan di Mesir, kita seharusnya menunjukkan kualitas hidup yang sesuai dengan panggilan Tuhan yaitu menjadi imamat rajani dan saksi-saksi-Nya di tengah dunia.  Kita tak dapat menyenangkan hati Tuhan tanpa ketaatan.  Jadi,  "...yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."  (Yesaya 59:2).

Tinggalkan Mesir dan hiduplah sesuai dengan panggilan Tuhan, doa kita pasti didengar dan dijawab Tuhan!