Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juni 2019
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-40
"Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata
dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada
mereka untuk mengatakannya." Kisah 2:4
Pentakosta adalah hari ke-50 sesudah Paskah, hari di mana Bapa di sorga menggenapi janji-Nya, yaitu Roh Kudus dicurahkan bagi gereja-Nya. Pada waktu itu Roh Kudus dicurahkan dengan simbol yang kelihatan dan kedengaran: 1. Bunyi seperti tiupan angin yang keras. Ini adalah gambaran dari ke-Ilahi-an dan untuk menggambarkan kuasa dan kehadiran Tuhan, yang tidak bisa dikontrol oleh manusia, karena Ia berdaulat penuh. 2. Lidah seperti nyala api. Api juga melambangkan kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya; Tuhan menyatakan diri kepada Musa (Keluaran 3:1-6); Tuhan menyatakan kehadiran-Nya di tengah-tengah umat Israel dalam tiang awan dan tiang api (Keluaran 13:21-22). Lidah api juga menunjuk pada hal berbicara dan bersaksi sebagai murid Kristus.
Roh Kudus yang dianugerahkan Bapa kepada gereja-Nya merupakan penggenapan janji-Nya yang sudah dinubuatkan di Perjanjian Lama. Bukti bahwa tidak ada satu perkara pun yang terjadi di dunia ini di luar rencana Bapa dan tidak ada rencana-Nya yang gagal. Melalui nabi Yehezkiel Tuhan sudah menyatakan: "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan
kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu
hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." (Yehezkiel 36:26-27). Ini juga merupakan penggenapan firman Tuhan yang disampaikan melalui perantaraan nabi Yoel (Yoel 2:28-29): "...bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka
anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu
akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan
mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat." (Kisah 2:15-18).
Kristus berkata: "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu," Yohanes 16:7b
Roh Kudus diberikan untuk menolong, menguatkan dan menyertai kita!
Sunday, June 9, 2019
Saturday, June 8, 2019
MALAH MENJADI BATU SANDUNGAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2019
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." 2 Timotius 2:15
Setiap orang percaya seharusnya sadar sepenuhnya bahwa ada tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepada kita, karena kita ini pekerja-pekerja-Nya. Disebut pekerja, artinya ada sesuatu yang harus kita kerjakan, bukan bermalas-malasan atau santai. Mengapa kita harus bekerja? Karena "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Tugas pekerja Tuhan adalah bekerja untuk memberitakan Injil dan kebenaran-Nya kepada semua orang. Yang dimaksudkan pekerja Tuhan bukan hanya mereka yang menyandang gelar sarjana Theologia, atau memegang jabatan resmi dalam keorganisasian gereja sebagai pastur, pendeta, penginjil atau para fulltimer, tapi setiap orang yang mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya.
Syarat menjadi pekerja Tuhan tidaklah mudah, ia haruslah orang yang memiliki kehidupan seperti yang Tuhan mau. Karena itu rasul Paulus meminta Timotius untuk memberikan nasihat kepada jemaat yang dilayaninya: "Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya." (2 Timotius 2:14). Rasul Paulus juga berpesan kepada Timotius: "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2 Timotius 2:22). Jadi, ini langkah untuk menjadi pekerja yang bisa dipakai Tuhan: "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21).
Dalam praktek hidup sehari-hari banyak pekerja Tuhan yang kehidupannya malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Di antara pekerja Tuhan sering terjadi pertengkaran, percekcokan, fitnah, gosip atau iri hati. Bukankah hal ini justru semakin menghalangi orang lain untuk mengenal Tuhan?
Pekerja Tuhan harus menjadi teladan, bukan malah jadi batu sandungan!
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." 2 Timotius 2:15
Setiap orang percaya seharusnya sadar sepenuhnya bahwa ada tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepada kita, karena kita ini pekerja-pekerja-Nya. Disebut pekerja, artinya ada sesuatu yang harus kita kerjakan, bukan bermalas-malasan atau santai. Mengapa kita harus bekerja? Karena "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Tugas pekerja Tuhan adalah bekerja untuk memberitakan Injil dan kebenaran-Nya kepada semua orang. Yang dimaksudkan pekerja Tuhan bukan hanya mereka yang menyandang gelar sarjana Theologia, atau memegang jabatan resmi dalam keorganisasian gereja sebagai pastur, pendeta, penginjil atau para fulltimer, tapi setiap orang yang mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya.
Syarat menjadi pekerja Tuhan tidaklah mudah, ia haruslah orang yang memiliki kehidupan seperti yang Tuhan mau. Karena itu rasul Paulus meminta Timotius untuk memberikan nasihat kepada jemaat yang dilayaninya: "Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya." (2 Timotius 2:14). Rasul Paulus juga berpesan kepada Timotius: "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2 Timotius 2:22). Jadi, ini langkah untuk menjadi pekerja yang bisa dipakai Tuhan: "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21).
Dalam praktek hidup sehari-hari banyak pekerja Tuhan yang kehidupannya malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Di antara pekerja Tuhan sering terjadi pertengkaran, percekcokan, fitnah, gosip atau iri hati. Bukankah hal ini justru semakin menghalangi orang lain untuk mengenal Tuhan?
Pekerja Tuhan harus menjadi teladan, bukan malah jadi batu sandungan!
Subscribe to:
Posts (Atom)