Thursday, July 25, 2019

INGIN MENJADI BESAR? Miliki Hati Hamba (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2019

Baca:  1 Samuel 16:1-23

"Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku."  1 Samuel 16:1b

Daud, yang namanya berarti yang dicintai atau dikasihi adalah orang yang begitu setia mengerjakan tugas apa pun yang dipercayakan kepadanya, sekalipun tugas itu dipandang orang merupakan tugas yang kecil dan sepele, yaitu menggembalakan kambing domba yang jumlahnya hanya dua tiga ekor saja.  Tanpa keluh kesah dan persungutan Daud mengerjakan tugas itu dengan penuh kesetiaan.  Takkan mudah mendapati orang yang benar-benar setia, seperti ada tertulis:  "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"  (Amsal 20:6).

     Tuhan melihat dan sangat memperhatikan kesetiaan Daud ini!  Kesetiaannya dalam mengerjakan perkara-perkara kecil akhirnya membuka jalan bagi Daud untuk beroleh kepercayaan dari Tuhan mengerjakan perkara-perkara yang jauh lebih besar.  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10).  Setelah Saul ditolak Tuhan sebagai raja atas Israel karena ketidaktaatannya, yaitu menyelamatkan Agag, raja orang Amalek dan juga ternak mereka yang terbaik dan tambun, yang tidak ditumpasnya  (1 Samuel 15:8-9), Tuhan pun memiliki rencana besar atas diri Daud.  Tuhan memilih, mempersiapkan, dan mengurapi Daud menjadi raja untuk menggantikan Saul.

     Setelah menerima pengurapan dari Samuel, seperti tertulis:  "Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud."  (1 Samuel 16:13), Daud tidak secara langsung memerintah sebagai raja di Israel.  Daud tetap harus melewati proses demi proses, ujian  'kehambaan' pun harus dijalaninya yaitu menjadi pelayan di istana Saul.  Ia merendahkan dirinya dan datang kepada Saul yang saat itu masih memegang otoritas tertinggi dan melayani dia sebagai pembawa senjata.  "Demikianlah Daud sampai kepada Saul dan menjadi pelayannya. Saul sangat mengasihinya, dan ia menjadi pembawa senjatanya."  (1 Samuel 16:21).

Wednesday, July 24, 2019

USAHA YANG TAK MEMBAWA HASIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2019

Baca:  Hagai 1:1-4

"Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya."  Hagai 1:9a

Kita pasti pernah mengalami suatu fase di dalam kehidupan ini, di mana segala usaha dan kerjakeras yang kita lakukan tak membawa hasil, selalu saja gagal dan gagal.  Kalau ia petani, segala benih yang ditanamnya tak menghasilkan panenan karena diserang oleh hama.  Kalau ia peternak, kambing, domba lembu dan sapi yang selama ini dirawat dan dipelihara sedemikian rupa juga tak menghasilkan apa-apa, ternak yang bakal beranak pada keguguran.  Kalau ia seorang pengusaha atau pedagang atau usahawa, bisnis usaha yang dikelolanya mengalami kerugian, tokonya sepi pembeli.  Akhirnya timbul rasa kecewa dan sedih, tapi mereka tak pernah mencari tahu akar permasalahannya atau apa yang menjadi penyebab semuanya menjadi gagal.  Tidak sedikit dari mereka yang malah menyalahkan Tuhan!
     
     Apa yang firman Tuhan katakan?  "Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!"  (Hagai 1:5b-6).  Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengoreksi diri, adakah hal-hal yang tidak beres di dalam hidup kita yang membuat  'pintu'  berkat itu serasa tertutup.  Perhatikan ibadahmu!  Perhatikan jam-jam doamu!  Perhatikan pelayananmu!  Apakah Saudara sudah mengutamakan Tuhan?  "Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN."  (Hagai 1:8).

     Naik ke gunung, membawa kayu dan membangun Rumah ini berbicara tentang mengerjakan perkara-perkara rohani, membangun kehidupan doa dan mempersembahkan hidup kita sebagai ibadah yang sejati  (Roma 12:1).  Kalau kita ingin melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan dalam hidup ini, pintu-pintu berkat dibukakan bagi kita, maka kita harus mencari Tuhan dan kebenaran-Nya terlebih dahulu  (Matius 6:33).

Kehidupan yang tak benar hanya akan menyumbat berkat,  "Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya,"  Hagai 1:10