Friday, July 19, 2019

MENYELESAIKAN SAMPAI AKHIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2019

Baca:  Wahyu 21:1-8

"Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan."  Wahyu 21:6

Dalam mengerjakan misi yang diamanatkan Bapa kepada-Nya, Kristus tidak pernah mengerjakan segala sesuatunya dengan setengah-setengah, tapi diselesaikan-Nya sampai tuntas, dan puncaknya adalah melalui pengorban-Nya di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia.  Dia adalah Alfa dan Omega, Yang awal dan Yang akhir;  Dia yang mengawali dan Ia pula yang mengakhirinya.  Jadi, Kristus selalu menyelesaikan karya-Nya sampai selesai, seperti tertulis:  "Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus."  (Filipi 1:6).

     Jika di hari-hari yang telah lalu kita mengalami kebaikan, kasih dan penyertaan Kristus yang teramat sempurna, maka tak mungkin hari ini, esok, atau lusa Dia lupa dan tak lagi menyertai kita.  Kalau Kristus sudah menyertai kita dari awal, Dia juga akan menyertai kita sampai akhir hidup kita, bahkan penyertaan-Nya sampai kepada kesudahan zaman, seperti yang dijanjikan-Nya:  "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:20b).  Penyertaan Tuhan atas kita takkan pernah berubah, asalkan kita tetap setia mengikut Dia sampai akhir dan hidup seturut dengan kehendak-Nya.  "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."  (Wahyu 2:10).  Karena itu jangan sekali-kali kita meninggalkan Tuhan dan tidak lagi hidup menurut firman-Nya.  Jika hal itu yang kita lakukan, maka bukan salah Tuhan bila kita tidak lagi disertai oleh-Nya.

     Selama kita tinggal dekat Tuhan dan menyediakan diri untuk disertai, Dia yang berjanji itu setia.  Tuhan berkata,  "Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan."  (ayat nas).  Kata cuma-cuma ini tidak berarti bahwa setiap orang yang menolak akan diberi, tapi hanya orang yang merasa hauslah  (yang punya kerinduan besar)  yang akan Tuhan beri.  "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."  (Matius 5:6).

"Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu."  Yesaya 46:4

Thursday, July 18, 2019

CARA TUHAN DI LUAR PEMIKIRAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2019

Baca:  Mazmur 105:16-24

"Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak."  Mazmur 105:16-17

Saat sedang dihadapkan dengan permasalahan yang berat, seringkali dalam doa-doa kita, kita memaksa Tuhan untuk segera menolong kita dan berharap cara Tuhan menolong itu sesuai dengan cara kita, jalan Tuhan dalam menolong itu seperti jalan kita.  Dalam firman-Nya Tuhan sudah menegaskan bahwa  "...rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9).  Karena itu milikilah iman dan penyerahan diri penuh kepada Tuhan, tak perlu kita mereka-reka jalan menurut pemikiran akal kita.

     Ketika bangsa Israel dilanda kelaparan yang dahsyat, Tuhan menyelamatkan umat-Nya ini dengan cara-Nya yang di luar nalar, tak dapat dimengerti dan tak terjangkau oleh jalan pemikiran manusia.  Bukankah Tuhan sanggup mendatangkan kesuburan tanah di Kanaan tanpa harus mengirim Yusuf ke Mesir dengan cara yang sedemikian unik?  Namun Tuhan tak menempuh jalan yang direka-reka manusia.  Tanah Kanaan ketika itu akan mengalami kelaparan yang dahsyat, dan Tuhan telah mengetahui apa yang akan terjadi jauh sebelum saat itu.  Yusuf, yang pada waktu itu masih berusia belia yaitu sekitar 17 tahun, diutus Tuhan untuk ke Mesir demi penyelamatan bangsa dan juga sanak saudaranya.  Untuk sampai ke Mesir Yusuf harus melewati perjalanan hidup yang penuh liku dan derita.  Pada akhirnya Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya!  "Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu. Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: 'Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.'"  (Kejadian 41:40-41).  Ketika itu Yusuf berumur sekitar 30 tahun.

     Yusuf pun mengurus tanah Mesir sehingga negeri itu makmur dan berlimpah bahan makanan  (Kejadian 41:46-49).  Dengan demikian bangsanya, orangtua serta sanak-saudaranya datang ke Mesir dan diselamatkan dari bencana kelaparan.

Jalan Tuhan dalam menolong umat-Nya itu penuh dengan keajaiban!