Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2019
Baca: Mazmur 52:1-11
"Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah;
aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 52:10
Daud sangat dikenal sebagai orang yang sangat karib dengan Tuhan, karena itulah ia mengerti benar akan kasih setia-Nya. Orang yang mempunyai hubungan yang harmonis dengan Tuhan dapat merasakan kehangatan kasih setia Tuhan senantiasa. Oleh sebab itu hati Daud tetap berlimpah dengan ucapan syukur sekalipun berada dalam masalah atau kesulitan. Di tengah bahaya yang mengancam hidupnya ia tak merasa kuatir atau cemas, sebab ia sangat percaya bahwa kasih setia Tuhan tiada pernah berkesudahan, "...tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Dalam menghadapi maut sekalipun Daud tetap percaya akan perlindungan Tuhan.
Setiap kemenangan Daud atas segala rancangan kejahatan yang dicanangkan manusia terhadapnya selalulah ia mengakui bahwa Tuhanlah yang bertindak memberikan perlindungan dan kelepasan. Oleh sebab itu tak henti-hentinya dia mengucap syukur kepada Tuhan. Dalam doanya ia berkata, "Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang
bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan
orang-orang yang Kaukasihi!" (Mazmur 52:11). Keadaan yang berbeda dialami oleh orang yang tidak menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan, melainkan kekayaan sebagai pengharapan hidupnya. "Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya,
yang percaya akan kekayaannya yang melimpah, dan berlindung pada
tindakan penghancurannya!" (Mazmur 52:9).
Apa yang dikatakan Daud itu benar adanya! Kebanyakan orang kaya menggantungkan hidupnya kepada kekayaan dan menjadikan kekayaan sebagai 'tuan' atas hidupnya. Apakah kekayaan dapat menolong dan menjamin keselamatan hidupnya? Firman Tuhan kepada orang kaya yang bodoh: "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan
diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu
nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Lukas 12:20-21).
Kalau kita hidup benar di hadapan Tuhan, kasih setia-Nya selalu menyertai kita. Tak perlu cemas terhadap apa pun, sebab Tuhan berada di pihak kita.
Sunday, June 16, 2019
Saturday, June 15, 2019
KUASA TUHAN TAK PERNAH BERUBAH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2019
Baca: Daniel 6:1-29
"Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." Daniel 6:22-23
Raja Darius mendapatkan tekanan dari para pejabat tinggi kerajaan dan wakilnya untuk mengeluarkan sebuah undang-undang yang berisi larangan, yaitu barang siapa yang dalam waktu tiga puluh hari menyembah kepada salah satu dewa atau manusia, kecuali kepada raja, maka ia akan menerima hukuman dilemparkan ke dalam gua singa.
Sekalipun telah mendengar bahwa surat perintah itu telah dibuat, Daniel tetap berdoa kepada Tuhan yang hidup dan benar, setiap hari. Ketika para musuh memdapati Daniel sedang berdoa, segeralah mereka menghadap raja dan memintanya untuk melemparkan Daniel ke gua singa. Raja Darius pun menjadi sangat sedih, sebab ia sangat mengasihi Daniel, tapi surat perintah tersebut tidak bisa diubah! "Maka dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu, lalu raja mencap itu dengan cincin meterainya dan dengan cincin meterai para pembesarnya, supaya dalam hal Daniel tidak dibuat perubahan apa-apa." (Daniel 6:18). Bila diperhatikan, ada perbedaan reaksi antara Darius dan Daniel ketika dihadapkan pada situasi yang tidak ada harapan. Setelah Daniel dilemparkan ke gua singa, raja tidak dapat tidur karena terus memikirkan nasib Daniel dan membayangkan hal-hal buruk terjadi. "Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing, bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: 'Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?'" Daniel 6:20-21).
Sebaliknya, Daniel tetap bisa tenang dan tak kehilangan damai sejahtera sekalipun berada di kandang singa, karena mata rohaninya senantiasa tertuju kepada Tuhan, yang kuasa-Nya tidak pernah berubah. Daniel menegaskan kepada raja bahwa Tuhan yang ia sembah, telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu.
Dengan mata iman Daniel sanggup melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang dahsyat, ketika orang lain tak mampu melihatnya!
Baca: Daniel 6:1-29
"Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." Daniel 6:22-23
Raja Darius mendapatkan tekanan dari para pejabat tinggi kerajaan dan wakilnya untuk mengeluarkan sebuah undang-undang yang berisi larangan, yaitu barang siapa yang dalam waktu tiga puluh hari menyembah kepada salah satu dewa atau manusia, kecuali kepada raja, maka ia akan menerima hukuman dilemparkan ke dalam gua singa.
Sekalipun telah mendengar bahwa surat perintah itu telah dibuat, Daniel tetap berdoa kepada Tuhan yang hidup dan benar, setiap hari. Ketika para musuh memdapati Daniel sedang berdoa, segeralah mereka menghadap raja dan memintanya untuk melemparkan Daniel ke gua singa. Raja Darius pun menjadi sangat sedih, sebab ia sangat mengasihi Daniel, tapi surat perintah tersebut tidak bisa diubah! "Maka dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu, lalu raja mencap itu dengan cincin meterainya dan dengan cincin meterai para pembesarnya, supaya dalam hal Daniel tidak dibuat perubahan apa-apa." (Daniel 6:18). Bila diperhatikan, ada perbedaan reaksi antara Darius dan Daniel ketika dihadapkan pada situasi yang tidak ada harapan. Setelah Daniel dilemparkan ke gua singa, raja tidak dapat tidur karena terus memikirkan nasib Daniel dan membayangkan hal-hal buruk terjadi. "Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing, bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: 'Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?'" Daniel 6:20-21).
Sebaliknya, Daniel tetap bisa tenang dan tak kehilangan damai sejahtera sekalipun berada di kandang singa, karena mata rohaninya senantiasa tertuju kepada Tuhan, yang kuasa-Nya tidak pernah berubah. Daniel menegaskan kepada raja bahwa Tuhan yang ia sembah, telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu.
Dengan mata iman Daniel sanggup melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang dahsyat, ketika orang lain tak mampu melihatnya!
Subscribe to:
Posts (Atom)