Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2019
Baca: Ratapan 3:1-66
"Ya TUHAN, aku memanggil nama-Mu dari dasar lobang yang dalam." Ratapan 3:55
Tak seorang pun manusia yang hidup di dunia ini yang bebas masalah atau luput dari penderitaan, tak terkecuali orang percaya, sebagaimana yang pemazmur nyatakan: "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Bersyukur sebagai orang percaya kita punya Tuhan yang setia yang tak pernah meninggalkan kita sedetik pun, dan dengan cara-Nya yang ajaib Tuhan pasti menyediakan jalan keluar untuk setiap permasalahan yang kita alami.
Yeremia, utusan Tuhan, pun tak luput dari masalah dan penderitaan, sekalipun ia orang yang setia mengerjakan panggilan Tuhan. Ketika menyampaikan nubuatan dari Tuhan, ia bukan hanya ditolak, tapi dibenci dan malah dianiaya. "...mereka mengambil Yeremia dan memasukkannya ke dalam perigi milik
pangeran Malkia yang ada di pelataran penjagaan itu; mereka menurunkan
Yeremia dengan tali. Di perigi itu tidak ada air, hanya lumpur, lalu
terperosoklah Yeremia ke dalam lumpur itu." (Yeremia 38:6). Adalah manusiawi sekali bila Yeremia merasa takut, lalu berseru kepada Tuhan meminta pertolongan: "Ya TUHAN, aku memanggil nama-Mu dari dasar lobang yang dalam. Engkau mendengar suaraku! Janganlah Kaututupi telinga-Mu terhadap kesahku dan teriak tolongku!" (Ratapan 3:55-56). Tuhan mendengar seruan Yeremia dan memberikan pertolongan dengan memakai Ebed-Melekh, orang Etiopia itu (seorang sida-sida yang tinggal di istana raja), yang melaporkan kepada raja bahwa Yeremia telah dimasukkan ke dalam perigi (Yeremia 38:7-8). Mendengar laporan itu raja pun segera bertindak: "Bawalah tiga orang dari sini dan angkatlah nabi Yeremia dari perigi itu sebelum ia mati!" (Yeremia 38:10). Tuhan itu teramat baik dan Ia dekat kepada orang yang memanggil-Nya. "Engkau dekat tatkala aku memanggil-Mu, Engkau berfirman: 'Jangan takut!' Ya Tuhan, Engkau telah memperjuangkan perkaraku, Engkau telah menyelamatkan hidupku." (Ratapan 3:57-58).
Mungkin saat ini Saudara sedang berada di 'perigi' permasalahan hidup yang teramat berat, berseru-serulah kepada Tuhan, Ia pasti mau mendengar.
"Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." Mazmur 50:15
Monday, May 27, 2019
Sunday, May 26, 2019
MENGHAKIMI: Membunuh Secara Rohani
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Mei 2019
Baca: Lukas 19:1-10
"Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya." Lukas 19:2
Sejak zaman dahulu hingga sekarang pekerjaan seorang pemungut cukai atau pemungut pajak selalu menimbulkan image negatif di mata banyak orang. Ketika Kristus menumpang di rumah Zakheus (kepala pemungut cukai), "...semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: 'Ia menumpang di rumah orang berdosa.'" (Lukas 19:7b). Sekalipun Zakheus sudah bertobat dari pekerjaannya, tapi semua orang masih saja menilai dan mencapnya sebagai 'orang berdosa'. Mereka selalu membesar-besarkan kesalahan atau dosa-dosa yang telah Zakheus perbuat selama ini dan menganggap diri mereka sendiri yang benar, tanpa ada cacat cela.
Bukankah ada banyak orang yang masih senang menjadi 'pembunuh' bagi sesamanya, karena melihat kesalahan seseorang di masa lalu? Walaupun mengaku telah bertobat dan sudah melayani pekerjaan Tuhan, tapi masih suka memfitnah, menghakimi dan mendiskreditkan orang lain. Itu sama halnya dengan membunuh seseorang secara rohani. Tentunya orang-orang yang menghakimi Zakheuslah yang 'perlu diselamatkan', karena hatinya masih dipenuhi oleh kejahatan. Justru Zakheus yang mereka sebut sebagai orang berdosa, namun karena telah bertobat dengan sungguh, maka telah diselamatkan. Zakheus yang dahulu jadi pemeras orang lain kini sanggup berkata, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Lukas 19:8). Pertemuannya dengan Kristus menjadi titik balik bagi kehidupan Zakheus! Ia meninggalkan cara hidupnya yang lama dan benar-benar diubahkan menjadi 'ciptaan baru'. Berkatalah Kristus kepada Zakheus, "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham." (Lukas 19:9).
Janganlah mudah menghakimi orang lain atau melihat kesalahan orang lain, karena kita ini juga tak luput dari kesalahan. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3).
Siapa diri kita sehingga kita memandang rendah orang lain, dan bahkan berani mengatakan bahwa orang itu berdosa?
Baca: Lukas 19:1-10
"Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya." Lukas 19:2
Sejak zaman dahulu hingga sekarang pekerjaan seorang pemungut cukai atau pemungut pajak selalu menimbulkan image negatif di mata banyak orang. Ketika Kristus menumpang di rumah Zakheus (kepala pemungut cukai), "...semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: 'Ia menumpang di rumah orang berdosa.'" (Lukas 19:7b). Sekalipun Zakheus sudah bertobat dari pekerjaannya, tapi semua orang masih saja menilai dan mencapnya sebagai 'orang berdosa'. Mereka selalu membesar-besarkan kesalahan atau dosa-dosa yang telah Zakheus perbuat selama ini dan menganggap diri mereka sendiri yang benar, tanpa ada cacat cela.
Bukankah ada banyak orang yang masih senang menjadi 'pembunuh' bagi sesamanya, karena melihat kesalahan seseorang di masa lalu? Walaupun mengaku telah bertobat dan sudah melayani pekerjaan Tuhan, tapi masih suka memfitnah, menghakimi dan mendiskreditkan orang lain. Itu sama halnya dengan membunuh seseorang secara rohani. Tentunya orang-orang yang menghakimi Zakheuslah yang 'perlu diselamatkan', karena hatinya masih dipenuhi oleh kejahatan. Justru Zakheus yang mereka sebut sebagai orang berdosa, namun karena telah bertobat dengan sungguh, maka telah diselamatkan. Zakheus yang dahulu jadi pemeras orang lain kini sanggup berkata, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Lukas 19:8). Pertemuannya dengan Kristus menjadi titik balik bagi kehidupan Zakheus! Ia meninggalkan cara hidupnya yang lama dan benar-benar diubahkan menjadi 'ciptaan baru'. Berkatalah Kristus kepada Zakheus, "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham." (Lukas 19:9).
Janganlah mudah menghakimi orang lain atau melihat kesalahan orang lain, karena kita ini juga tak luput dari kesalahan. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3).
Siapa diri kita sehingga kita memandang rendah orang lain, dan bahkan berani mengatakan bahwa orang itu berdosa?
Subscribe to:
Posts (Atom)