Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2019
Baca: Zakharia 1:1-6
"...Berbaliklah dari tingkah lakumu yang buruk dan dari perbuatanmu yang
jahat! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau menghiraukan
Aku, demikianlah firman TUHAN." Zakharia 1:4
Secara garis besar arti dari bertobat adalah berbalik dari tingkah laku yang jahat dan dari perbuatan dosa, dengan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jadi, keselamatan itu diawali dengan pertobatan. Dengan bertobat, seseorang beroleh pengampunan dari Tuhan. Tetapi pertobatan itu tidak bisa dilakukan hanya sekali seumur hidup, kemudian otomatis mendapatkan keselamatan. Perhatikan! Pertobatan harus menjadi pola hidup kita dari hari ke sehari, seumur hidup kita. Tanda awal orang dikatakan sudah bertobat adalah bersikap tegas untuk tidak mau berkompromi dengan dosa, menolak dan membenci dosa, tanpa ingin kembali lagi ke dalamnya.
Nabi Zakharia menegur keras umat Israel, "Janganlah kamu seperti nenek moyangmu yang kepadanya para nabi yang
dahulu telah menyerukan, demikian: Beginilah firman TUHAN semesta alam:
Berbaliklah dari tingkah lakumu yang buruk dan dari perbuatanmu yang
jahat! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau menghiraukan
Aku, demikianlah firman TUHAN." (Zakharia 1:4). Banyak di antara umat Israel yang sekalipun sudah mendengar teguran dan peringatan Tuhan yang disampaikan melalui hamba-hamba-Nya tetap saja mengeraskan hati, mengabaikan teguran dan tak mau bertobat. Tak mengherankan bila Tuhan menyebut bangsa Israel sebagai bangsa yang tegar tengkuk. Sampai Kristus datang ke dunia untuk melaksanakan tugas penyelamatan, seruan pertobatan itu terus disampaikan-Nya, "Waktunya telah genap;...Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15). Tetapi respons manusia tetaplah sama, dari dahulu sampai sekarang, yaitu tak mau bertobat. Mereka tetap saja hidup dalam kejahatan dan pemberontakan kepada Tuhan.
Tidak sedikit orang tampak begitu aktif pergi ke gereja, berlaku seolah-olah sudah bertobat, padahal mereka masih hidup sebagai manusia lama. Mereka berlagak dan merasa diri sehat, padahal sebenarnya 'sakit'. Jika demikian, dokter pun tak dapat menolong... "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." (Matius 9:12).
Kekristenan tanpa pertobatan adalah sia-sia, tetap berujung kepada kebinasaan!
Monday, June 17, 2019
Sunday, June 16, 2019
KASIH SETIA TUHAN UNTUK ORANG BENAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2019
Baca: Mazmur 52:1-11
"Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 52:10
Daud sangat dikenal sebagai orang yang sangat karib dengan Tuhan, karena itulah ia mengerti benar akan kasih setia-Nya. Orang yang mempunyai hubungan yang harmonis dengan Tuhan dapat merasakan kehangatan kasih setia Tuhan senantiasa. Oleh sebab itu hati Daud tetap berlimpah dengan ucapan syukur sekalipun berada dalam masalah atau kesulitan. Di tengah bahaya yang mengancam hidupnya ia tak merasa kuatir atau cemas, sebab ia sangat percaya bahwa kasih setia Tuhan tiada pernah berkesudahan, "...tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Dalam menghadapi maut sekalipun Daud tetap percaya akan perlindungan Tuhan.
Setiap kemenangan Daud atas segala rancangan kejahatan yang dicanangkan manusia terhadapnya selalulah ia mengakui bahwa Tuhanlah yang bertindak memberikan perlindungan dan kelepasan. Oleh sebab itu tak henti-hentinya dia mengucap syukur kepada Tuhan. Dalam doanya ia berkata, "Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang-orang yang Kaukasihi!" (Mazmur 52:11). Keadaan yang berbeda dialami oleh orang yang tidak menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan, melainkan kekayaan sebagai pengharapan hidupnya. "Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya, yang percaya akan kekayaannya yang melimpah, dan berlindung pada tindakan penghancurannya!" (Mazmur 52:9).
Apa yang dikatakan Daud itu benar adanya! Kebanyakan orang kaya menggantungkan hidupnya kepada kekayaan dan menjadikan kekayaan sebagai 'tuan' atas hidupnya. Apakah kekayaan dapat menolong dan menjamin keselamatan hidupnya? Firman Tuhan kepada orang kaya yang bodoh: "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Lukas 12:20-21).
Kalau kita hidup benar di hadapan Tuhan, kasih setia-Nya selalu menyertai kita. Tak perlu cemas terhadap apa pun, sebab Tuhan berada di pihak kita.
Baca: Mazmur 52:1-11
"Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 52:10
Daud sangat dikenal sebagai orang yang sangat karib dengan Tuhan, karena itulah ia mengerti benar akan kasih setia-Nya. Orang yang mempunyai hubungan yang harmonis dengan Tuhan dapat merasakan kehangatan kasih setia Tuhan senantiasa. Oleh sebab itu hati Daud tetap berlimpah dengan ucapan syukur sekalipun berada dalam masalah atau kesulitan. Di tengah bahaya yang mengancam hidupnya ia tak merasa kuatir atau cemas, sebab ia sangat percaya bahwa kasih setia Tuhan tiada pernah berkesudahan, "...tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Dalam menghadapi maut sekalipun Daud tetap percaya akan perlindungan Tuhan.
Setiap kemenangan Daud atas segala rancangan kejahatan yang dicanangkan manusia terhadapnya selalulah ia mengakui bahwa Tuhanlah yang bertindak memberikan perlindungan dan kelepasan. Oleh sebab itu tak henti-hentinya dia mengucap syukur kepada Tuhan. Dalam doanya ia berkata, "Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang-orang yang Kaukasihi!" (Mazmur 52:11). Keadaan yang berbeda dialami oleh orang yang tidak menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan, melainkan kekayaan sebagai pengharapan hidupnya. "Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya, yang percaya akan kekayaannya yang melimpah, dan berlindung pada tindakan penghancurannya!" (Mazmur 52:9).
Apa yang dikatakan Daud itu benar adanya! Kebanyakan orang kaya menggantungkan hidupnya kepada kekayaan dan menjadikan kekayaan sebagai 'tuan' atas hidupnya. Apakah kekayaan dapat menolong dan menjamin keselamatan hidupnya? Firman Tuhan kepada orang kaya yang bodoh: "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Lukas 12:20-21).
Kalau kita hidup benar di hadapan Tuhan, kasih setia-Nya selalu menyertai kita. Tak perlu cemas terhadap apa pun, sebab Tuhan berada di pihak kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)